Sabtu, 28 April 2012

Pesan terakhir di Pesantren krapyak

Pesan terakhir di Pesantren krapyak REP | 30 May 2011 | 13:16 Dibaca: 101 Komentar: 1 1 dari 1 Kompasianer menilai menarik Berikut “memorabilia” sambutan Pak Hilmy, saat didaulat mengisi sambutan pada acara purna siswa dan “wisuda” kelulusan santri kelas III TA 2010/2011 MA Ali Maksum Kemarin siang (29/5/2011), di Krapyak ada acara Purna Siswa, atau perpisahan santri kelas tiga. Oleh Pak Asyhari Abta (Kepala Madrasah), mendadak saya didawuhi memberi sambutan mewakili Pengurus Yayasan. Acara yang dihadiri oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) DIY, Bapak H. Masykul Hadi, Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Bantul yang juga alumni Krapyak, Bapak H. Abdul Majid, orang tua wali santri kelas tiga, para pengasuh Pondok dan pengurus Yayasan serta guru-guru Madrasah Aliyah Ali Maksum. Dengan sedikit grogi dan tanpa persiapan, saya menyampaikan pesan-pesan kepada para lulusan, yang kira-kira lengkapnya sebagai berikut: Anak-anak semua, Hari ini sampeyan semua sudah dinyatakan lulus kelas tiga. Predikat ini jangan sampai membikin sampeyan terlalu bangga, sebab ada ungkapan “al-‘Ibrah bil-jawhar la bil-madzhar” (yang penting itu inti atau essensi atau substansinya, bukan penampilannya). Orang dinilai tidak berdasar jas atau baju yang dikenakan, tidak berdasar gelar atau status yang disandangnya. Orang dinilai berdasar kapasitas dan kemampuannya. Saya sebenarnya masih miris dan sedih sampeyan belum apa-apa sudah lulus. Saya merasa belum rela melepaskan sampeyan ke hutan belantara dunia peradaban. Saya sebenarnya belum plong. Tapi waktulah yang mengharuskan ini semua. Semoga saja sampeyan semua baik-baik saja. Oleh karena itu, saya mohon kepada orangtua wali santri agar jangan melepas putra-putranya ke luar pondok. Silakan dipondokkan lagi, baik di Krapyak atau di pesantren mana, monggo… Anak-anak, Apa yang sudah sampeyan pelajari di Krapyak ini sebenarnya sudah cukup menjadi muqaddimah atau pengantar sampeyan menghadapi dunia yang lebih luas dan kompleks. Sampeyan sudah dibekali dengan Riyadlus-Shalihin, Tafsir Jalalayn, Bulughul-Maram, Sulam-Tawfiq, Alfiyah, serta pelajaran-pelajaran lain di madrasah yang semua itu dimaksudkan untuk mempersiapkan sampeyan menghadapi peradaban. Orang bilang: “Teachers open the door, you must enter by yourself” (guru-guru sudah membuka pintu, sekarang saatnya sampeyan yang mesti memasukinya sendiri). Oleh karena itu, be confident, percaya dirilah! Jangan ingah-ingih dan takut menghadapi segala sesuatu. Sebab yang seperti kesimpulan al-Imam al-Ghazali: “ilmu itu syarafun lidzatihi”. Jadi karena sampeyan sudah punya kuncinya, yaitu ilmu, maka yakinlah dengan apa yang akan sampeyan hadapi. Jangan mudah menyerah, jangan mudah takut. Ketemu orang yang jenggotnya panjang aja, takut. Yakinlah bahwa apa yang sampeyan miliki sudahlah cukup sebagai bekal hidup. Tapi janganlah sampeyan sombong dan kemaki. Apanya yang mau disombongkan lha wong manusia itu, seperti kata Simbah KH. Ali Maksum rahimahullah adalah wc mlaku. Jadilah, seperti dipesankan oleh para pembicara terdahulu, orang yang beriman, bertaqwa dan berperilaku yang baik, sebab “Innama bu’itstu li utammima makarimal-akhlaq”. Yang berati kewajiban kita sebagai penerus Nabi minimalnya adalah berperilaku yang baik kepada siapa saja. Anak-anak semua, Sampeyan sudah menjadi alumni Krapyak. Nama Krapyak ini memberi cerminan banyak hal. Krapyak sebagaimana dirintis oleh almarhum Simbah KH. Muhammad Munawwir, dimaksudkan sebagai pondok al-Qur`an. Sedang Krapyak yang kemudian dilanjutkan oleh almarhum Simbah KH. Ali Maksum bermaksud memberi tambahan pembekalan santri kepada kemampuan membaca kitab kuning. Pertanyaannya, sudahkan sampeyan mencerminkan diri sebagai “alumni Krapyak” itu? Sudahkan sampeyan memiliki ciri santri mBah Munawwir dan mBah Ali itu syakhsyiyyatan-‘ilmiyyatan-khuluqiyyatan (baik secara kepribadian, keilmuan maupun adab dan perilaku)? Sebab nama senantiasa mencerminkan penamaannya, seperti kata Imam Ibnu Malik: “Ismun yu’ayyinul-musamma mutlaqan”. Kalau nama sekedar nama, tentu tidak ada nilai lebihnya. Oleh karena itu, kalau sampeyan masih merasa berat menyandang nama itu, maka jangan malu mencari kekurangan itu. Anak-anak semua, Sampeyan semua adalah alumni pesantren, lulusan pondok. Maka jadilah sampeyan sebagai orang yang memang berkepribadian santri, yang perilakunya mencerminkan nilai-nilai pesantren. Saya ingin memberi penekanan kepada sampeyan nilai-nilai kepesantrenan yang selayaknya sampeyan sandang: Yang pertama adalah ikhlas. Jadilah orang yang tulus dalam melakukan segala sesuatu. Jangan mudah meminta bayaran. Apapun, Allah pasti tahu dan Allah akan membalas segala yang kita lakukan dengan ikhlas. Allah berfirman: “wa quli-‘imalu fasayarallahu ‘amalakum warasuluhu wal-mu’minun…” Kedua adalah istiqomah, konsisten. Apa yang sudah menjadi tradisi baik di pondok ini agar bisa dilakukan terus dalam kehidupan sampeyan. Apabila sampeyan sudah dibiasakan bangun subuh, maka teruskan kebiasaan itu. Ketiga adalah mandiri. Apa yang sudah biasa dilakukan sendiri di pondok ini agar diteruskan. Jangan manja dan mudah mengeluh. Keempat adalah ukhuwwah, persaudaraan. Ciri yang juga dimiliki pesantren adalah persaudaraan yang kental di antara kita, di antara kawan-kawan sampeyan. Nanti mungkin ada teman yang datang ke rumah sampeyan, sambutlah dia sebagaimana pertemanan yang selama ini berlangsung sekian lama. Kelima adalah khidmah. Jadilah orang yang mau mengabdi kepada siapa saja yang membutuhkan. Jangan gampang minta bayaran. Bagaimanapun masyarakat juga akan tahu terhadap apapun yang kita lakukan. Yang terakhir, dan ini menjadi ciri pertama siapapun yang menjadi Nabi adalah kejujuran, as-shidqu. Hari ini problem masyarakat kita adalah sulitnya mencari orang yang jujur dan bertanggung jawab. Kepribadian kita, sebelum apapun, dinilai oleh orang lain berdasar kejujuran kita menjaga amanat. Anak-anak semua, Apabila sampeyan sudah memiliki itu, maka terakhir jadilah orang yang bermanfaat, sebab “khayrun-nas anfa’uhum lin-nas”. Jadilah, seperti sering dinyatakan oleh mBah Munawwir rahimahullah: “Kun kal-ma`in ihtaja ilayhi kullu syay`in. Faidza lan takun kadzalika, fakun kal-hajar, wa la takun kal-‘aqrab, yakhafu man ra`ahu” (jadilah kamu laksana air, yang dibutuhkan oleh semua makhluq. Kalau tidak bisa, maka jadilah seperti batu, dan jangan kamu menjadi seperti kalajengking, yang orang yang melihatnya saja takut). Terakhir, apapun yang namanya Pondok Krapyak ini sudah menjadi tempat sampeyan hidup dan menuntut ilmu. Maka jadikanlah pondok ini sebagai your second home, rumahmu yang kedua. Kalau sampeyan sudah tua, bahkan mungkin sudah punya anak dua, dan sampeyan sedang ada acara di Jogja, apa seminar atau sedang ngurus proyek apa, janganlah sampeyan menginap di hotel. Pulanglah ke Krapyak. Ya, meskipun seadanya, insya Allah kita semua senang menerima keberadaan sampeyan. Demikian pula yang penting saya sampaikan, jangan lupa agar sampeyan mendoakan kami, sebab itu penanda bahwa sampeyan anak yang baik, seperti kata Kanjeng Nabi: “waladun sholihun yad’u lahu”, dan penanda bahwa sampeyan sayang sama kami. Dan semoga doa itu yang menyambungkan hubungan pertalian kita selama-lamanya. Wallahu waliyyut-tawfiq, wahuwa hasbuna, wa‘alayhi tawakkaltu.

0 komentar:

Posting Komentar