Sabtu, 28 April 2012

Ilmu dan Barokah Kyai

Ilmu dan Barokah Kyai Published on February 17, 2012 by MT Entah untuk yang ke berapa kalinya aku berpapasan lagi dengan Kyai Bushiri, yang berpenampilan biasa saja, tak selayaknya ustadz-ustadz bersorban dan berbaju koko. Padahal aku sudah melintasinya tetapi obrolan yang menarik dengannya beberapa waktu lalu, membuatku berbalik langkah untuk menemuinya. Sambil ngedeprok di trotoar, kuserap kebijaksaan darinya. ilustrasi dari Michael Harrison | e-devotion(dot)blogspot(blogspot)com ilustrasi dari Michael Harrison | e-devotion(dot)blogspot(dot)com Kami berdua berbincang tentang dunia pesantren pada masa lalu, di mana peran Kyai sangat penting. Pola didikan kyai masa lalu umumnya sama: selain mengajar ilmu dan hikmah dari kitab, juga menyuntikkan hikmah kehidupan melalui kegiatan nyata yang melibatkan santrinya. Misalnya saja, ada kyai yang sering mengajak santrinya memancing, mencari kayu bakar, memperbaiki kolam yang rusak, mengantar kondangan, dan macam lainnya. Saat Kyai mengajak santrinya untuk urusan yang “sepertinya pribadi dan sepele” itulah, sebenarnya kyai sedang menanamkan kebijaksanaan hidup. Bahkan saat kyai memberikan hukuman, itu merupakan wujud kasih sayangnya terhadap santri yang bersangkutan. Saat dihukum boleh jadi santri tak mendapatkan hikmah. Baru setelah beberapa waktu (tak berbatas) sang santri akan menyadari bahwa hukuman itulah yang membuatnya lebih baik dan terjaga dalam menjalani kehidupan selanjutnya. Belajar di pesantren bukan hanya menuntut ilmu, tapi juga mengharap barokah (berkah) kyai. Seorang santri akan merasa bahagia, bangga, saat disuruh dan atau diajak jalan bersama Kyainya. Bahkan jeweran kyai diinsyafi sebagai barokah dan wujud kepedulian kyai terhadap perkembangan pribadi santrinya. Barokah kyai pesantren dipercaya lebih penting daripada ilmu yang diterima santri. santri yang hanya mendapatkan ilmu (tanpa barokah) akan menjadikan ilmu atau agama sebagai jubah/simbol untuk menguntungkan dirinya. Bagi santri yang berpolitik, tanpa barokah kyai kerap menjadi politikus busuk yg mudah memakai jargon agama untuk mengelabui rakyat. Santri yang hanya mendapatkan ilmu tanpa barokah, saat menjadi pejabat biasanya akan mudah tergoda dan terjebak untuk terlibat dalam Corruption Network yang menjala-jala sejak ia belum memasuki instansi tersebut. Wajar saja jika ada gosip tentang departemen yang mengatur urusan pendidikan maupun keagamaan, tetapi di dalamnya diduga telah dikuasai jaringan koruptor. Santri yg mendapatkan ilmu dan barokah, dapat melihat melalui mata hatinya, sehingga tak akan mudah mempercayai politikus, pejabat, bahkan presiden yg menjadikan agama sebagai topeng belaka. Tak akan terperdaya oleh mereka yang kerap melakukan agama sebagai taktik dalam negosiasi dan transaksi. Karena itu penting bagi santri untuk mendapatkan ilmu dan barokah kyai. Dua hal itu merupakan pendidikan gaya kyai yang membentuk integritas kepribadian santri. Demikian obrolan santaiku saat ngedeprog di pinggir jalan bersama kyai Bushiri asal Madura, yg kukenal dalam persliweran jalanku dan ia tak pernah mau dipotret. “Banyak kyai, ulama, ustadz, atau pun Da’i yang suka dipotret dan akhirnya hanyut dalam popularitas yang membuatnya pongah. Aku berusaha menjaga diri dari godaan seperti itu.” Tutur Kyai Bushiri.

0 komentar:

Posting Komentar