tag:blogger.com,1999:blog-875209557825650472024-03-14T01:14:44.172-07:00MOTIVASISeni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.comBlogger80125tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-15893866645535026382013-11-03T16:54:00.000-08:002013-11-03T16:54:10.974-08:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<h1>
Nelayan Gelar Tirakatan 1 Suro</h1>
<div class="artikel-detail-penulis">
<ul>
<li>Kamis, 17 Desember 2009 | 22:45 WIB</li>
</ul>
</div>
<div class="social-newsletter-images">
<div class="images-area">
<div class="images-area-img">
<img border="0" src="http://assets.kompas.com/data/photo/2009/12/17/1609283p.jpg" />
<div class="perbesar-images">
<a href="http://www.blogger.com/null">+ Perbesar</a></div>
</div>
<div class="images-area-desc">
<div style="overflow: auto;">
<div style="float: right;">
aan</div>
</div>
</div>
</div>
<div class="append-social-shared" data-set="social">
<div class="social-shared">
<div class="shared-artikel">
<div class="social-fb">
<div class="social-fb-count">
4</div>
</div>
<div class="social-twitter">
<div class="social-twitter-count">
0</div>
</div>
<div class="social-google-alt2" style="background: none; height: 60px; width: 53px;">
</div>
<a href="http://regional.kompas.com/read/2009/12/17/22452491/nelayan.gelar.tirakatan.1.suro#komentar">
<div class="social-komentar" style="margin-right: 20px;">
<div class="social-komentar-count" id="tot_komentar">
0</div>
</div>
</a>
</div>
</div>
</div>
</div>
<strong>CILACAP, KOMPAS.com -</strong> Nelayan di berbagai
wilayah Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, Kamis malam, menggelar tirakatan
dan doa bersama untuk menyambut Tahun Baru 1 Muharram 1431 Hijriah (1
Suro). <br /><br />Para nelayan di Kelurahan Tegalkamulyan, Kecamatan
Cilacap Selatan serta puluhan nelayan lain menggelar doa bersama di tepi
pantai sekitar Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap (PPSC). <br /><br />Dalam acara doa bersama ini, para nelayan membacakan tahlil untuk memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. <br /><br />Selain
menggelar doa bersama, para nelayan juga mempersiapkan jolen, yang
diisi berbagai sesaji untuk dilarung saat prosesi sedekah laut yang akan
digelar pada Jumat pagi (18/12). <br /><br />Suasana yang sama juga tampak
di sejumlah perkampungan nelayan di Cilacap, antara lain Pandanaran,
Kemiren, Prenca, Sentolo Kawat, dan Donan. <br /><br />Terkait kegiatan
tersebut, sesepuh nelayan Cilacap Atas Munandar mengatakan, acara doa
bersama ini sebagai wujud terima kasih para nelayan atas limpahan rezeki
berupa ikan yang diberikan Allah. <br /><br />"Selain itu, kami juga
memohon kemudahan dalam mencari ikan di laut serta keselamatan kepada
Allah," kata dia yang juga Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia
Kabupaten Cilacap. <br /><br />Menurut dia, setelah kegiatan doa bersama
ini, sebagian nelayan akan tirakatan hingga Jumat pagi di tepi pantai
sambil menjaga jolen tempat sesaji yang akan dilarung dalam prosesi
sedekah laut. <br /><br />Selain di perkampungan nelayan, acara tirakatan juga digelar di Pendopo Wijayakusuma Sakti Kabupaten Cilacap. <br /><br />Dalam acara yang diselenggarakan oleh Panitia Gelar Budaya Sedekah Laut ini, diisi pembacaan kidung dan macapatan.
<br />
<div class="sumber-artikel" style="margin-top: 10px;">
Sumber : ANT </div>
<div class="editor-artikel">
Editor : bnj </div>
<div style="margin-bottom: 20px;">
</div>
<div class="banner-middle">
</div>
<span id="sartbox"></span>
</div>
Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-84107243514288210412012-09-04T07:17:00.000-07:002012-09-04T07:17:32.532-07:00<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "Courier New";"><span style="font-size: x-small;">Dahulu
kala di sebuah taman yang kecil, hiduplah sekumpulan ulat dan juga
beberapa Bunga Sepatu dan Bunga Mawar. Pada awalnya mereka semua
bersahabat. Sampai suatu hari, sekuntum bunga mawar bernama Okit dengan
sombongnya berkata.<br /><br /> “Hei para ulat! Jangan terus memakani daun kami!”<br /><br /> “Ya benar! Lihat…daun-daun kami jadi rusak, pergi kalian dari taman ini!” sahut bunga mawar lainnya.<br /><br />
Ulat-ulat merasa sangat sedih. Mereka memang memakani daun-daun bunga
di taman itu. Tetapi jika mereka tidak makan, tentu mereka akan mati
kelaparan. Akhirnya dengan kerendahan hati mereka berniat pergi dari
taman itu. Namun sekuntum bunga sepatu mencegahnya.<br /><br /> “Hei, kalian
jangan pergi,” kata Rena si bunga sepatu kepada ulat, “kalian boleh
memakan daun kami para bunga sepatu di taman ini.”<br /><br /> “Benar, kami rela membagi daun kami kepada kalian,” ucap bunga sepatu lainnya.<br /><br /> Ulat sangat berterimakasih atas kebaikan bunga sepatu dan berkata.<br /><br /> “Terimakasih, kalian telah menolong kami.”<br /><br />
Akhirnya di taman itu bunga mawarlah yang paling indah karena daun
mereka utuh. Terkadang beberapa bunga mawar mengejek bunga sepatu yang
daun-daunnya bolong akibat dimakani ulat.<br /><br /> Suatu ketika, seorang manusia mendatangi taman itu. Dia berkata.<br /><br />
“Aku akan mengambil beberapa bunga disini. Oh tidak…bunga-bunga sepatu
ini daunnya dimakani ulat. Aku ambil lima bunga mawar ini saja, daunnya
masih bagus.”<br /><br /> Lalu manusia itu mencabut lima bunga mawar dari
taman itu dan pergi. Taman itu berduka, khususnya bunga mawar. Mereka
kehilangan lima anggotanya. Sekuntum bunga sepatu tiba-tiba berbisik
kepada ulat.<br /><br /> “Kami harus berterimakasih kepada kalian. Kalau
daun kami tidak dimakani kalian, mungkin kami juga diambil oleh manusia
seperti lima bunga mawar itu.”<br /><br /> Di taman itu kini hanya tersisa
lima bunga mawar. Mereka berlima takut akan diambil juga oleh manusia.
Akhirnya mereka menyadari kesombongannya dan berkata.<br /><br /> “Kalian
para ulat, kami mohon maafkanlah kesombongan kami. Kalian sekarang boleh
memakan daun kami. Kami takut akan dicabut dari tanah seperti kelima
saudara kami.”<br /><br /> “Tapi mawar, daun itu memang milik kalian, hak kalian untuk memberikannya kepada kami atau tidak,” tukas Hili si ulat jantan.<br /><br />
“Tidak ulat, sungguh kami sangat menyesal,” ucap Okit, “sudah
seharusnya kami memberikan daun-daun kami untuk kalian makan. Bukankah
sesama makhluk hidup kita harus saling tolong-menolong?”<br /><br /> Rena si bunga sepatu menjawab.<br /><br /> “Itu benar Kit. Bisa-bisa beberapa waktu kedepan bunga-bunga di sini akan habis dicabuti oleh manusia.”<br /><br /> Mendengar perkataan kedua bunga itu ulat-ulat sangat terharu dan seekor ulat menjadi bersemangat untuk berkata.<br /><br /> “Terima kasih para bunga, kalian sangat baik kepada kami,” teriak Hili berkaca-kaca, “kelak kami akan membalas jasa kalian!”<br /><br />
Beberapa hari berlalu, setelah ulat memakan daun-daun bunga mawar dan
bunga sepatu, mereka bersepuluh berubah menjadi kepompong. Dalam
beberapa minggu kepompong itu menetas dan ulat-ulat itu berubah menjadi
kupu-kupu yang sangat indah. Para bunga takjub melihat perubahan itu,
dan salah satu dari mereka berkata.<br /><br /> “Wah…kalian telah berubah wujud! Kalian kini bersayap dan indah sekali!”<br /><br />
“Terima kasih, “ kata Hili yang kini telah menjadi kupu-kupu, “Sekarang
kami akan memenuhi janji kami. Kami akan membalas jasa kalian.”<br /><br />
Sepuluh kupu-kupu itu menolong bunga menyebarkan benihnya. Mereka
menggunakan kemampuan terbangnya untuk menyebarkan benih-benih bunga
mawar dan bunga sepatu secara merata di taman itu. Bunga-bunga sangat
berterimakasih kepada kupu-kupu. Kini kupu-kupu tidak lagi mendapatkan
daun dari bunga, tetapi madu yang sangat manis dan lebih enak daripada
daun.<br /><br /> Berkat pertolongan sepuluh kupu-kupu, beberapa minggu
kemudian jumlah bunga di taman itu bertambah. Kini di taman itu terdapat
ratusan bunga mawar dan bunga sepatu. Kehidupan di taman itu menjadi
penuh dengan kebahagiaan.<br /><br /> Namun di tengah kebahagiaan itu,
tiba-tiba seorang manusia kembali datang. Seluruh penghuni taman itu
pasrah jika ada bunga yang akan dicabut lagi oleh manusia itu.<br /><br />
“Kenanglah taman ini meskipun kalian dicabut olehnya!” teriak Okit
kepada seluruh bunga. Perkataan Okit itu menguatkan hati para bunga
untuk tetap kuat. Ketika mereka sudah siap menerima keadaan, manusia itu
justru berkata.<br /><br /> “Oh Tuhan, taman ini sekarang indah sekali!
Bunga-bunganya jauh lebih banyak dan sekarang ada kupu-kupu yang
mengitarinya. Aku akan menjaga bunga-bunga ini agar tetap tertanam dan
menyiraminya setiap hari.”<br /><br /> Manusia itu kemudian pergi tanpa
mencabut sekuntum bunga pun. Seluruh penghuni taman itu bersorak-sorai
gembira karena tidak ada yang berpisah. Seluruh bunga mawar, bunga
sepatu, dan kupu-kupu kini hidup bahagia. Sampai saat ini, itulah alasan
mengapa kupu-kupu mau membantu menyebarkan benih bunga, yaitu untuk
membalas jasa bunga yang telah memberi mereka daun.***</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "Courier New";"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "Courier New";"><span style="font-size: x-small;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span lang="IN" style="color: black; font-family: "Courier New";"><span style="font-size: x-small;">Meidy Kautsar <meidykautsar@ gmail .com></span></span></div>
</div>
Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-67600732595560747142012-09-04T06:32:00.000-07:002012-09-04T06:32:09.927-07:00KUCING YANG TERLUPAKAN<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Di
sebuah perumahan, hiduplah seekor kucing berwarna hitam. Nama kucing
itu Molly. Ia tinggal di rumah keluarga Jones. Molly selalu memburu dan
memakan tikus-tikus yang suka mencuri makanan di dapur keluarga Jones. </span></span></span><div align="justify" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<br /></div>
<div align="justify" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<br /></div>
<div align="justify" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Molly
memang seekor kucing yang lucu dan menggemaskan. Matanya berwarna hijau
dan kumisnya panjang berwarna putih. Ia suka mendengkur dan sangat
senang bila tubuhnya dibelai.</span></span></span></div>
<div align="justify" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<br /></div>
<div align="justify" class="MsoNormal" style="margin: 0cm 0cm 0pt;">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Namun,
tidak seorang pun di keluarga Jones suka membelai Molly. Kedua anak di
keluarga Jones kurang menyukai binatang, sedang nyonya Jones sering
membentak Molly jika ia mengeong waktu nyonya Jones sedang memasak ikan.
</span></span></span></div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Di
samping rumah keluarga Jones, hiduplah seorang anak bernama Billy.
Billy adalah anak yang baik dan sangat menyayangi binatang. Karena itu
ia juga sangat menyayangi Molly. Setiap sore Molly melompat dari pagar
keluarga Jones untuk mencari Billy dan minta dibelai. </span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> <span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">“Alangkah senangnya aku jika Molly ini kucingku,” kata Billy kepada ibunya. “Aku ingin memelihara kucing juga, bu!” </span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Tetapi ibu Billy tidak ingin memelihara binatang di rumahnya, walaupun sebenarnya ia juga suka kepada Molly. </span></span></span></div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pada
suatu hari kuarga Jones pergi ke luar kota. Saat hendak berangkat,
anak-anak keluarga Jones berpamitan kepada Billy. Rupanya mereka hendak
pergi berlibur selama sebulan. </span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Setelah
memasukkan semua barang ke dalam taksi, keluarga Jones berangkat.
“Molly pasti diajak juga,” pikir Billy. Namun ia keliru. Ia sangat
terkejut saat melihat Molly masih ada di halaman rumah keluarga Jones.
Billy lalu menceritakan hal itu kepada ibunya. “Pasti ada orang yang
diberi tugas untuk merawat dan memberi makan Molly setiap hari,” kata
ibu Billy. </span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Molly
bertanya-tanya ke mana tuannya pergi. Setelah lama menunggu ia
menggaruk-garuk pintu dapur dengan cakarnya berharap dibukakan pintu.
Tetapi tampaknya tidak ada orang di dalam rumah. Molly lalu memeriksa
kalau-kalau ada jendela yang terbuka sehingga ia bisa masuk, tapi
ternyata semua jendela terkunci rapat. </span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Molly merasa kesepian. Tetapi ia berharap tuannya akan pulang nanti sore. </span></span></span></div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Tetapi
setelah lama menunggu tuannya tidak juga pulang. Molly mulai merasa
kelaparan. Ia juga kedinginan karena harus tidur di luar. Walaupun
bersembunyi di dalam semak-semak, ia tetap basah karena kehujanan. Molly
mulai sakit. </span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Dua
hari telah berlalu. Karena kelaparan Molly memakan tulang kering yang
ditemukannya dan juga daun-daun kering yang ada disekitar rumah.
Penyakitnya juga semakin parah. Ia bersin-bersin dan lemas.</span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Pada
hari keempat Molly sudah menjadi sangat kurus. Ia bahkan hampir tidak
bisa berjalan karena sangat lemah. Ia lalu teringat kepada Billy, anak
yang tinggal di rumah sebelah. Siapa tahu Billy bisa memberinya makanan.</span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span></div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Ia
lalu berjalan pelan menuju rumah Billy. Saat melihat Molly, Billy
hampir tidak mengenalinya lagi. “Astaga!, kaukah itu Molly?” seru Billy
terkejut. Ia berlutut dan membelai Molly. “Oh kasihan, kau sangat kurus,
pasti kau kelaparan. Apakah tidak ada orang yang diberi tugas untuk
memberimu makan?” </span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Billy
segera mengambilkan ikan dan susu untuk Molly. “Oh kasihan,” kata ibu
Billy. Untuk sementara biar saja ia tidur di dapur kita.”</span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Molly
sangat senang. Setelah makan dengan lahap, ia lalu tidur dengan nyenyak
di dapur ibu Billy. Billy bahkan memberinya tempat tidur dari kotak
kayu. Billy juga membersihkan badannya yang kotor karena beberapa hari
tidur di semak-semak.</span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Malamnya,
Molly benar-benar terkejut. Ternyata dapur ibu Billy banyak sekali
tikusnya. Maka ia pun menangkap tikus-tikus itu, karena ia ingin
membalas kebaikan Billy dan ibunya.</span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Keesokan
harinya ibu Billy terkejut karena melihat banyak sekali tikus yang
telah ditangkap oleh Molly. Ibu Billy sangat senang. Molly pun menjadi
semakin disayang di keluarga itu. </span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Sebulan
kemudian, keluarga Jones pulang dari berlibur. Dengan berat hari Billy
mengantar Molly pulang ke rumah keluarga Jones. Tapi, setiap diantar
pulang, Molly selalu melarikan diri dan kembali ke rumah Billy. Molly
tahu bahwa Billy dan ibunya sangat menyayanginya, tidak seperti keluarga
Jones yang tega menelantarkannya. </span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Karena keluarga Jones tidak terlalu memperdulikan Molly akhirnya mereka pun memberikan kucing itu kepada Billy.</span></span></span><span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black; font-family: Times New Roman;"> </span></span> </div>
<div align="justify">
<span style="font-size: 14pt;"><span style="color: black;"><span style="font-family: Times New Roman;">Akhirnya
Molly pun tinggal bersama Billy dan ibunya. Ia sangat bahagia karena
selalu disayang dan dibelai. Ibu Billy pun senang karena dapurnya
menjadi bebas dari gangguan tikus.</span></span></span></div>
</div>
Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-68521853365986162862012-05-28T19:29:00.000-07:002012-05-28T19:29:23.512-07:00Kumpulan Humor Gus Dur<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
1<br />Kumpulan<br />Humor<br />Gus Dur<br />di Internet<br />Dikompilasi oleh:<br />greenourheart<br />greenourheart@gmail.com<br />Foto: Vivanews.com<br />2<br />Pendahuluan<br />Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus<br />Dur memang fenomenal. Ia dikenal sebagai<br />pribadi yang unik dan otentik. Otentisitasnya<br />inilah yang membuat ia senantiasa dikenang.<br />Semasa hidup, pernyataan Gus Dur seringkali<br />nyeleneh dan kadang-kadang bikin telinga merah<br />bagi yang merasa tersindir.<br />Tapi faktanya, Gus Dur merupakan sosok yang<br />dicintai. Saat wafat ditangisi banyak orang.<br />Semua orang berebut mengucapkan selamat<br />jalan. Insan-insan dari berbagai agama<br />berlinangan airmata dan mendoakan<br />perjalanannya ke alam yang baru.<br />Saking populernya Gus Dur, bahkan ada pula<br />yang memanfaatkan wafatnya Gus Dur demi<br />kepentingan politik. Tapi sudahlah, buku<br />elektronik ini tak hendak membahas itu. Sekali<br />lagi, Gus Dur memang sosok otentik yang<br />pupulis dan dicintai. Entah kapan bangsa ini<br />punya anak bangsa sekelas Gus Dur lagi.<br />Kumpulan Humor Gus Dur di Internet ini bukan<br />hasil pikiran saya. Saya hanya mencomot sanasini,<br />lantas menjahitnya jadi satu. Bahanbahannya<br />saya ambil dari berbagai blog dan<br />website.<br />3<br />Saya menemukan banyak sekali humor-humor<br />Gus Dur di internet. Humor-humor Gus Dur di<br />berbagai blog dan website saling melengkapi.<br />Humor Gus Dur tentang A, misalnya, bisa<br />ditemukan di blognya “si fulan” atau “si fatul”,<br />tapi humor tersebut tak ditemukan di blognya “si<br />minah”. Sebaliknya, di blog “si minah”<br />ditemukan humor lain seputar Gus Dur.<br />Saya lihat intensitas penulisan humor Gus Dur di<br />internet meningkat setelah Gus Dur wafat. Saya<br />sendiri juga mengupload tautan-tautan humor<br />Gus Dur di internet, di salah satu blog saya. Dan<br />ternyata, sampai kini posting saya tersebut<br />banyak dilihat dan didownload.<br />Humor-humor Gus Dur atau ala Gus Dur tak<br />hanya lucu, seringkali sarkastis dan mengandung<br />banyak pembelajaran.<br />Inilah salah satu warisan Gus Dur bagi bangsa<br />ini. Humor yang reflektif. Anekdot yang<br />bermakna.<br />Selamat menikmati.<br />10 Januari 2009<br />Greenourheart<br />greenourheart@gmail.com<br />4<br />1. Peternak Lebah ala Gus<br />Dur<br />Saat Presiden Abdurrahman Wahid<br />menjabat, Departemen Kehutanan dan<br />Perkebunan (Dephutbun) tidak henti<br />didemo. Setiap hari ada saja kelompok yang<br />berdemonstrasi di departemen yang saat itu<br />dipimpin Nur Mahmudi Ismail.<br />Tuntutan mereka sama, yang mendeseak<br />pembatalan pengangkatan Sutjipto sebagai<br />Sekjen Dephutbun.<br />"Sutjipto terlalu tua, copot saja!" teriak salah<br />satu pendemo. "Sutjipto bukan pejabat karir,<br />berikan saja jabatan itu kepada orang<br />dalam!" pekik yang lain. "Pengangkatan<br />Sutjipto berbau KKN, copot saja," bunyi<br />tulisan sebuah poster yang diacungkan.<br />Rentetan demonstrasi yang sempat<br />melumpuhkan sebagian kegiatan Dephutbun<br />itu. Pasalnya, tidak sedikit karyawan yang<br />ikutan berdemo, yang pada akhirnya<br />menyerempet posisi Menteri Nur Mahmudi<br />sendiri. Tapi Presiden berkeras supaya<br />Sutjipto dipertahankan.<br />Dalam suasana seperti itulah cucu KH<br />5<br />Hasyim Asy'ari itu, melantik pengurus<br />Perhimpunan Peternak Lebah di Jakarta<br />akhir Maret 2000.<br />Dalam pidatonya, Gus Dur antara lain<br />memaparkan mengenai kondisi peternakan<br />lebah terkini.<br />"Kita ini setiap tahun masih mengimpor 350<br />ribu ton lebah dari luar negeri," tutur dia.<br />"Lah, orang-orang yang berdemo itu,<br />daripada mendemo menterinya mbok lebih<br />baik beternak lebah, supaya kita tidak<br />mengimpor lagi!" pinta Gus Dur. (rhs)<br />Sumber: okezone.com, 04 Januari 2010<br />2. Fenomena 'Gila' Gus Dur<br />Konon, guyonan mantan Presiden<br />Abdurrahman Wahid selalu ditunggu-tunggu<br />oleh banyak kalangan, termasuk presiden<br />dari berbagai negara.<br />Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat<br />tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat<br />serius dan hampir tidak pernah tertawa.<br />Oleh Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus),<br />6<br />momentum tersebut dinilai sangat<br />bersejarah bagi rakyat Negeri Kaya Minyak.<br />"Kenapa?" tanya Gus Dur.<br />"Sebab sampeyan sudah membuat Raja<br />ketawa sampai giginya kelihatan. Baru kali<br />ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya," jelas<br />Gus Mus, yang disambut gelak tawa Gus<br />Dur.<br />Melekatnya predikat humoris pada Presiden<br />RI yang keempat itu pun sempat membuat<br />Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro Ruz<br />penasaran. Suatu ketika, keduanya<br />berkesempatan bertemu.<br />Seperti yang diceritakan oleh mantan Kepala<br />Protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi<br />pada tayangan televisi, Fidel Castro bertanya<br />kepada Gus Dur mengenai joke teranyarnya.<br />Dijawablah oleh Gus Dur, "Di Indonesia itu<br />terkenal dengan fenomena 'gila',".<br />Fidel Castro pun menyimak pernyataan<br />mengagetkan tersebut.<br />"Presiden pertama dikenal dengan gila<br />wanita. Presiden kedua dikenal dengan gila<br />harta. Lalu, presiden ketiga dikenal gila<br />teknologi," tutur Gus Dur yang kemudian<br />7<br />terdiam sejenak.<br />Fidel Castro pun semakin serius<br />mendengarkan lanjutan cerita.<br />"Kemudian, kalau presiden yang keempat, ya<br />yang milih itu yang gila," celetuk Gus Dur.<br />Fidel Castro pun diceritakan terpingkalpingkal<br />mendengar dagelan tersebut. (rhs)<br />Sumber: okezone.com, 02 Januari 2010<br />3. Cerita Gus Dur Soal Naik<br />Kereta<br />Setelah mendapat larangan dari dokternya<br />untuk tidak melakukan perjalanan jauh<br />dengan menggunakan pesawat terbang, Gus<br />Dur kemudian nekat untuk berpergian jauh<br />menggunakan kereta api.<br />"Anda mau pergi naik kerata api Gus?<br />Memangnya Anda pikir bisa sampai tepat<br />waktu dengan naik kereta api?" ledek si<br />dokter.<br />"Anda jangan meremehkan, kereta itu cepet<br />banget loh!" jawab mantan Presiden RI ke-4<br />itu.<br />8<br />"Kereta api mana yang bisa menandingi<br />kecepatan pesawat terbang?" tanya dokter.<br />"Oho.. Anda jangan salah. Semua kereta api<br />bisa lebih cepat dari pesawat," kilah pria<br />kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7<br />September 1940 ini.<br />"Anda mimpi kali. Semua orang juga tahu<br />kalau pesawat itu jelas lebih cepat<br />dibandingkan kereta api," cecar sang dokter.<br />"Wah, Anda salah. Memang sekarang ini<br />pesawat lebih cepat. Tapi itu karena kereta<br />api baru bisa merangkak. Coba kalau kereta<br />api nanti sudah bisa berdiri dan bisa lari.<br />Wuiih.. pasti bakalan jauh lebih cepat dari<br />pesawat," jawab Gus Dur, disambut wajah<br />kecut sang dokter. (rhs)<br />Sumber: Okezone.com, Kamis, 07<br />Januari 2010<br />4. Obrolan Para Presiden<br />Saking udah bosannya keliling dunia, Gus<br />Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali<br />ini dia mengundang Presiden AS dan<br />Perancis terbang bersama Gus Dur buat<br />9<br />keliling dunia. Boleh dong, emangnya AS dan<br />Perancis aja yg punya pesawat<br />kepresidenan. Seperti biasa...<br />setiap presiden selalu ingin memamerkan<br />apa yang menjadi kebanggaan negerinya.<br />Tidak lama presiden Amerika, Clinton<br />mengeluarkan tangannya dan sesaat<br />kemudian dia berkata: "Wah kita sedang<br />berada di atas New York!"<br />Presiden Indonesia (Gus Dur): "Lho kok bisa<br />tau sih?"<br />"Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab<br />Clinton dengan bangganya.<br />Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques<br />Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar.<br />"Tau nggak... kita sedang berada di atas<br />kota Paris!", katanya dengan sombongnya.<br />Presiden Indonesia: "Wah... kok bisa tau<br />juga?"<br />"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut<br />presiden Perancis tersebut.<br />Karena disombongin sama Clinton dan<br />Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan<br />tangannya keluar pesawat...<br />10<br />"Wah... kita sedang berada di atas Tanah<br />Abang!!!", teriak Gus Dur.<br />"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan<br />Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan<br />nggak bisa ngeliat.<br />"Ini... jam tangan saya ilang...", jawab Gus<br />Dur kalem.<br />Sumber: gusdur.net, 13 November<br />2008<br />5. Sate Babi<br />Suatu ketika Gus Dur dan ajudannya terlibat<br />percakapan serius.<br />Ajudan: Gus, menurut Anda makanan apa<br />yang haram?<br />Gus Dur: Babi<br />Ajudan: Yang lebih haram lagi<br />Gus Dur: Mmmm ... babi mengandung babi!<br />Ajudan: Yang paling haram?<br />Gus Dur: Mmmm ... nggg ... babi<br />mengandung babi tanpa tahu bapaknya<br />dibuat sate babi! (//mbs)<br />Sumber : Okezone.com, Selasa, 1<br />September 2009<br />11<br />6. Gus Dur Diplintir Media<br />Gus Dur, dalam satu acara peluncuran<br />biografinya, menceritakan tentang kebiasan<br />salah kutip oleh media massa atas berbagai<br />pernyataan yang pernah dikeluarkannya.<br />Dia mencontohkan, ketika berkunjung ke<br />Sumatera Utara ditanya soal pernyataan<br />Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew<br />tentang gembong teroris di Indonesia, dia<br />mengatakan, pada saatnya nanti akan<br />mengajarkan demokratisasi di Singapura.<br />Namun, sambungnya, media massa<br />mengutip dia akan melakukan demo di<br />Singapura.<br />Walah ... walah, gitu aja kok repot! (//mbs)<br />sumber: okezone, Jum'at, 29 Mei 2009<br />- 13:06 wib<br />7. Kuli dan Kyai<br />Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba<br />di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab<br />Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman<br />berebutan untuk mengangkut barang-barang<br />yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di<br />antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan<br />12<br />serius dalam bahasa Arab.<br />Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut<br />spontan merubung mereka, sambil berucap:<br />Amin, Amin, Amin!<br />Gus Dur yang sedang berada di bandara itu<br />menghampiri mereka: "Lho kenapa Anda<br />berkerumun di sini?"<br />"Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi<br />pakai serban, mereka itu pasti kyai."(//ahm)<br />Sumber: okezone.com, Kamis, 2 April<br />2009 - 15:05 wib<br />8. Kaum Almarhum<br />Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya<br />pada isyarat dari makam-makam leluhur?<br />Kelihatannya dia memang percaya, sebab<br />Gus Dur selalu siap dengan gigih dan<br />sungguh-sungguh membela "ideologi"nya<br />itu. Padahal hal tersebut sering membuat<br />repot para koleganya.<br />Tapi, ini mungkin jawaban yang benar,<br />ketika ditanya kenapa Gus Dur sering<br />berziarah ke makam para ulama dan<br />leluhur.<br />13<br />"Saya datang ke makam, karena saya tahu.<br />Mereka yang mati itu sudah tidak punya<br />kepentingan lagi." Katanya.<br />Sumber: gusdur.net, Sabtu, 14<br />November 2008<br />9. Pengalaman Gus Dur Naik<br />Haji<br />Gus Dur seperti tidak pernah kehabisan<br />cerita, khususnya yang bernada sindiran<br />politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di<br />masa pemerintah Orde Baru.<br />Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke<br />Mekkah untuk berhaji. Karena yang pegi<br />seorang persiden, tentu sejumlah menteri<br />harus ikut mendampingi. Salah satunya<br />"peminta pertunjuk" yang paling rajin,<br />Menteri Penerangan Harmoko.<br />Setelah melewati beberapa ritual haji,<br />rombongan Soeharto pun melaksanakan<br />jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan<br />dengan cara melempar batu ke sebuah tiang<br />mirip patung. Di sini lah muncul masalah,<br />terutama bagi Harmoko.<br />Beberapa kali batu yang dilemparkannya<br />14<br />selau berbalik menghantam jidatnya. "Wah<br />kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dus<br />menuturkan pernyataan Harmoko yang saat<br />itu tampak gemetar karena takut.<br />Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama<br />saja, batu yang dilemparnya seperti ada<br />yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah<br />tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama,<br />Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri,<br />mencari-cari posisi presiden untuk "minta<br />petunjuk". Setelah ketemu, lalu dengan lega<br />ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak<br />Presiden.<br />Namun, sebelum sampai di hadapan<br />Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai<br />manuia, sesama setan jangan saling<br />lempar."<br />(rhs)<br />Sumber: okezone.com, 11 Januari 2010<br />10. Cuma Takut Tiga Roda<br />Suatu hari, saat Abdurarahman Wahid<br />menjabat sebagai Presiden RI, ada<br />pembicaraan serius. Pembicaraan bertopik<br />isu terhangat dilakukan selesai menghadiri<br />sebuah rapat di Istana Negara.<br />15<br />Diketahui, pembicaraan itu mengenai wabah<br />demam berdarah yang kala itu melanda kota<br />Jakarta. Gus Dur pun sibuk<br />memperbincangkan penyakit mematikan<br />tersebut.<br />"Menurut Anda, mengapa demam berdarah<br />saat ini semakin marak di Jakarta Pak?"<br />tanya seorang menterinya.<br />"Ya karena Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso<br />melarang bemo, becak, dan sebentar lagi<br />bajaj dilarang beredar di Kota Jakarta ini.<br />Padahal kan nyamuk sini cuma takut sama<br />tiga roda...!" (rhs)<br />Sumber: okezone.com, 01 Januari 2010<br />11. Tak Punya Latar Belakang<br />Presiden<br />Mantan Presiden Abdurrahman Wahid<br />memang unik. Dalam situasi genting dan<br />sangat penting pun dia masih sering<br />meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.<br />Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah<br />Konstitusi Mahfud MD saat diinterview salah<br />satu televisi swasta. "Waktu itu saya hampir<br />16<br />menolak penunjukannya sebagai Menteri<br />Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak<br />memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau<br />pertahanan," ujar Mahfud.<br />Tak dinyana, jawaban Gus Dur waktu itu<br />tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus<br />bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu<br />memiliki latar belakang presiden kok," ujar<br />Gus Dur santai.<br />Karuan saja Mahfud MD pun tidak berkutik.<br />"Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh,<br />pasti nggak akan memilih saya sebagai<br />Menhan," kelakar Mahfud. (mbs)<br />Sumber: okezone.com, 01 Desember<br />2009<br />12. Airport Abdurrahman<br />Wahid<br />Pada akhir April 2000, Gus Dur sempat ke<br />Malang, dan mendarat di Bandara<br />Abdurrahman Saleh. Ini mengingatkan dia<br />pada peristiwa belasan tahun silam, ketika<br />dia mendarat di bandara yang sama dari<br />Jakarta, saat masih ada penerbangan reguler<br />dari Bandara Halim Perdanakusuma ke<br />Malang.<br />17<br />Waktu itu Gus Dur bersama antara lain<br />Almarhum Jaksa Agung Sukarton<br />Marmosujono. Sebagaimana lazimnya untuk<br />rombongan orang penting, mereka pun<br />disambut oleh pasukan Banser NU.<br />Ketika romobongan sudah berangkat ke<br />Selorejo, sekitar 60 kilometer dari bandara,<br />petugas Banser melapor pada poskonya<br />melalui handy talky.<br />"Halo, halo, rojer," kata Mas Banser. "Lapor:<br />Abdurahman Saleh sudah mendarat di<br />airport Abdurrahman Wahid!"<br />Yah, kebalik. (mbs)<br />Sumber: Okezone.com, 24 Nopember<br />2009<br />13. Buto Cakil Pembayar<br />Demonstran?<br />Punakawan selalu digambarkan sebagai<br />kstaria. Musuhnya jelek-jelek semua,<br />misalnya Buto Cakil. Punakawan sering<br />diculik, dibawa berpindah dari satu tempat<br />ke tempat lain.<br />18<br />Tapi, menurut Ki Tedjo, sekarang semuanya<br />serba tak jelas. Perilaku kesatria pun tak<br />jelas. Yang jadi Punakawan pun tak jelas.<br />Yang disebut istana pun tak jelas. Sebab<br />saat ini masih banyak istana, ada yang di<br />Cendana, ada yang di sana, pokoknya di<br />mana-mana.<br />"Supaya rakyat tentram, mbok ya (para elite<br />politik) itu kalau berantem caranya yang<br />cerdas lah. Rakyat seperti kita ini kan juga<br />perlu tahu. Bukan begitu, Gus?"<br />"Sebelum tahu istananya, harus tahu dulu<br />siapa demonstrannya," jawab Gus Dur.<br />"Ya sebelum tahu demonstrannya, harus<br />tahu dulu siapa yang membayari." (mbs)<br />Sumber: okezone.com, 10 November<br />2009<br />14. Tukang Santet Jakarta<br />Main hakim sendiri seakan sudah dianggap<br />normal oleh masyarakat kita. Pelakunya<br />bukan cuma rakyat biasa, tapi sering justru<br />aparat yang berwenang. Paling tidak<br />penghakiman dilakukan di depan aparat.<br />Sampai-sampai majalah Tempo, jauh<br />sebelum pembredelan pernah<br />19<br />"menghitamkan" beberapa halamannyla<br />sebagai tanda prihatin. Para pembaca<br />Tempo tentu kaget dan heran. Bermacam<br />dugaan pun segera muncul. Gus Dur<br />termasuk yang heran dan menduga-duga.<br />"Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti<br />itu?" tanya Gus Dur dalam "kuis imajiner"-<br />nya.<br />"Karena reportase soal tukang santet dan<br />bromocorah Jember."<br />"Siapakah yang memerintahkan<br />penghitaman itu?"<br />"Tukang santet dan bromocorah<br />Jakarta."(mbs)<br />Sumber: okezone.com, Senin, 19<br />Oktober 2009<br />15. Keliling Dunia Tidak Mati<br />Kok!<br />Empat dokter ahli menyampaikan analisis<br />negatif terhadap kesehatan Gus Dur kepada<br />DPR. Jauh sebelumnya, salah satu Ketua<br />DPP Partai Golkar Agung Laksono juga<br />pernah mengungkit masalah itu. Agung,<br />20<br />yang juga dokter, mengusulkan agar<br />Presiden Gus Dur diperiksa oleh tim dokter<br />independen. Usul itu disetujui oleh Ketua<br />MPR Amien Rais.<br />Saat Gus Dur berkunjung ke Kairo, wartawan<br />pun menanyakan usulan Agung Laksono itu.<br />"Kalau mau tahu soal kesehatan sata, tanya<br />saja sama dokter yang pernah memeriksa<br />saya," jawab Gus Dur serius.<br />Kalau belum percaya? "Gampang saja, saya<br />keliling (dunia) ini tidak mati kok," jawab<br />Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia.<br />Tapi kemudian Gus Dur bilang, "Masalah<br />begitu jangan tanya sayalah. Saya sudah<br />malas menjawabnya. Punya ambisi politik<br />saja kok sampai begitu." (mbs)<br />16. Panglima AL Paraguay<br />Paraguay dikenal sebagai salah satu negara<br />yang tidak mempunyai laut. Tapi anehnya,<br />negara Amerika Latin ini punya panglima<br />angkatan laut.<br />Suatu ketika, kata Gus Dur, Panglima AL<br />Paraguay ini berkunjung ke negara Brasil.<br />Dalam kunjungan itu ia menemui Panglima<br />AL Brasil. Salah seorang staf AL Brasil yang<br />21<br />ikut menemuinya bertanya seenaknya,<br />"Negara bapak itu aneh ya. Tidak punya<br />laut, tapi punya panglima seperti Bapak."<br />Dengan kalem sang tamu pun menanggapio,<br />"Negeri Anda ini juga aneh, ya. Hukumnya<br />tidak berjalan, tapi merasa perlu<br />mengangkat seorang menteri kehakiman."<br />(mbs)<br />Sumber: okezone, 15 September 2009<br />17. Orang NU Gila<br />Rumah Gus Dur di kawasan Ciganjur,<br />Jakarta Selatan, sehari-harinya tidak pernah<br />sepi dari tamu. Dari pagi hingga malam,<br />bahkan tak jarang sampai dinihari para tamu<br />ini datang silih berganti baik yang dari<br />kalangan NU ataupun bukan. Tak jarang<br />mereka pun datang dari luar kota.<br />Menggambarkan fanatisme orang NU, kata<br />Gus Dur, menurutnya ada 3 tipe orang NU.<br />“Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi<br />hingga jam sembilan malam, dan<br />menceritakan tentang NU, itu biasanya<br />orang NU yang memang punya komitmen<br />dan fanatik terhadap NU,” tegas Gus Dur.<br />22<br />Orang NU jenis yang kedua, mereka yang<br />meski sudah larut malam, sekitar jam dua<br />belas sampai jam satu malam, namun masih<br />mengetuk pintu Gus Dur untuk<br />membicarakan NU, “Itu namanya orang gila<br />NU,” jelasnya.<br />“Tapi kalau ada orang NU yang masih juga<br />mengetuk pintu rumah saya jam dua dinihari<br />hingga jam enam pagi, itu namanya orang<br />NU yang gila,” kata Gus Dur sambil terkekeh.<br />Sumber: okezone<br />18. Lupa Tanggal Lahir<br />Gus Dur, nama lengkapnya adalah<br />Abdurrahma Al-Dakhil. Dia dilahirkan pada<br />hari Sabtu di Denanyar, Jombang, Jawa<br />Timur. Ada rahasia dalam tanggal<br />kelahirannya. Gus Dur ternyata tidak tahu<br />persis tanggal berapa sebenarnya dia<br />dilahirkan.<br />Sewaktu kecil, saat dia mendaftarkan diri<br />sebagai siswa di sebuah SD di Jakarta, Gus<br />Dur ditanya, " Namamu siapa Nak?"<br />"Abdurrahman," jawab Gus Dur.<br />23<br />"Tempat dan tanggal lahir?' "Jombang ...,"<br />jawab Gus Dur terdiam beberapa saat.<br />"Tanggal empat, bulan delapan, tahun<br />1940," lanjutnya<br />Gus Dur agak ragu sebab dia menghitung<br />dulu bula kelahirannya. Gus Dur hanya hapal<br />bulan Komariahnya, yaitu hitungan<br />berdasarkan perputaran bulan. Dia tidak<br />ingat bulan Syamsiahnya atay hitungan<br />berdasarkan perputaran matahari.<br />Yang Gus Dur maksud, dia lahir bulan<br />Syakban, bulan kedelapan dalam hitungan<br />Komariag. Tetapi gurunya menganggap<br />Agustus, yaitu bulan delapan dalam hitungan<br />Syamsiah.<br />Maka sejak itu dia dianggap lahir pada<br />tanggal 4 Agustus 1940. Padahal sebenarnya<br />dia lahir pada 4 Syakban 1359 Hijriah atau 7<br />September 1940.<br />19. Santri Dilarang Merokok<br />"Para santri dilarang keras merokok!"<br />begitulah aturan yang berlaku di semua<br />pesantren, termasuk di pesantren Tambak<br />Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur<br />24<br />pernah nyatri. Tapi, namanya santri, kalau<br />tidak bengal dan melanggar aturan rasanya<br />kurang afdhol.<br />Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di<br />pesantren itu tiba-tiba padam. Suasana pun<br />jadi gelap gulita. Para santri ada yang tidak<br />peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang<br />terlihat jalan-jalan mencari udara segar. Di<br />luar sebuah rumah, ada seseorang sedang<br />duduk-duduk santai sambail merokok.<br />Seorang santri yang kebetulan melintas di<br />dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di<br />tengah kegelapan itu.<br />"Nyedot, Kang?" sapa si santri sambil<br />menghampiri "senior"-nya yang sedang asyik<br />merokok itu. Langsung saja orang itu<br />memberikan rokok yang sedang dihisapnya<br />kepada sang "yunior". Saat dihisap, bara<br />rokok itu membesar, sehingga si santri<br />mengenali wajah orang tadi.<br />Saking takutnya, santri itu langsung lari<br />tunggang langgang sambil membawa rokok<br />pinjamannya. "Hai, rokokku jangan dibawa!"<br />teriak Kiai Fatta.<br />20. Doa Mimpi Matematika<br />25<br />Jauh sebelum menjadi presiden, Gus Dur<br />dikenal sebagai penulis yang cukup<br />produktif. Hampir tiap pekan tulisannya<br />muncul di koran atau majalah. Tema<br />tulisannya pun beragam, dari soal politik,<br />sosial, sastra, dan tentu saja agama.<br />Dia pernah mengangkat soal puisi yang<br />ditulis oleh anak-anak di bawah usia 15<br />tahun yang dimuat majalah Zaman.<br />Kata Gus Dur, anak-anak itu ternyata lebih<br />jujur dalam mengungkapkan keinginannya.<br />Enggak percaya? Gus Dur membacakan puisi<br />yang dibuat Zul Irwan<br />Tuhan …<br />berikan aku mimpi malam ini<br />tentang matematika<br />yang diujikan besok pagi<br />21. Obrolan Hari Jumat<br />Pernah suatu ketika Gus Dur di ruang<br />kerjanya di Istana Merdeka menerima<br />Mohammad Sobary, peneliti dari LIPI,<br />kolumnis dan pernah menjadi pemimpin<br />Kantor Berita Antara dan Djohan Effendi<br />(Kepala Litbang Departemen Agama).<br />26<br />Hampir sepanjang hari Gus Dur berbincangbincang<br />dengan kedua sahabatnya tersebut.<br />Sobary sempat menjadi moderator ketika<br />berlangsung dialog antara Gus Dur dengan<br />masyarakat seusai shalat Jumat di Masjid<br />Baiturrahim (Masjid Istana Kepresidenan).<br />Sobary lantas mengulang cerita Gus Dur<br />tentang hal lucu yang terjadi di sekitar Gus<br />Dur selama masa istirahat. Sebelum shalat<br />Jumat, Gus Dur dari ruang kerjanya<br />menelepon Menteri Agama di kantornya.<br />Kebetulan yang mengangkat telepon di<br />kantor Menteri Agama adalah seorang staf<br />menteri.<br />Dialognya demikian:<br />Gus Dur: Hallo, saya mau bicara dengan<br />Menteri Agama<br />Staf Departemen Agama: Ini siapa?<br />Gus Dur: Saya Abdurrahman Wahid<br />Staf Departemen Agama: Abdurrahman<br />Wahid siapa?<br />Gus Dur: Presiden.....<br />22. Dua Gus Adalah Musuh<br />Orba<br />27<br />Di kalangan Nahdliyin, Gus adalah julukan<br />bagi anak kiai yang mereka hormati .<br />Panggilan hormat itu tetap melekat, bahkan<br />sampai si anak sudah jadi bapak atau kakek<br />. Begitulah, menurut Gus Dur, ada Gus Nun,<br />Gus Mus, dan lain-lain-anpa menyebut diri<br />sendiri.<br />Lain sikap hormat kalangan Nahdliyin, lain<br />pula pandangan pemerintah Orde Baru.<br />Yang terakhir ini tak suka dengan para Gus<br />itu, terutama yang kritis terhadap<br />kekuasaan.<br />Kekritisan Gus Dur terhadap pemerintah<br />Orde Baru mengakibatkan ia "dikucilkan."<br />Gus Nun sering ngomong pedas, maka<br />dianggap musuh pemerintah juga .<br />Tapi , kata Gus Dur, di acara jamuan makan<br />malam bersama tamu-tamunya, sebenarnya<br />ada satu "Gus" lagi yang tidak disukai<br />pemerintah .<br />Para tamu pun penasaran, dan menunggu<br />Gus siapa lagi gerangan yang dimaksud .<br />"Gusmao...," ungkap Gus Dur menyebut<br />nama belakang Kay Rala Xanana (sekarang<br />28<br />Presiden Timor Leste), pemimpin Fretilin<br />yang saat itu masih di penjara.<br />23. Gus Dur dan UU<br />Pornografi<br />Humor ini muncul saat Dewan Perwakilan<br />Rakyat akan mengesahkan Rancangan<br />Undang-undang Pornografi menjadi undangundang<br />pada pertengahan 2008. Berbagai<br />pro dan kontra berkembang. Demonstrasi di<br />mana-mana.<br />Gus Dur yang terkenal sebagai tokoh<br />kebebasan berpikir, tidak ambil pusing. Bagi<br />dia, di dalam Islam pun telah ada porno.<br />Jadi tidak perlu diperdebatkan. Berikut cerita<br />mengenai 189 Gaya Bersetubuh yang dikutip<br />dari berbagai sumber:<br />Ketika semua pihak berteriak musnahkan<br />pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena<br />tidak sesuai dengan syariat Islam, Gus Dur<br />justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha<br />mengambil contoh dari sisi pandangan Islam<br />tentang porno tersebut.<br />Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab<br />interview, Gus Dur menyebut kitab Raudlatul<br />Mu’aththar sebagai korban tentang<br />29<br />kesalahan memandang pengertian daripada<br />kata porno.<br />“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar<br />(Kebun Wewangian) itu merupakan kitab<br />Bahasa Arab yang isinya tata cara<br />bersetubuh dengan 189 gaya."<br />"Kalau begitu, kitab itu cabul dong?”<br />24. Becak Dilarang Masuk<br />Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah<br />bercerita kepada Menteri Pertahanan saat<br />itu, Mahfud MD, tentang orang Madura yang<br />katanya banyak akal dan cerdik. Cerita ini<br />masuk dalam buku Setahun bersama Gus<br />Dur, Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit.<br />Ceritanya, ada tukang becak asal Madura<br />yang pernah dipergoki oleh polisi ketika<br />melanggar rambu “becak dilarang masuk”.<br />Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada<br />rambu gambar becak disilang dengan garis<br />hitam yang berarti jalan itu tidak boleh<br />dimasuki becak.<br />“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan<br />gambar becak tidak boleh masuk jalan ini,”<br />bentak polisi.<br />30<br />“Oh saya melihat pak, tapi itu kan<br />gambarnya becak kosong. Becak saya kan<br />ada yang mengemudi,” jawab si tukang<br />becak .<br />“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah<br />gambar itu kan ada tulisan bahwa becak<br />dilarang masuk,” bentak pak polisi lagi.<br />“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya<br />bisa membaca maka saya jadi polisi seperti<br />sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti<br />ini,” jawab si tukang becak sambil<br />cengengesan.<br />25. Radio Islami<br />Seorang Indonesia yang baru pulang<br />menunaikan ibadah haji terlihat marahmarah.<br />“Lho kang, ngopo ngamuk-ngamuk<br />mbanting radio? (Kenapa ngamuk-ngamuk<br />membanting radio?)” tanya kawannya<br />penasaran.<br />“Pembohong! Gombal!” ujarnya geram.<br />Temannya terpaku kebingungan.<br />“Radio ini di Mekkah tiap hari ngaji Alquran<br />31<br />terus. Tapi di sini, isinya lagu dangdut tok.<br />Radio begini kok dibilang radio Islami.”<br />“Sampean (Anda) tahu itu radio Islami dari<br />mana?”<br />“Lha…, itu bacaannya all-transistor. Kan<br />pakai Al."<br />26. Ho Oh<br />Seorang ajudan Presiden Bill Clinton dari<br />Amerika Serikat sedang jalan-jalan di<br />Jakarta. Karena bingung dan tersesat, dia<br />kemudian bertanya kepada seorang penjual<br />rokok. "Apa betul ini Jalan Sudirman?" "Ho<br />oh," jawab si penjual rokok.<br />Karena bingung dengan jawaban tersebut,<br />dia kemudian bertanya lagi kepada seorang<br />Polisi yang sedang mengatur lalu lintas. "Apa<br />ini Jalan Sudirman?" Polisi menjawab,<br />"Betul."<br />Karena bingung mendapat jawaban yang<br />berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus<br />Dur yang waktu itu kebetulan melintas<br />bersama ajudannya. "Apa ini Jalan<br />32<br />Sudirman?" Gus Dur menjawab "Benar."<br />Bule itu semakin bingung saja karena<br />mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu<br />akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi,<br />mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab<br />"Ho oh," lalu tanya polisi dijawab "betul" dan<br />yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata<br />"benar."<br />Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia berkata,<br />"Ooh begini, kalau Anda bertanya kepada<br />tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh,<br />kalau yang bertanya kepada tamatan SMA<br />maka jawabannya adalah betul. Sedangkan<br />kalau yang bertanya kepada tamatan<br />Universitas maka jawabannya benar."<br />Ajudan Clinton itu mengangguk dan akhirnya<br />bertanya, "Jadi Anda ini seorang sarjana?"<br />Dengan spontan Gus Dur menjawab, "Ho ...<br />oh!"<br />Sumber: marhendraputra.co.cc, 3 Januari<br />2010<br />Made In Japan, Sangat Cepat ...<br />Di luar Hotel Hilton, Gus Dur bersama<br />sahabatnya yang seorang turis Jepang mau<br />33<br />pergi ke Bandara. Mereka naik taksi di jalan,<br />tiba-tiba saja ada mobil kencang sekali<br />menyalip taksinya. Dengan bangga Si<br />Jepang berteriak, "Aaaah Toyota, made in<br />Japan. Sangat cepat...!"<br />Tidak lama kemudian, mobil lain menyalip<br />taksi itu. Si Jepang teriak lagi, "Aaaah<br />Nissan, made ini Japan. Sangat cepat."<br />Beberapa lama kemudian, taksi yang ia naiki<br />lagi-lagi disalip mobil, dan Si Jepang teriak<br />lagi "Aaaah Mitsubishi. Made in Japan sangat<br />cepat...!" Gus Dur dan sopir taksi itu merasa<br />kesal melihat Si Jepang ini bener-bener<br />nasionalis.<br />Kemudian, sesampainya di bandara, sopir<br />taksi bilang ke Si Jepang. "100 dolar,<br />please..."<br />"100 dolars...?! Ini tidak jauh dari hotel."<br />"Aaaah... Argometer made in Japan kan<br />sangat cepat sekali," kata Gus Dur menyahut<br />Si Jepang itu.<br />27. DPR Turun Pangkat<br />Dia juga sempat melontarkan guyonan<br />34<br />tentang prilaku anggota Dewan Perwakilan<br />Rakyat. Sempat menyebut mereka sebagai<br />anak Taman Kanak-Kanak. Gus Dur pun<br />berseloroh anggota DPR sudah "turun<br />pangkat" setelah ricuh dalam sidang<br />paripurna pembahasan kenaikan bahan<br />bakar minyak (BBM) pada 2004 silam.<br />"DPR dulu TK, sekarang playgroup," kata<br />Gus Dur, ketika menjawab pertanyaan<br />wartawan tentang kejadian di DPR saat<br />sidang itu.<br />28. Dicium Artis Cantik<br />Magnet sense of humor Gus Dur yang tinggi<br />membuat kesengsem salah satu artis cantik<br />saat hadir dalam suatu acara di rumah salah<br />seorang pengasuh Pondok Kajen. Saking<br />gemesnya, artis itu dengan santai langsung<br />ngesun (mencium) pipi Gus Dur tanpa pake<br />permisi.<br />Jelas beberapa di antara mereka yang hadir<br />langsung dibikin kaget dan bingung. Siapa<br />yang kuat ngeliat kiat nyentrik cuma diem<br />aja disun (dicium) artis cantik.Tak lama<br />kemudian begitu sudah agak sepi, Gus Mus<br />yang sedang di antara mereka, langsung<br />numpahin sederet kalimat yang sudah dari<br />35<br />tadi cuma bisa disimpan dalam hati. “Loh<br />Gus, Kok Gus Dur diam saja sih disun sama<br />perempuan?’<br />Dengan santai dan silakan bayangin sendiri<br />gayanya, Gus Dur malah ngasih jawaban<br />sepele.<br />“Lha wong saya kan nggak bisa lihat. Ya<br />mbok sampeyan jangan pengin.”<br />29. NU Diskon<br />Suatu hari, di bulan Ramadan, Gus Dur<br />bersama seorang kiai lain (kiai Asrowi)<br />pernah diundang ke kediaman mantan<br />presiden Soeharto untuk buka bersama.<br />Setelah buka, kemudian salat Maghrib<br />berjamaah. Setelah minum kopi, teh dan<br />makan, terjadilah dialog antara Soeharto dan<br />Gus Dur.<br />“Gus Dur sampai malam di sini?”<br />“Engga Pak! Saya harus segera pergi ke<br />‘tempat lain’.”<br />“Oh iya ya ya… silaken. Tapi kiainya kan<br />ditinggal di sini ya?”<br />36<br />“Oh, iya Pak, tapi harus ada penjelasan.”<br />“Penjelasan apa?”<br />“Salat Tarawihnya nanti itu ngikutin NU lama<br />atau NU baru?”<br />Soeharto jadi bingung, baru kali ini dia<br />mendengar ada NU lama dan NU baru.<br />Kemudian dia bertanya. “Lho NU lama dan<br />NU baru apa bedanya?”<br />”Kalau NU lama, Tarawih dan Witirnya itu 23<br />rakaat,” kata Gus Dur.<br />“Oh iya iya ya ya… ga apa-apa….”<br />Gus Dur sementara diam.<br />“Lha kalau NU baru?” tanya Soeharto.<br />“Diskon 60 persen. Salat Tarawih dan<br />Witirnya cuma tinggal 11 rakaat.” Semua<br />tamu buka puasa langsung tertawa.<br />30. Che Guevara<br />guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi<br />Presiden RI, saat berkunjung ke Kuba dan<br />bertemu dengan Fidel Castro.<br />37<br />Saat itu Fidel Castro mendatangi hotel<br />tempat Gus Dur dan rombongannya<br />menginap selama di Kuba. Dan mereka pun<br />terlibat pembicaraan hangat, menjurus<br />serius. Agar pembicaraan tidak terlalu<br />membosankan, Gus Dur pun mengeluarkan<br />jurus andalannya, yaitu guyonan.<br />Beliau bercerita pada pemimpin Kuba, Fidel<br />Castro, bahwa ada 3 orang tahanan yang<br />berada dalam satu sel. Para tahanan itu<br />saling memberitahu bagaimana mereka bisa<br />sampai ditahan di situ. Tahanan pertama<br />bercerita, “Saya dipenjara karena saya anti<br />dengan Che Guevara.” Seperti diketahui Che<br />Guevara memimpin perjuangan kaum<br />sosialis di Kuba.<br />Tahanan kedua berkata geram, “Oh kalau<br />saya dipenjara karena saya pengikut Che<br />Guevara!” Lalu mereka berdua terlibat<br />perang mulut. Tapi mendadak mereka<br />teringat tahanan ketiga yang belum ditanya.<br />“Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di<br />sini?” tanya mereka berdua kepada tahanan<br />ketiga.<br />Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan<br />berat hati, “Karena saya Che Guevara.”<br />38<br />Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak<br />mendengar guyonan Gus Dur tersebut.<br />31. Siapa yang Paling Berani<br />Di atas geladak kapal perang US Army tiga<br />pemimpin negara sedang “berdiskusi”<br />tentang prajurit siapa yang paling berani. Eh<br />kebetulan di sekitar kapal ada hiu-hiu yang<br />sedang kelaparan lagi berenang mencari<br />makan …<br />Bill Clinton: Kalau Anda tahu … prajurit kami<br />adalah yang terberani di seluruh dunia …<br />Mayor .. sini deh … coba kamu berenang<br />keliling ini kapal sepuluh kali.<br />Mayor: (walau tahu ada hiu) siap pak, demia<br />“The Star Spangled Banner” saya siap ,,,<br />(akhirnya dia terjun dan mengelilingi kapal<br />10 kali sambil dikejar hiu).<br />Mayor: (naik kapal dan menghadap) Selesai<br />pak!!! Long Live America!!<br />Clinton: Hebat kamu, kembali ke pasukan!<br />Koizumi: (tak mau ketinggal, dia panggil<br />sang sersan) Sersan! Menghadap sebentar<br />(sang Sersan datang) … coba kamu keliling<br />kapal ini sebanyak 50 kali … !<br />39<br />Sersan: (melihat ada hiu … glek … tapi) for<br />the queen I’am ready to serve!!! (pekik sang<br />sersan, kemudian membuka-buka baju lalu<br />terjun ke laut dan berenang keliling 50 kali<br />… dan dikejar hiu juga).<br />Sersan: (menghadap sang perdana menteri)<br />GOD save the queen!!!<br />Koizumi: Hebat kamu … kembali ke tempat<br />… Anda lihat Pak Clinton … Prajurit saya<br />lebih berani dari prajurit Anda … (tersenyum<br />dengan hebat …)<br />Gus Dur: Kopral ke sini kamu … (setelah<br />dayang …) saya perintahkan kamu untuk<br />terjun ke laut lalu berenang mengelilingi<br />kapal perang ini sebanyak 100 kali … ok?<br />Kopral: Hah … Anda gila yah …! Presiden<br />nggak punya otak … nyuruh berenang<br />bersama hiu … kurang ajar!!! (sang Kopral<br />pun pergi meninggalkan sang presiden …)<br />Gus Dur: (Dengan sangat bangga) Anda lihat<br />Pak Clinton dan Pak … Cumi Cumi … kirakira<br />siapa yang punya prajurit yang paling<br />BERANI!!! … Hidup Indonesia … !!!<br />40<br />32. Doa Mimpi Matematika<br />Jauh sebelum menjadi Presiden, Gus Dur<br />dikenal sebagai penulis yang cukup<br />produktif. Hampir tiap pekan tulisannya<br />muncul di koran atau majalah. Tema<br />tulisannya pun beragam, dari soal politik,<br />sosial, sastra, dan tentu saja agama.<br />Pernah dia mengangkat soal puisi yang<br />ditulis oleh anak-anak di bawah usia 15<br />tahun yang dimuat majalah Zaman. Kata<br />Gus Dur, anak-anak itu ternyata lebih jujur<br />dalam mengungkapkan keinginannya.<br />Enggak percaya? Baca saja puisi yang dibuat<br />oleh Zul Irwan ini:<br />Tuhan …<br />berikan aku mimpi malam ini<br />tentang matematika<br />yang diujikan besok pagi<br />33. Tiga Polisi Jujur<br />Gus Dur sering terang-terangan ketika<br />mengritik. Tidak terkecuali ketika mengkritik<br />dan menyindir polisi.<br />Menurut Gus Dur di negeri ini hanya ada tiga<br />polisi yang jujur. “Pertama, patung polisi.<br />Kedua, polisi tidur. Ketiga, polisi Hoegeng<br />(mantan Kapolri).”<br />41<br />Lainnya? Gus Dur hanya tersenyum.<br />34. 189 Gaya Bersetubuh<br />Ketika semua pihak berteriak “Musnahkan<br />pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena<br />nggak sesuai dengan syariat Islam,” Gus Dur<br />justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha<br />mengambil contoh dari sisi pandangan Islam<br />tentang porno tersebut.<br />Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab<br />interview dengan Jaringan Islam Liberal, Gus<br />Dur menyebut kita Raudlatul Mu’aththar<br />sebagai korban tentang kesalahan<br />memandang pengertian daripada kata<br />porno.<br />“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar (The<br />Perfumed Garden, Kebun Wewangian) itu<br />merupakan kitab Bahasa Arab yang isinya<br />tata cara bersetubuh dengan 189 gaya, ha …<br />ha … ha. Kalau gitu, kitab itu cabul dong?”<br />35. Membuat Orang-Orang<br />Berdoa<br />Di pintu akherat seorang malaikat menanyai<br />seorang sopir Metro Mini. “Apa kerjamu<br />selama di dunia?” tanya malaikat itu.<br />42<br />“Saya sopir Metro Mini, Pak.” lalu malaikat<br />itu memberikan kamar yang mewah untuk<br />sopir Metro tersebut dan peralatan yang<br />terbuat dari emas.<br />Lalu datang Gus Dur dengan dituntutn<br />ajudannya yang setia.<br />“Apa kerja kamu di dunia?” tanya malaikat<br />kepada Gus Dur.<br />“Saya presiden dan juga juru dakwah Pak…”<br />lalu malaikat itu memberikan kamar yang<br />kecil dan peralatan dari kayu. Melihat itu Gus<br />Dur protes.<br />“Pak kenapa kok saya yang presiden<br />sekaligus juru dakwah mendapatkan yang<br />lebih rendah dari seorang sopir Metro..?”<br />Dengan tenang malaikat itu menjawab:<br />“Begini Pak… Pada saat Bapak ceramah,<br />Bapak membuat orang-orang semua<br />ngantuk dan tertidur… sehingga melupakan<br />Tuhan. Sedangkan pada saat sopir Metro<br />Mini mengemudi dengan ngebut, ia<br />membuat orang-orang berdoa…”<br />36. Bukan Saya<br />Di sebuah sekolah dasar di Los Palos,<br />Timtim, seorang sersan kepala yang galak<br />43<br />jadi guru pengganti. Kali ini dia mengajarkan<br />sejarah kemerdekaan RI untuk anak-anak<br />kelas III. Untuk menguji daya tangkap para<br />muridnya, ia bertanya dengan suara keras,<br />“Coba, siapa yang menurunkan bendera<br />merah, putih, biru, di Hotel Oranye<br />Surabaya?”<br />Murid-murid yang terlanjur dicekam rasa<br />ketakutan serentak menjawab, “Bukan saya,<br />Pak. Jangan tangkap saya!”<br />Humor Gusdur : Ngebor Kebanyakan<br />“Mengapa muncul bencana lumpur dan gas<br />panas di Sidoarjo?” tanya Gus Dur.<br />“Ngebornya La Pindo, jadi jebol. Kalau La<br />Pisan mungkin aman. Dalam bahasa Jawa<br />Timuran Pindo kan dua kali, Pisan, sekali,”<br />kata Gus Dur menjawab pertanyaannya<br />sendiri.<br />37. Iklan Gratis<br />handoyo ‘Gus Pur’ epigon Gus Dur bernafas<br />lega ketika dipertemukan dengan tokoh<br />aslinya yaitu Gus Dur, saat program Kick<br />Andy yang diputar di Metro TV, Kamis<br />15/11/2007.<br />44<br />“Apakah Handoyo pernah minta ijin langsung<br />kepada Anda untuk menjadi Gus Dur dalam<br />Republik Mimpi?” tanya Andy F. Noya, host<br />program itu, kepada Gus Dur.<br />“Abis gimana lagi, yah anggep saja sudah,”<br />jawab Gus Dur enteng.<br />Dalam kesempatan itu, Gus Dur mengaku<br />senang dengan adanya tokoh Gus Pur dalam<br />parodi politik itu. “Itung-itung advertensi<br />(iklan) gratis,” katanya disambut gelak tawa<br />penonton.<br />Bahkan ketika ditanya lebih ganteng siapa<br />antara Gus Dur dan Gus Pur. Gus Dur<br />mengatakan Handoyo seperti iklan film foto<br />yang bermoto ’seindah warna aslinya’, tapi<br />Gus Dur memplesetkannya menjadi, “lebih<br />indah dari warna aslinya,” kata Gus Dur.<br />38. Tuhan Tak Perlu Dibela<br />Saat kebanyakan orang saling menunjukkan<br />diri sebagai ‘pihak yang paling garang’ dan<br />‘paling ngotot’ mengatakan diri mereka<br />adalah sedang dalam perlawanan membela<br />agama Tuhan. Jelas ini adalah sikap yang<br />lagi-lagi gegabah.<br />45<br />“Tuhan nggak perlu dibela,” jawaban Gus<br />Dur kala itu. Karuan saja omongan itu juga<br />menimbulkan kontroversi. Hingga akhirnya<br />teman Gus Dur, KH Mustafa Bisri pun ikut<br />angkat bicara.<br />“Tuhan itu sebenarnya nggak butuh kita.<br />Kalau se-Indonesia ini mau jadi kafir semua,<br />Tuhan juga nggak akan bermasalah,”<br />sambung Gus Mus menguatkan pernyataan<br />Gus Dur<br />39. Maju Aja Dituntun,<br />Apalagi Mundur<br />Dur dalam berbagai kesempatan selalu<br />berkata jujur. Akibat kejujurannya itu,<br />kadang kala disertai humor “tingkat tinggi”<br />yang membuat para pendengarnya tergelak.<br />Salah satu contohnya kala Gus Dur<br />menanggapi berbagai desakan agar dirinya<br />mundur. Tanpa basa-basi dia pun<br />menimpali.<br />“Maju aja masih harus dituntun, apalagi<br />mundur,” ujar Gus Dur<br />40. Presiden Wisatawan<br />46<br />Teladan yang diberikan Gus Dur sangat<br />banyak. Misalnya saja saat memberikan<br />pidato di Jerman yang ikut serta mantan<br />Presiden Indonesia BJ Habibie. Di situ Gus<br />Dur runtut menyebutkan status<br />kepresidenan dari masa Pak Karno sampai<br />dirinya.<br />“Pak Karno itu presiden yang negarawan,<br />Pak Harto hartawan, Pak Habibie, sedang<br />saya sendiri Wisatawan,” ujar Gus Dur jujur.<br />Pernyataan Gus Dur itu mungkin untuk<br />menanggapi berbagai pernyataan bahwa<br />selama dia menjabat presiden gemar<br />melancong/kunjungan ke luar negeri<br />41. Pikiran Porno<br />Dalam suatu kesempatan Gus Dur<br />mengeluarkan sebuah pernyataan yang<br />sebenarnya tidak dimaksudkan untuk<br />menghina. Namun dengan itu bagian dari<br />upaya Gus Dur menyampaikan joke.<br />“Alquran itu kita suci yang paling p o r n o.<br />Ya kan bener, di dalamnya ada kalimat<br />menyusui. Berarti mengeluarkan tetek. Ya<br />udah, cabul kan?”<br />47<br />Mungkin dengan hanya kalimat guyonan itu<br />sebagian masih ada yang merasa<br />diresahkan. Masa sih ulama yang terkenal<br />wali kaya gitu? Maka, di lain waktu Gus Dur<br />mengulangi penjelasannya dengan memilih<br />bahasa yang lebih sopan.<br />“Maksudnya, itu ayat jadi por no kalau yang<br />baca lagi punya pikiran yang ngeres. Kalau<br />nggak, ya udah. Berarti beres.”<br />Masih nggak puas. Karenanya pertanyaan<br />berikutnya segera menyusul. “Tapi Gus,<br />Alquran kan bahasanya sopan?”<br />“Betul, juga bahasa di luar Alquran banyak<br />yang sopan. Tapi, waktu teman saya naik<br />bus, lihat orang lagi bunting. Terus dia<br />mbatin kenapa bisa bunting? Mendadak<br />‘barangnya’ (alat kelaminnya) berdiri garagara<br />pikirannya itu,” jawab Gus Dur.<br />Ya, begitulah Gus Dur<br />42. Olimpiade<br />Hampir tak ada negara yang rela ketinggalan<br />mengikuti Olimpiade . Acara empat tahunan<br />itu merupakan salah satu cara promosi<br />negara masing-masing. Dan tentu saja ,<br />peristiwa ini juga sangat bergengsi karena<br />48<br />acara ini diliput oleh semua media massa<br />negara peserta. Wajarlah kalau setiap<br />negara berusaha mengirimkan atlet<br />terbaiknya, dengan harapan mereka bisa<br />mendapatkan emas. Begitulah sambutan<br />Gus Dur saat melepas tim Indonesia ke<br />Olimpiade Sidney yang baru lalu.<br />Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa<br />yang pernah terjadi di Suriah. Pada waktu<br />Olimpiade beberapa tahun yang lalu,<br />tuturnya, kebetulan pelari asal Suriah<br />merebut medali emas. Sang pelari mampu<br />memecahkan rekor tercepat dari pemenang<br />sebelumnya, bahkan selisih waktunya pun<br />terpaut jauh.<br />Maka, dia langsung dikerubuti wartawan<br />karena punya nilai berita yang sangat tinggi.<br />“Apa sih rahasia kemenangan anda?” tanya<br />wartawan.<br />“Mudah saja,” jawab si pelari Suriah, enteng,<br />“Tiap kali bersiap-siap akan start, saya<br />membayangkan ada serdadu Israel di<br />belakang saya yang mau menembak saya.”<br />Ini cerita Gus Dur tentang situasi Rusia,<br />tidak lama setelah bubarnya Uni Soviet.<br />Sosialisme hancur, dan para birokrat tidak<br />49<br />punya pengalaman mengelola sistem<br />ekonomi pasar bebas. Di masa sosialisme,<br />memang rakyat sering antre untuk<br />mendapatkan macam-macam kebutuhan<br />pokok, tapi manajemennya rapi, sehingga<br />semua orang kebagian jatah. Sekarang,<br />masyarakat tetap harus antre, tapi karena<br />manejemennya jelek, antrean umumnya<br />sangat panjang, dan banyak orang yang<br />tidak kebagian jatah.<br />Begitulah, seorang aktivis sosial berkeliling<br />kota Moskow untuk mengamati bagaimana<br />sistem baru itu bekerja. Di sebuah antrean<br />roti, setelah melihat banyaknya orang yang<br />tidak kebagian, aktivis itu menulis di buku<br />catatannya, “roti habis.”<br />Lalu dia pergi ke antrean bahan bakar. Lebih<br />banyak lagi yang tak kebagian. Dan dia<br />mencatat “bahan bakar habis!”, kemudian<br />dia menuju ke antrean sabun. Wah<br />pemerintah kapitalis baru ini betul-betul<br />brengsek, banyak sekali masyarakat yang<br />tidak mendapat jatah sabun. Dia menulis<br />besar-besar “SABUN HABIS!”.<br />Tanpa dia sadari, dia diikuti oleh seorang<br />intel KGB. Ketika dia akan meninggalkan<br />antrean sabun itu, si intel menegur “Hey<br />50<br />bung! dari tadi kamu sibuk mencatat-catat<br />terus, apa sih yang kamu catat?”.<br />Sang aktivis menceritakan bahwa dia sedang<br />melakukan penelitian tentang kemampuan<br />pemerintah dalam mendistribusikan barang<br />bagi rakyat .<br />“Untung kamu ya, sekarang sudah jaman<br />reformasi”, ujar sang intel, “Kalau dulu,<br />kamu sudah ditembak”.<br />Sambil melangkah pergi, aktivis itu<br />mencatat, “Peluru juga habis!<br />43. Salad<br />Gus Dur nggak mati akal kalau urusan<br />melucu. Bahkan, guyonan Gus Dur pun juga<br />diucapkan dalam bahasa asing. Suatu ketika<br />Gus Dur bercerita tentang ada seorang<br />pejabat negara ini yang diundang ke luar<br />negeri.<br />Dia lalu mengisahkan seorang istri pejabat<br />Indonesia yang dijamu makan malam dalam<br />sebuah kunjungan ke luar negeri.<br />51<br />Dalam kesempatan itu, kata Gus Dur, si<br />nyonya pejabat ditawarkan makanan<br />pembuka oleh seorang pramusaji, “you like<br />salad, madame?”<br />“Oh sure, I like Salat five time a day.<br />Shubuh, Dzuhur, Asyar, Maghrib and Isya,”<br />jawab si Nyonya percaya diri.<br />44. Membayangkan Serdadu<br />Israel<br />Hampir tak ada negara yang rela ketinggalan<br />mengikuti olimpiade. Acara empat tahunan<br />itu merupakan salah satu cara promosi<br />negara masing-masing. Dan tentu saja,<br />peristiwa ini juga sangat bergengsi karena<br />acara ini diliput oleh media massa semua<br />negara peserta.<br />Wajarlah kalau setiap negara berusaha<br />mengirimkan atlet terbaiknya, dengan<br />harapan mereka bisa mendapat medali<br />emas. Begitulah sambutan Presiden Gus Dur<br />saat melepas tim Indonesia ke Olimpiade<br />Sydney kala itu.<br />Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa<br />yang pernah terjadi di Suriah. Pada waktu<br />Olimpiade beberapa tahun lalu, tuturnya,<br />kebertulan pelari asal Suriah memeperoleh<br />52<br />medali emas. Sang pelari mampu<br />memecahkan rekor tercepat dari pemenang<br />sebelumnya. Bahkan selisih waktunya pun<br />terpaut jauh.<br />Maka, ia langsung dikerubuti para wartawan<br />karena punya nilai berita yang sangat tinggi.<br />“Apa sih rahasia kemenangan Anda? tanya<br />wartawan.<br />“Mudah saja” jawab si pelari Suriah, enteng.<br />“Tiap kali bersiap-siap akan mulai, saya<br />membayangkan ada serdadu Israel di<br />belakang saya yang akan menembak saya.”<br />45. Gus Dur Ngelu<br />“Saya mau bertanya sama Pak Permadi dan<br />para hadirin.” kata Sutradara Film Garin<br />Nugroho dalam wayangan. Biasanya, tokohtokoh<br />baik itu kalau situasinya susah pada<br />berubah semua. Petruk misalnya, ketika mau<br />jadi raja tiba-tiba berubah wataknya.<br />Permadi yang ditanya Gus Dur yang<br />mnejawab. Ia membenarkan bahwa watak<br />Petruk berubah ketika ia mau menjadi raja.<br />“Makanya, kalau mencari pemimpin mestinya<br />yang tak gampang berubah,” tambah Gus<br />Dur.<br />53<br />“Kalau menurut Pak Permadi, Gus Dur itu<br />berubah tidak? celetuk seorang hadirin.<br />“Ya, agak berubah,” jawab Permadi.<br />“Misalnya dalam hal apa?”<br />“Misalnya, kalau dulu Gus Dur itu masih suka<br />kumpul-kumpul dengan saya, sekarang<br />hampir tidak pernah lagi.”<br />“Kalau itu sih sebabnya sederhana,” sahut<br />Gus Dur.<br />“Sederhana bagaimana Gus?” kejar hadirin.<br />“Ngelu (pusing).”<br />46. Anggur Mukti Ali<br />Pada kunjungan keliling Eropa bulan<br />Februari 2000, Gus Dur ketemu para kepala<br />negara/pemerintahan. Dia antara lain<br />ketemu Presiden Perancis Jacques Chirac.<br />Untuk mencairkan suasana, seperti biasa,<br />dia memasang jurus ampuhnya: humor. Dan<br />tentu saja guyonan yang dipilihnya adalah<br />sedikit banyak ada sangkutannya dengan<br />tuan rumah.<br />Menurut Gus Dur, pada tahun 1970-an di<br />Indonesia mulai diupayakan dialog<br />antaragama. Penggagasnya adalah Prof<br />Mukti Ali, waktu itu menteri agama.<br />54<br />“Saya sangat setuju dengan prinsipnya, tapi<br />tidak setuju dengan contoh yang diberikan<br />Mukti Ali,” ujar Gus Dur.<br />“Mengapa?” tanya Presiden Chirac, mulai<br />heran.<br />“Menurut Mukti Ali, semua agama itu sama<br />saja; sama bagusnya, sama luhurnya. Ini<br />saya setuju. Tapi dia memberi contoh<br />dengan menyebut anggur. Ini saya tidak<br />setuju. Sebabm, kata Mukti Ali, agamaagama<br />itu seperti anggur. Bisa dimasukkan<br />ke gelas yang pendek, yang lonjong, yang<br />bulat dan sebagainya, tapi isinya sama saja;<br />anggur.”<br />“Lho, mengapa Anda tidak setuju?” tanya<br />Chirac, belum paham juga.<br />“Sebab anggur itu macam-macam,<br />wadahnya juga macam-macam. Tidak bisa<br />sembarangan.”<br />“Ya, betul, betul,” kata Chirac sambil<br />tertawa. “Saya tahu benar tentang hal itu<br />sebab saya orang Prancis.”<br />47. Kayak Digigit Semut<br />Ketika menunggu giliran di ruang tungngu<br />pasien, seorang pria remaja berumur 13<br />55<br />tahun bertanya kepada bapaknya, “Paka!<br />kalau kita disuntik itu, sakit ya, Pak?”<br />“Oh, tentu saja tidak Nak! Kalau kita disuntik<br />itu, rasanya seperti digigit semut!”<br />Beberapa saat kemudian, tibalah saatny si<br />anak remaja ini masuk ke kamar periksa<br />tanpa mau diantar bapaknya setelah ia<br />mengetahui kalau disuntik itu rasanya<br />seperti digigit semut.<br />Lima menit kemudian, si Bapak yang<br />menunggu di ruang tunggu pasien ini<br />terkejut mendengar jeritan sang dokter yang<br />kemudian disusul jeritan anaknya. Setelah<br />pintu kamar periksa dibuka, dilihatnya<br />anaknya yang berjalan pincang dengan<br />pahanya yang biru bengkak, dan mata sang<br />dokter pun juga membengkak.<br />“Lho! Anak saya ini kenapa, Dok? Kok,<br />jalannya pincang begini?” tanya si Ayah<br />kepada sang dokter.<br />“Begini, Pak,” papar sang dokter, “Ketika<br />anak bapak ini mau saya suntik, tiba-tiba dia<br />meronta-ronta kemudian mata saya dipukul<br />oleh dia, dan …”<br />56<br />“Bapak bohong!!!” protes anak remaja itu<br />kepada bapaknya, “Bapak bilang kalau<br />disuntik itu rasanya seperti digigit semut,<br />ternyata, seperti digigit buaya! Buktinya,<br />lihat ini! bekas gigitannya!”<br />48. Siapa Lebih dekat dengan<br />Tuhan<br />Perbedaan dalam berbagai hal termasuk<br />aliran dan agama, kata mantan Presiden RI<br />ini, sebaiknya diterima karena itu bukan<br />sesuatu masalah.<br />Jika sudah bisa menerima perbedaan maka<br />akan lebih terbuka dalam berdialog, bahkan<br />kata Gus Dur, lahir lelucon seperti yang<br />dilontarkan seorang kyai, bhiksu, dan<br />pendeta.<br />“Pendeta mengatakan; Kami dekat sekali<br />dengan Tuhan. Jadi kami memangil Tuhan<br />Anak, Tuhan Bapak. Si bhiksu menimpali;<br />Kami juga dekat. Bukan manggil Bapak, tapi<br />Om. Lha bagaimana dengan Anda, pak kyai?<br />Pak Kyai menjawab; Boro-boro deket,<br />manggil-nya aja mesti pake menara,” urai<br />Gus Dur diiringi tawa seisi ruangan.<br />57<br />“Saya tadi kan tak bilang dia korupsi, saya<br />hanya bilang teroris,” jawabnya enteng.<br />58<br />Ucapan Terima kasih<br />pada sumber-sumber<br />tulisan yakni:<br />holistikasaya.wordpress.com<br />okezone.com<br />gusdur.net<br />marhendraputra.co.cc<br />fotounik.net</div>Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-67100422056190985272012-05-20T18:43:00.000-07:002012-05-20T18:43:04.588-07:00Menghafal Al-Quran<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">
Yusof Qardhawi<br />Siri Tarbiyyah<br /><br />Menghapal Al-Quran<br />Di antara karakteristik Al Quran adalah: ia merupakan Kitab Suci yang dimudahkan<br />untuk dihapal dan diulang-ulang, dan ia juga dimudahkan untuk diingat dan fahami.<br />“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang<br />yang mengambil pelajaran?.” (Al Qamar:17), dan ayat lainnya.<br />Karena dalam lafazh-lafazh Al Quran, redaksi-redaksinya, dan ayat-ayatnya<br />mengandung keindahan, kenikmatan dan kemudahan, sehingga mudah unuk dihapal bagi<br />orang yang ingin menghapalnya, menyimpan dalam hatinya, dan menjadikan hatinya<br />sebagai tempat Al Quran.<br />Dari sini, kita mendapati ribuan bahkan puluhan ribu kaum Muslimin yang<br />menghapal Al Quran, dan mayoritas dari mereka adalah anak-anak yang belum<br />menginjak usia baligh. Dalam usia yang masih kanak-anak itu, mereka tidak mengetahui<br />nilai kitab suci, juga apakah ia suci atau tidak, namun tetap saja Al Quran dihapal oleh<br />bilangan orang yang banyak itu.<br />Jika Anda meneliti perhatian orang-orang Kristen terhadap Kitab Suci mereka, kita<br />akan mendapatkan tidak seorangpun yang hapal isinya, tidak setengahnya, atau<br />seperempatnya, dari kalangan orang-orang yang beriman dengan kitab itu, hingga para<br />rahib, pendeta, uskup dan kardinal sekalipun tidak hapal kitab suci mereka.<br />Sementara dengan Al Quran, kita mendapatkan banyak non-Arab yang hapalannya<br />amat bagus: seperti saudara-saudara kita dari India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan,<br />Turki, Senegal dan Muslim Asia-Afrika lainnya, padahal mereka tidak memahami bahasa<br />Arab. Kami pernah menguji mereka dalam musabaqah-musabaqah menghapal Al Quran<br />di negeri Qathar, dan aku dapati salah seorang mereka ada yang menghapal demikian<br />bagusnya sehingga seperti sebuah kaset rekaman Al Quran, yang tidak melupakan satu<br />huruf-pun dari Al Quran, atau satu kata darinya, namun demikian, saat kami tanya dia<br />(dengan bahasa Arab): siapa nama Anda? Ia tidak dapat menjawab! Karena ia tidak<br />memahami bahasa Arab.<br />Ini semua adalah perwujudan dari firman Allah SWT:<br />“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benarbenar<br />memeliharanya.” (Al Hijr: 9).<br />Allah SWT telah menjamin pemeliharaan Al Quran ini dengan ungkapan yang tegas itu1,<br />dan diantara perangkat untuk memeliharanya adalah: menyiapkan orang yang<br />menghapalnya, dari satu generasi ke generasi lainnya.<br />Kami telah menghapal Al Quran dengan baik saat belum lagi menginjak usia<br />sepuluh tahun, dan mungkin kami dapat menghapalnya pada usia yang lebih muda lagi.<br />Kami dapati di Bangladesh seorang anak-anak yang telah hapal Al Quran saat ia<br />berusia sembilan tahun. Saat kami mencoba hapalannya, kami dapati hapalannya amat<br />bagus.<br />Kami mendapati di Mesir anak yang telah hapal Al Quran saat ia berusia tujuh<br />tahun, seperti kami saksikan dalam musabaqah tahfizh Al Quran. Dan salah seorang2<br />1Penegasan itu tampak dalam penggunaan jumlah ismiyyah (redaksional dengan kata benda) dan dalam<br />kata “inna” serta lam dalam khabar “lahaafizhuun”.<br />darinya datang ke Qathar, dan kemudian diterima dengan hormat oleh menteri<br />Pendidikan Qathar beberapa tahun yang lalu. Dan kami melihat seorang anak pada usia<br />yang sama telah menghapal Al Quran dan membacanya dengan baik, dari sebuah<br />kampung dekat kampung asalku di Mesir, yaitu Sajin al Kaum3.<br />Kami temukan sebagian pendidik kontemporer yang mengkritik kegiatan<br />menghapal Al Quran pada saat kanak-kanak, karena ia menghapalnya tanpa pemahaman,<br />dan manusia tidak seharusnya menghapal apa yang tidak ia fahami.<br />Namun kaidah ini tidak boleh diaplikasikan bagi Al Quran, karena tidak mengapa<br />seorang anak menghapal Al Quran pada masa kanak-kanak untuk kemudian<br />memahaminya pada saat dewasa. Karena menghapal pada saat kanak-kanak seperti<br />memahat di atas batu, seperti dikatakan seoarang bijaksana pada masa lalu. Dan saat ada<br />yang mengatakan: orang yang dewasa lebih matang akalnya! Ada yang menjawab:<br />namun ia lebih banyak kesibukannya!<br />Kami telah menghapal Al Quran dan menyimpannya dalam hati semenjak masa<br />kanak-kanak itu, kemudian Allah SWT memberikan manfaat kepada kami saat dewasa.<br />Di antara keistimewaan Al Quran adalah: ia merupakan kitab yang dijelaskan dan<br />dimudahkan untuk dihapal, seperti kami telah jelaskan dalam karakteristikkarakteristiknya.<br />Oleh karena ia dipahami –secara global—oleh yang kecil dan yang<br />besar, yang tidak berpendidikan maupun yang berpendidikan, dan setiap orang<br />mengambil pemahaman darinya sesuai dengan kemampuannya.<br />Kami perlu sebut di sini –saat kami belajar di al Kuttab (madrasah penghapal Al<br />Quran)— kami pernah membaca kisah-kisah Al Quran dan nasehat-nasehatnya, dan kami<br />mengetahui ibrah umum dari kisah-kisah itu, meskipun kami tidak mencapai maknamakna<br />yang dalam yang terkandung dalam redaksi Al Quran, hukum-hukumnya dan<br />semacamnya.<br />Kejadian yang lain adalah saat kami mengulang hapalan surah Ash Shaaffaat<br />kepada syeikh Kuttab kami yaitu Syaikh Hamid. Dalam surah itu terdapat banyak kisah<br />para Rasul, dan di antaranya adalah kisah Nabi Luth a.s. dan kaumnya yang dihancurkan<br />oleh Allah SWT dan dibinasakan dengan azab-Nya. Tentang mereka Allah SWT<br />berfirman:<br />“Sesungguhnya Luth benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika Kami selamatkan<br />dia dan keluarganya (pengikut-pengikutnya) semua, kecuali seorang perempuan tua<br />(isterinya yang berada) bersama-sama orang yang tinggal. Kemudian Kami binasakan<br />orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan<br />melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu<br />tidak memikirkan?.” ( Ash Shaaffaat: 133-138).<br />Kami membaca dua ayat yang terakhir itu seperti ini:<br />.“ وَإِنَّكُمْ لَتَمُرُّونَ عَلَيْهِمْ مُصْبِحِينَ( 137 )وَبِاللَّيْلِ“<br />2 Yaitu siswa Badri Abu Zaid dari propinsi Asyuth.<br />3 Beberapa bulan yang lalu ada seorang anak dari Iran –yang baru berumur tujuh tahun— yang menjadi<br />fenomena dalam menghapal Al Quran al Karim. Yaitu As Sayyid Muhammad Husain Ath Thababai. Ia<br />telah mengunjungi Qathar pada bulan Muharram tahun 1419 H (Mei 1998 M). Ia menampilkan hapalannya<br />dan pemahamannya terhadap Al Quran dengan mencengangkan semua orang. Ia telah mengunjungiku<br />bersama orang tuanya disertai duta besar Iran di Doha, aku kemudian menguji hapalan dan<br />pemahamannya, ternyata memang betul mengagumkan.<br />Dengan menyambung kata “ مُصْبِحِينَ وَبِاللَّيْلِ “, dan tidak berhenti pada ujung ayat,<br />kemudian kami membaca: “ أَفَلَا تَعْقِلُونَ “. Mendengar itu, Syeikh Hamid berkomentar:<br />Allah yaftah `alaik! (Allah membuka pemahaman engkau!) Syeikh itu mengetahui kami<br />telah memahami makna ayat itu: “<br />Kami dapati sebagian saudara kita yang beragama Kristen yang dengan serius<br />berusha menghapal Al Quran atau banyak juz dari Al Quran, dan agar anak-anaknya juga<br />menghapalnya pada usia kanak-kanak mereka. Seperti diceritakan sendiri oleh Dr.<br />Nazhmi Lukas, seorang sastrawan Koptik Mesir, tentang dirinya, dalam pembukaan<br />bukunya yang terkenal “Muhammad: Risalah dan Rasul”. Ia menceritakan bagaimana<br />bapaknya mengirimnya kepada salah seorang syaikh yang buta dan amat baik hapalannya<br />di kota Suez, kemudian bapaknya meminta syeikh itu untuk mengajarkan anaknya<br />menghapal Al Quran, dan dasar-dasarnya. Dan iapun melaksanakannya.<br />Pemimpin politik Koptik Mesir yang terkenal Makram Ubeid menghapal Al Quran<br />dalam jumlah banyak, dan ia dengan lincah mengutip dari Al Quran dalam pidatopidatonya,<br />dalam artikel-artikelnya, dalam pembelaannya di persidangan, dan kata-kata<br />Al Quran yang ia gunakan itu memberikan keindahan dalam ucapan-ucapannya, dan<br />memberika kekuatan yang tidak dapat diberikan oleh sumber lainnya selain Al Quran.<br />Diantara manfaat menghapal Al Quran pada masa kanak-kanak adalah: meluruskan<br />lidah, membaca huruf dengan tepat, dan mengucapkannya sesuai denan makhraj<br />hurufnya, dan tidak mengalami seperti dialami oleh orang awam dan sayangnya sebagian<br />pendidik, yang kurang fasih dalam membaca huruf jim, dan tidak mengeluarkan lidah<br />saat membaca huruf tsa, dzal, zha dan lainnya, tidak menebalkan huruf-huruf izh-har<br />yang terkenal dalam kha, shad, dhadh, tha, zha, ghain, dan qaf, kapan harus menebalkan<br />huruf raa dan kapan menipiskannya, juga seperti huruf lam dalam kata Allah,<br />kaditebalkan, dan kapan ditipiskan. Dan semacamnya dari bermacam-macam hal yang<br />biasa kita lakukan, sehingga membuat lidah kami lembut dari semenjak kanak-kanak,<br />akibat menghapal Al Quran dan membacanya dengan baik, sehingga akhirnya itu menjadi<br />tabi`at kami yang kedua.<br />1. Keutamaan Menghapal Al Quran.<br />Banyak hadits Rasulullah SAW yang mendorong untuk menghapal Al Quran, atau<br />membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu Muslim tidak kosong dari<br />sesuatu bagian dari kitab Allah SWT. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu<br />Abbas secara marfu`:<br />“Orang yang tidak mempunyai hapalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh<br />yang mauh runtuh “4.<br />Dan Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang-orang yang<br />mempunyai keahlian dalam membaca Al Quran dan menghapalnya, memberitahukan<br />kedudukan mereka, serta mengedepankan mereka dibandingkan orang lain.<br />Dari Abi Hurarirah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW mengutus satu utusan yang<br />terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW mengecek kemampuan membaca<br />4 Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibnu Abbas (2914), ia berkata: hadits ini hasan sahih.<br />dan hapalan Al Quran mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana<br />hapalan Al Quran-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah<br />SAW : “Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hapal, hai pulan?” ia menjawab: aku<br />telah hapal surah ini dan surah ini, serta surah Al Baqarah. Rasulullah SAW kembali<br />bertanya: “Apakah engkau hapal surah Al Baqarah?” Ia menjawab: Betul. Rasulullah<br />SAW bersabda: “Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang<br />dari kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan<br />menghapal surah Al Baqarah semata karena aku takut tidak dapat menjalankan isinya.<br />Mendengar komentar itu, Rasulullah SAW bersabda:<br />“Pelajarilah Al Quran dan bacalah, karena perumpamaan orang yang mempelajari Al<br />Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan<br />minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang<br />mempelajarinya kemudia ia tidur –dan dalam dirinya terdapat hapalan Al Quran— adalah<br />seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik “5.<br />Jika tadi kedudukan pada saat hidup, maka saat mati-pun, Rasulullah SAW<br />mendahulukan orang yang menghapal lebih banyak dari yang lainnya dalam kuburnya,<br />seperti terjadi dalam mengurus syuhada perang Uhud.<br />Rasulullah SAW mengutus kepada kabilah-kabilah para penghapal Al Quran dari<br />kalangan sahabat beliau, untuk mengajarkan mereka faridhah Islam dan akhlaknya,<br />karena dengan hapalan mereka itu, mereka lebih mampu menjalankan tugas itu. Di antara<br />sahabat itu adalah: tujuh puluh orang yang syahid dalam kejadian Bi`ru Ma`unah yang<br />terkenal dalam sejarah. Mereka telah dikhianati oleh orang-orang musyrik.<br />Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:<br />“Penghapal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata:<br />Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah<br />(kehormatan), Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang<br />itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku,<br />ridhailah dia, maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu:<br />bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah SWT menambahkan dari<br />setiap ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan “6.<br />Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghapal dan ahli Al Quran<br />saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan<br />sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al Quran.<br />Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:<br />“Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka<br />dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari,<br />kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di<br />5 Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2879), dan lafazh itu darinya. Serta<br />oleh Ibnu Majah secara ringkas (217), Ibnu Khuzaimah (1509), Ibnu Hibban dalam sahihnya (Al Ihsaan<br />2126), dan dalam sanadnya ada `Atha, Maula Abi Ahmad, yang tidak dinilai terpercaya kecuali oleh Ibnu<br />Hibban.<br />6 Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia<br />menilainya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi (1/553).<br />dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “karena kalian<br />berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran” 7.<br />Kedua orang itu mendapatkan kemuliaan Tuhan, karena keduanya berjasa<br />mengarahkan anaknya untuk menghapal dan mempelajari Al Quran semenjak kecil. Dan<br />dalam hadits terdapat dorongan bagi para bapak dan ibu untuk mengarahkan anak-anak<br />mereka untuk menghapal Al Quran semenjak kecil.<br />Ibnu Mas`ud berkata:<br />“Rumah yang paling kosong dan lengang adalah rumah yang tidak mengandung<br />sedikitpun bagian dari Kitab Allah SWT ”8.<br />Dan pengertian kata “ashfaruha” adalah: yang paling kosong dari kebaikan dan<br />berkah.<br />Al Munziri meriwayatkan dalam kitab At Targhib wa At Tarhib dengan kata:<br />“ashghar al buyut” dengan ghain bukan fa. Dan maknanya adalah: rumah yang paling<br />hina kedudukannya, dan paling rendah nilainya.<br />Para penghapal Al Quran dari Kalangan Sahabat.<br />Banyak terdapat hadits yang berbicara tentang keutamaan orang yang membaca Al<br />Quran dan menghapalnya. Seorang penghapal dinamakan: al qari, sementara kalangan<br />penghapal dinamakan: al qurra. Dan kadang-kadang menghapal diungkapkan dengan<br />kata “al jam`u”.<br />Al Bukhari meriwayatkan dari Qatadah: ia berkata: aku bertanya kepada Anas bin<br />Malik: siapa yang menghapal Al Quran pada masa Rasulullah Saw, ia menjawab: “empat<br />orang, seluruhnya dari kalangan Anshar, yaitu: Mu`adz, Ubay bin Ka`b, Zaid bin Tsabit,<br />dan Abu Zaid (salah satu paman Anas)”.<br />Dalam riwayat yang lain, dari Anas ia berkata: Saat Rasulullah SAW wafat, hanya<br />ada empat orang yang hapal Al Quran: Abu Darda, Mu`adz bin Jabal, Zaid bin Tsatbit<br />dan Abu Zaid9.<br />Riwayat ini bertentangan dengan riwayat lainya dari dua segi: pertama:<br />menggunakan redaksional hashr (pembatasan) pada empat orang. Dan kedua: menyebut<br />Abu Dard sebagai ganti Ubay bin Ka`b!.<br />Beberapa imam menolak pembatasan sahabat yang hapal hanya empat orang. Dan<br />mereka menakwilkan: bahwa perkataan itu seperti itu adalah dalam batas<br />sepengetahuannya. Karena para penghapal lebih banyak dari itu bilangannya, seperti<br />telah diketahui dengan yakin. Al Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Amru ia<br />berkata: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:<br />7Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilanya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan<br />disetujui oleh Adz Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (21872) dan Ad<br />Darimi dalam Sunannya (3257), penj.<br />8 Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Mas`ud secara Mauquf. Ia berkata: sebagian mereka<br />memarfu`kannya, demikian juga dikatakan oleh Adz Dzahabi (1/566).<br />9 Para berselisih pendapat tentang siapa namanya. Ibnu Hajar berkata: aku kemudian mendapatkan pada<br />Ibnu Abi Daud yang menghilangkan kesulitan ini, karena ia meriwayatkannya dengan sanad sesuai syarat<br />Bukhari kepada Tsumamah dari Anas: bahwa Abu Zaiad yang mengumpulkan Al Quran itu, namanya<br />adalah: Qias bin As Sakan. Ia berkata: Ia adalah seorang lelaki dari kami, dari Bani Adi bin an Najjar, salah<br />seorang anak pamanku, dan ia meninggalkan tanpa mempunyai keturunan, kemudian kami mewariskannya.<br />Selesai. Ia adalah salah seorang anggota Bai`at Aqabah dan pahlawan perang Badar. Lihat: Al Itqaan<br />(2/203).<br />“Pelajarilah Al Quran dari empat orang: dari Abdullah bin Mas`ud, Salim (maula Abi<br />Huzaifah), Mu`adz, dan Ubay bin Ka`b.” Dua yang pertama adalah dari kalangan<br />muhajirin.<br />Hadits yang mengakui keutamaan empat orang dari kalangan Anshar itu tidak<br />menafikan keberadaan yang lainnya yang hapal Al Quran pada saat itu. Banyak sahabat<br />yang menghapal Al Quran seperti hapalan empat orang itu, atau lebih bagus. Dalam<br />riwayat yang sahih: dalam perang Bi`ru Ma`unah yang terbunuh dalam kejadian itu dari<br />kalangan sahabat adalah mereka yang dikenal dengan Al Qurra (para penghapal Al<br />Quran) dan bilangan mereka adalah: tujuh puluh orang.<br />Al Qurthubi memberikan komentar atas perkataan Anas tadi: pada saat perang<br />Yamamah (Perang melawan gerakan murtad) ada tujuh puluh qurra yang syahid, dan<br />pada masa Nabi Saw di Bi`ru Ma`unah sejumlah yang sama juga mendapatkan mati<br />syahid. Anas menyebutkan hanya empat orang itu adalah karena ia amat dekat dengan<br />keempatnya, atau pada saat itu yang ia ingat adalah empat orang itu.<br />SementaAl Hafzih Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa yang dimaksud oleh Anas itu<br />adalah dari kalangan Khazraj, tidak termasuk suku Aus. Seperti diriwayatkan oleh Ibnu<br />Jarir darinya ia berkata: Dua suku Aus dan Khazraj berbangga-bangga, Aus berkata: Di<br />antara kami ada yang membuat Arsy bergetar, yaitu Sa`d bin Mu`adz, ada yang<br />persaksiannya dihitung dua persaksian laki-laki, yaitu Khuzaimah bin Tsabit, dan yang<br />dimandikan oleh Malaikat, yaitu Hanthalah bin Abi Amir, dan orang yang dijaga oleh<br />sekawanan lebah, yaitu Ashim bin Abi Tsabit. Sementara suku Khajraz berkata: dari<br />kami ada empat orang yang menghapal Al Quran dengan baik, tidak seperti orang lain<br />……dan ia menyebutkan namanya10.<br />Al Hafizh as Suyuthi menyebutkan wanita yang menghapal Al Quran, yang<br />menurutnya tidak ada orang lain yang menyebutnya, yaitu Ummu Waraqah binti Abdillah<br />bin Al Harits. Dan Rasulullah SAW pernah menziarahinya, dan menamakannya dengan<br />syahidah, Nabi Muhammad Saw memerintahkannya untuk mengimami keluarganya<br />dalam shalat. Pada masa kekhalifahan Umar wanita itu terbunuh oleh hambanya. Umar<br />berkomentar: Benarlah Rasulullah SAW, beliau pernah bersabda:<br />“Mari kita berangkat menziarahi wanita syahidah“!.<br />Ibnu Hajar berkata: yang tampak dari banyak hadits: bahwa Abu Bakar telah<br />menghapal Al Quran pada masa Rasulullah SAW. Dalam hadits sahih diriwayatkan ia<br />membangun masjid di depan rumahnya, dan membaca Al Quran di sana, dan ia ditandu<br />saat sakit menimpanya. Ia berkata: ini tidak diragukan lagi, karena kesungguhan Abu<br />Bakar untuk menerima Al Quran langsung dari Nabi Saw, ditambah keseriusan hatinya<br />untuk menerima Al Quran. Keduanya berada bersama di Mekkah, dan pergaulan<br />keduanya amat lengket, sehingga Aisyah r.a. berkata: adalah Rasulullah SAW<br />mendatangi mereka setiap pagi dan petang. Dalam hadits sahih Rasulullah SAW<br />bersabda:<br />“Yang menjadi imam suatu kaum adalah orang yang paling pandai tentang Kitab Allah<br />“11. Dan Rasulullah SAW mengedepankan Abu Bakar r.a. untuk menjadi imam shalat<br />kalangan muhajirin dan Anshar. Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang<br />10 Lihat kitab Al Itqaan karya as Suyuthi juz 1/199-201, tahqiq Muhammad Abu al Fadhl Ibraahim.<br />11 Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan Muslim serta para pemilik Sunan dari Abi Mas`ud. Sahih Jami<br />Ash Shagir (8011).<br />paling menguasai dan menghapal Al Quran dibandingkan yang lain. As Suyuthi berkata:<br />Pendapat ini telah dikemukakan oleh Ibnu Katsir sebelumnya12.<br />Ia berkata: Ibnu Abi Daud meriwayatkan dengan sanad hasan dari Muhammad bin<br />Ka`b al Qurazhi ia berkata: pada masa Rasulullah SAW ada lima orang Anshar yang<br />menghapal Al Quran: yaitu Mu`adz bin Jabal, Ubadah bin Shamit, Ubay bin Ka`b, Abu<br />Darda dan Abu Ayyub al Anshari. Di sini ia menambahkan bilangan yang telah disebut<br />oleh Anas, yaitu: Ubadah dan Abu Ayyub.<br />Abu Ubaid menyebutkan dalam kitab “al Qiraat” para al Qurra dari kalangan<br />sahabat Rasulullah SAW. Dari kalangan Muhajirin adalah: Khalifah yang empat,<br />Thalhah, Sa`d, Ibnu Mas`ud, Huzaifah, Salim, Abu Hurairah, Abdullah bin Saib,<br />Abadilah, Aisyah, Hafshah dan Ummu Salmah. Sedangkan dari Anshar adalah: Ubadah<br />bin Shamit, Mu`adz yang mempunyai nama panggilan Abu Halimah, Majma` bin Jariah,<br />Fadhalah bin Ubaid, dan Muslimmah bin Mukhallad. Ia mengatakan bahwa sebagian dari<br />mereka telah menyempurnakan hapalannya setelah Rasulullah SAW wafat.<br />As Suyuthi berkata: Ibnu Abu Daud memasukkan juga: Tamim Ad Dari dan Uqbah<br />bin `Amir. Ia berkata: Di antara orang yang menghapal juga adalah: Abu Musa al<br />Asy`ari, seperti disebut oleh abu Amru ad Dani13.<br />Tentunya pada masa sahabat, jumlah penghapal Al Quran tidak sebanyak pada<br />masa kita sekarang ini, karena mereka mempelajari Al Quran; ilmu dan amalnya<br />sekaligus.<br />Oleh karena itu Umar berkata: Jika seseorang telah mempelajari surah Al Baqarah<br />dan Ali Imran maka ia telah tampak terhormat di mata kami! Artinya ia menjadi orang<br />yang mempunyai kehormatan dan kedudukan di mata kami.<br />Saat Umar mengkhatamkan surah Al Baqarah, ia menyembelih unta sebagai<br />ucapan syukur kepada Allah SWT atas nikmat itu. Dan kami sendiri, saat masih kecil,<br />jika telah menghatamkan surah Al Baqarah kami membuat acara, dan kami namakan itu<br />sebagai: Al Khatmaah ash Shughra (khataman kecil). Sedangkan Al Khatmah al Kubra<br />(khataman besar) adalah dengan menyempurnakan menghapal Al Quran seluruhnya.<br />Ini tidak aneh, karena Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah SAW:<br />“Jangan jadikan rumah-rumah kalian menjadi kuburan, karena rumah yang tidak<br />dibacakan surah Al Baqarah di dalamnya, tidak dimasuki oleh syaitan “14.<br />Dari Abi Umamah al Bahili: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:<br />“Bacalah surah Al Baqarah, karena membacanya membawa berkah, dan<br />meninggalkannya adalah kerugian, dan orang yang membacanya tidak dapat disihir (teluh<br />atau santet)” 15. Artinya: para penyihir, tidak dapat mencapai sasarannya.<br />Ibnu Mas`ud berkata: “Al Quran ini adalah hidangan Allah SWT, maka<br />barangsiapa yang dapat mempelajari sesuatu dari Al Quran hendaknya ia<br />mempelajarinya. Karena rumah yang paling kosong dari kebaikan adalah rumah yang di<br />12 Al Itqaan (1/201).<br />13 Ibid (1/202-203).<br />14Hadits diriwayatkan dengan lafazh ini oleh At Tirmizi dalam Tsawab al Baqarah (2780). Ia berkata:<br />hadits ini hasan sahih. Dan Muslim meriwayatkan dengan lafazh:<br />إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيْهِ سُوْرَةَ الْبَقَرَةِ<br />“Syaitan akan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya surah Al Baqarah “. Hadits (780).<br />15Hadits diriwayatkan oleh Muslim dalam Shalat al Musafirin, bab Fadhlu al Quran wa Surah al Baqarah,<br />dengan nomor 804.<br />dalamnya tidak ada sedikitpun kitab Allah SWT. Rumah yang tidak ada sesuatupun di<br />dalamnya dari kitab Allah, adalah seperti rumah kosong yang tidak berpenghuni. Dan<br />syaitan akan keluar dari rumah yang di dalamnya dibaca surah Al Baqarah16.<br />Ibnu Masu`d berkata pula: “ Segala sesuatu mempunyai puncak, dan puncak Al<br />Quran adalah: Surah al Baqarah”17.<br />2. Etika para Penghapal Al Quran.<br />Para penghapal Al Quran mempunyai etika-etika yang harus diperhatikannya.<br />Dan mereka mempunyai tugas yagn harus dijalankan, sehingga mereka benar-benar<br />menjadi “keluarga Al Quran”, seperti sabda Rasulullah SAW tentang mereka:<br />“Allah mempunyai keluarga dari kalangan manusia. Beliau ditanya: siapa mereka wahai<br />Rasulullah? Beliau bersabda: Ahli Al Quran, mereka adalah keluarga Allah Saw dan<br />orang-orang dekat-Nya “18.<br />Selalu Bersama Al Quran.<br />Di antara etika itu adalah: selalu bersama Al Quran, sehingga Al Quran tidak<br />hilang dari ingatannya. Yaitu dengan terus membacanya dari hapalannya, atau dengan<br />membaca mushaf, atau juga dengan mendengarkan pembaca yang bagus, dari radio atau<br />16 Al Haitsami berkata dalam kitab Majma` Az Zawaid: Hadits diriwayatkan oleh Ath Thabrani dengan<br />beberapa sanad, dan para periwayat jalan ini adalah sahih (7/164). Catatan penerjemah: Hadits ini juga<br />diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Umamah Al Bahili (1337), Ahmad dalam Musnadnya dengan<br />beberapa sanad, dan ad Darimi (3257).<br />17Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Fadhail al Quran, dan ia menilai sahih isnadnya (1/561), serta<br />disetujui oleh Adz Dzahabi. Ia meriwayatkannya secara marfu. Catatan penerjemah: sementara At Tirmizi<br />dalam Fhadhail al Quran dari Abi Hurairah (2803), Ahmad dalam Musnadnya dari Abi Ma`qil bin Yasar<br />(19415) dan Darimi dalam sunannya dari Abdullah (3243), meriwayatkannya secara muttashil.<br />18Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan An Nasai dalam “ Al Kubra” serta Ibnu Majah (215), al Hakim<br />(1/556. Lihat: Sahih al Jami` ash Shagir (2165).<br />kaset rekaman para qari yang terkenal. Berkat ni`mat Allah SWT, di beberapa negara<br />Islam terdapat siaran Al Quran al Karim, yang memberikan perhatian pada pembacaan Al<br />Quran, tajwidnya serta tafsirnya.<br />Dari Ibnu Umar r.a.: bahwa Nabi Muhammad Saw bersabda:<br />“Perumpamaan orang yang hapal Al Quran adalah seperti pemilik unta yang terikat, jika<br />ia terus menjaganya maka ia dapat terus memegangnya, dan jika ia lepaskan maka ia akan<br />segera hilang.” Hadits diriwayaktan oleh Bukhari dan Muslim. Dan Muslim menambah<br />dalam riwayatnya:<br />“Jika ia menjaganya, dan membacanya pada malam dan siang hari, maka ia dapat terus<br />mengingatnya, sedangkan jika tidak, maka ia akan melupakannya”19.<br />Makna “al mu`aqqalah” adalah: terikat dengan tambang, yaitu tambang yang<br />dipegang karena takut terlepas. Dan pluralnya adalah `uqul.<br />Dari Abdullah bin Mas`ud r.a. ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:<br />“Amat buruk orang yang berkata: “Aku telah melupakan hapalan ayat ini dan ayat itu,<br />namun sebenarnya ia dilupakan. Terus ulang-ulanglah hapalan Al Quran, karena ia lebih<br />cepat pergi dari dada manusia, dari perginya unta dari ikatannya”20.<br />Makna kata “nussia“ adalah: Allah SWT yang membuatnya lupa, sebagai<br />hukuman terhadap kesalahan yang ia lakukan.<br />Dari Abi Musa al Asy`ari r.a. dari Nabi Saw bersabda:<br />“ Teruslah jaga hapalan Al Quran, karena Dzat yang jiwa Muhammad berada dalam<br />genggaman-Nya, ia lebih cepat lepas dari lepasnya unta dari ikatannya.” Diriwayatkan<br />oleh Bukhari dan Muslim, dan riwayat Bukhari dengan kata “asyaddu tafashshian” 21.<br />Penghapal Al Quran harus menjadikan Al Quran sebagai temannya dalam<br />kesendiriannya, serta penghiburnya dalam kegelisahannya, sehingga ia tidak berkurang<br />dari hapalannya. Qasim bin Abdurrahman berkata: Aku bertanya kepada sebagian kaum<br />sufi: tidak ada seorangpun yang menjadi teman kesepianmu di sini? Ia mengulurkan<br />tangannya ke mushaf, dan meletakkannya di atas batu dan berkata: inilah temah<br />kesepianku!<br />As Suyuthi berbicara tentang hukum melupakan Al Quran, ia berkata: melupakan<br />hapalan Al Quran adalah dosa besar, seperti dikatakan oleh An Nawawi dalam kitab “Ar<br />Raudhah” dan ulama lainnya. Dengan dalil hadits Abi Daud:<br />“Dosa-dosa umatku diperlihatkan kepadaku, dan aku tidak dapati dosa yang lebih besar<br />dari dosa seseorang yang diberi ni`mat hapal Al Quran atau suatu ayat, kemudian ia<br />melupakannya”22. Dan ia meriwayatkan pula hadits:<br />“Siapa yang membaca (hapal) Al Quran namun kemudian melupakannya, maka ia akan<br />bertemu Allah SWT pada hari kiamat dalam keadaan terserang penyakit sopak”23.<br />Demikian pula hadits Ibnu Mas`ud dan Abi Musa sebelumnya.<br />Sedangkan hadits Abi Daud yang pertama, diriwayatkan oleh Tirmizi, dan ia<br />berkata: hadits itu gharib (atau dha`if). Dan ketika Imam Bukhari ditunjukkan hadits itu,<br />19 Lihat: Al Lu’lu wa al Marjan (452). Juga Al Muntaqa min at Targhib wa at Tarhib, dan hadits (794).<br />20 Lihat: Al Lu’lu wa al Marjaan (453), juga al Muntaqa. Hadits (795).<br />21 Lihat: Al Lu’lu wa al Marjan (454).<br />22Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud (461).<br />23Hadits diriwayatkan oleh oleh Abu Daud dalam Ash Shalat (1744), dengan lafazh yang sama: bab At<br />Tasydid fi man Hafazha al Quran tsumma nasiahu.<br />ia tidak mengetahuinya dan melihatnya hadits yang gharib24. Sedangkan hadits kedua<br />dikomentari oleh Al Munziri: dalam sanadnya adalah Yazid bin Abi Ziyad, ia tidak dapat<br />dijadikan hujjah, dan ia juga munqathi`25.<br />Jika hadits-hadits yang dijadikan landasan orang yang mengatakan bahwa<br />melupakan Al Quran adalah dosa besar, telah jelas kelemahannya, maka yang tersisa<br />adalah celaan terhadap tindakan melupakan Al Quran itu. Karena sang penghapal itu<br />jarang mengulangnya, namun tidak sampai kepada keharaman, apalagi menjadi dosa<br />besar.<br />Namun yang paling kuat adalah, ia merupakan perkara yang makruh dengan<br />sangat. Dan tidak pantas bagi seorang Muslim yang memiliki perbendaharaan hapalan Al<br />Quran yang amat berharga ini menyia-nyiakannya, hingga hilang darinya.<br />Yang membuat kami mengatakan hal ini adalah: kami takut (ancaman dosa besar)<br />ini membuat orang enggan menghapal Al Quran, karena ia mempunyai kemungkinan<br />melupakan hapalannya itu, dan akibatnya ia mendapatkan dosa besar, sementara jika ia<br />tidak menghapalnya sama sekali, ia tidak terancam mendapatkan dosa sedikitpun.<br />Berakhlaq dengan Akhlaq Al Quran.<br />Orang yang menghapal Al Quran hendaklah berakhlak dengan akhlak Al Quran.<br />Seperti Nabi Muhammad Saw. Aisyah r.a. pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah<br />SAW, ia menjawab:<br />“Akhlak Nabi Saw adalah Al Quran”26.<br />Penghapal Al Quran harus menjadi kaca yang padanya orang dapat melihat<br />aqidah Al Quran, nilai-nilainya, etika-etikanya, dan akhlaknya, dan agar ia membaca Al<br />Quran dan ayat-ayat itu sesuai dengan perilakunya, bukannya ia membaca Al Quran<br />namun ayat-ayat Al Quran melaknatnya.<br />Dari Abdullah bin Amru bahwa Rasulullah SAW bersabda:<br />“Siapa yang membaca (menghapal) Al Quran, berarti ia telah memasukkan kenabian<br />dalam dirinya, hanya saja Al Quran tidak diwahyukan langsung kepadanya. Tidak<br />sepantasnya seorang penghapal Al Quran ikut maraj bersama orang yang marah, dan ikut<br />bodoh bersama orang yang bodoh, sementara dalam dirinya ada hapalan Al Quran “27.<br />Makna kata “yajidu” adalah dari al wajd atau al wijdan, yang berarti: amat marah<br />atau amat sedih. Dengan pengertian ia dikuasai oleh perasaannya, dan hal itu<br />mempengaruhi perilakunya.<br />Ibnu Mas`ud r.a. berkata: penghapal Al Quran harus dikenal dengan malamnya<br />saat manusia tidur, dan dengan siangnya saat manusia sedang tertawa, dengan diamnya<br />saat manusia berbicara, dan dengan khusyu`nya saat manusia gelisah. Penghapal Al<br />24 At Tirmizi mengutip dari Al Bukhari: bahwa Al Muthallib bin Abdullah bin Hanthab –perawi hadits—<br />tidak mendengar langsung dari seorang sahabatpun. Dan seterusnya. Lihat: hadits non (2917), dalam<br />Tirmizi, dan hadits no. (461) dalam Abi Daud. Ibnu Jauzi menyebutnya dalam Al `Ilal al Mutanahiah,<br />dengan no. (158). Dikutip dari Ad Daruquthni: bahwa hadits itu tidak tsabit (tidak kuat) karena Ibnu Juraij<br />tidak mendengar sesuatupun dari Al Muthallib (juz 1/109). Al Munziri juga mengatakan bahwa dalam<br />sanadnya ada Abdul Majid bin Abdul Aziz bin Abi Ruwad, yang dinilai kuat oleh Yahya bin Ma`in serta<br />diperselisihkan oleh banyak orang. Mukhtashar as Sunan. Hadits 433 (1/259).<br />25 Mukhtashar as Sunan. Hadits 1422 (juz 2/139).<br />26Hadits diriwayatkan oleh Muslim dalam Shalat al Musafirin (746).<br />27Hadits diriwayatkan oleh al Hakim dan ia menilai sahih sanadnya, dan itu disetujui oleh Adz Dzahabi<br />(1/552).<br />Quran harus tenang dan lembut, tidak keras, tidak sombong, tidak bersuara kasar atau<br />berisik dan tidak cepat marah.<br />Ibnu Mas`ud r.a. seakan sedang berbicara kepada dirinya sendir, karena ia adalah<br />salah seorang imam penghapal Al Quran, dan ia menjadi orang yang betul-betul sesuai<br />dengan prediket penghapal Al Quran.<br />Ibnu Mas`ud juga mengecam orang-orang yang: Al Quran diturunkan kepada<br />mereka agar mereka mengamalkan isinya, namun ia hanya menjadikan kegiatan<br />mempelajari Al Quran itu sebagai amalnya! Salah seorang dari mereka dapat membaca<br />Al Quran dari awal hingga akhirnya tanpa salah satu huruf-pun, namun ia tidak<br />mengamalkan apa yang terdapat dalam Al Quran itu!<br />Seorang zahid yang terkenal; Fudhail bin `Iyadh, berkata: pembawa (penghapal)<br />Al Quran adalah pembawa bendera Islam, maka ia tidak boleh bermain-main bersama<br />orang-orang yang senang bermain, tidak lupa diri bersama orang yang lupa diri dan tidak<br />bercanda bersama orang yang bercanda, sebagai bentuk penghormatan terhadap hak Al<br />Quran.<br />Ia berkata: seorang penghapal Al Quran harus tidak butuh kepada orang lain,<br />tidak kepada para khalifah, dan tidak pula kepada orang yang lebih rendah<br />kedudukannya. Sebaliknya, ia harus menjadi tumpuan kebutuhan orang.<br />Sebagian salaf berkata: “ada seorang hamba yang saat memulai membaca satu<br />surah Al Quran, maka malaikat akan terus berdoa baginya hingga ia selesai membacanya.<br />Dan ada orang yang membaca satu surah Al Quran, namun malaikat terus melaknatnya<br />hingga ia selesai membacanya”. Seseorang bertanya kepadanya: “mengapa bisa terjadi<br />seperti itu?”. ia menjawab: “Jika ia menghalalkan apa yang dihalalkan Al Quran dan<br />mengharamkan apa yang diharamkan Al Quran maka malaikat akan berdoa baginya,<br />namun jika sebaliknya maka malaikat akan melaknatnya!”.<br />Sebagian ulama berkata: ada seseorang yang membaca Al Quran dan ia sedang<br />melaknat dirinya sendiri, dengan tanpa sadar. Ia membaca: “ala la`natullah `ala azh<br />zhaalimiin” (sesungguhnya laknat Allah diberikan kepada orang-orang zalim), sementara<br />ia adalah orang yang zalim! dan membaca “ ala la`natullah ala al mukdzibiin”<br />(sesunguhnya laknat Allah ditimpakan kepada para pendusta), sementara ia termasuk<br />golongan yang mendustakan itu!<br />Inilah makna perkata Anas bin Malik r.a.: Ada orang yang membaca Al Quran,<br />dan Al Quran itu melaknatnya!<br />Al Hasan berkata: Kalian menjadikan membaca Al Quran sebagai stasion-stasion,<br />dan menjadikan malam sebagai unta (kendaraan), yang kalian kendarai, dan dengannya<br />kalian melewati stasion-stasion itu. sementara orang-orang sebelum kalian jika melihat<br />risalah-risalah dari Rabb mereka, maka mereka segera mentadabburinya pada malam<br />hari, dan melaksanakan isinya pada siang hari!<br />Maisarah berkata: Yang aneh adalah Al Quran yang terdapat dalam diri orang<br />yang senang melakukan perbuatan dosa!<br />Keanehan itu terjadi karena Al Quran berada di satu lembah, sementara akhlak<br />penghapal Al Quran itu dan perilakunya berada di lembah lain!<br />Abu Sulaiman Ad Daarani berkata: Neraka Zabbaniah lebih cepat dimasuki oleh<br />penghapal Al Quran –yang melakukan maksiat kepada Allah SWT—dibandingkan<br />penyembah berhala, saat mereka melakukan maksiat kepada Allah SWT setelah<br />membaca Al Quran!<br />Sebagian ulama berkata: Jika serang anak Adam membaca Al Quran kemudian ia<br />berlaku buruk, setelah itu ia kembali membaca Al Quran, Dia berkata kepada orang itu:<br />“Apa hakmu membaca firman-Ku, sementara engkau berpaling dari-Ku?!”.<br />Ibnu Rimah berkata: Aku menyesal telah menghapal Al Quran, karena aku<br />mendengar bahwa orang-orang yang menghapal Al Quran akan ditanyakan dengan<br />pertanyaan-pertanyaan sama yang diajukan kepada para Nabi pada hari kiamat!28.<br />Tidakaneh jika para penghapal Al Quran dari kalangan sahabat adalah mereka<br />yang berada di barisan pertama saat shalat di Masjid, yang berada di garis terdepan saat<br />jihad, dan orang yang pertama melakukan kebaikan di tengah masyarakat.<br />Dalam sebagian peperangan perluasan wilayah Islam, ada orang yang berteriak:<br />wahai para penghapal surah Al Baqarah, hari ini sihir tidak telah lenyap! Seperti terjadi<br />pada perang Yamamah yang terkenal dan dalam perang melawan kelompok murtad.<br />Huzaifah berkata pada hari yang menegangkan itu: wahai para penghapal Al<br />Quran, hiasilah Al Quran dengan amal perbuatan kalian.<br />Pada hari Yamamah (peperangan melawan gerakan riddah) Salim maula Abi<br />Huzaifah, saat ia membawa bendera pasukan Islam, ditanya oleh kaum Muhajirin:<br />“Apakah engkau tidak takut jika kami berjalan di belakangmu?” Ia menjawab: “Sepaling<br />jelek penghapal adalah aku, jika aku sampai berjalan di belakang kalian dalam perang<br />ini!”29.<br />Dalam peperangan Yamamah, saat memerangi Musailimah al Kazzab, sejumlah<br />besar penghapal Al Quran mendapatkan mati syahid, karena mereka selalu berada di<br />barisan terdepan. Hingga ada yang mengatakan: mereka berjumlah tujuh ratus orang.<br />Inilah yang mendorong dilakukannya pembukuan Al Quran, karena ditakutkan para<br />penghapal Al Quran habis dalam medan jihad.<br />Cara menghapal mereka membantu mereka untuk melaksanakan isi Al Quran itu.<br />Perhatian mereka tidak hanya untuk menghapal kalimat-kalimat dalam Al Quran itu saja.<br />Namun yang mereka perhatikan adalah memahami makna dan mengikutinya, baik dalam<br />bagian perintah maupun larangan.<br />Imam Abu Amru Ad Dani menulis dalam kitabnya “Al Bayan” dengan sanadnya<br />dari Utsman dan Ibnu Mas`ud serta Ubay r.a.: Rasulullah SAW membacakan kepada<br />mereka sepuluh ayat, dan mereka tidak meninggalkan ayat itu untuk menghapal sepuluh<br />ayat selanjutnya, hingga mereka telah belajar untuk menjalankan apa yang yang terdapat<br />dalam sepuluh ayat itu. Mereka berkata: kami mempelajari Al Quran dan beramal<br />dengannya sekaligus.<br />Abdurrazzaq meriwayatkan dalam Mushannafnya dari Abdurrahman As Sulami,<br />ia berkata: Kami, jika mempelajari sepuluh ayat Al Quran, tidak akan mempelajari<br />sepuluh ayat selanjutnya, hingga kami mengetahui halal dan haramnya, serta perintah dan<br />larangannya (terlebih dahulu)30.<br />28 Atsar ini disebut oleh Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin.<br />29 Lihat Al Bidayah wa Nihayah, karyat Ibnu Katsir juz 6/324. Cet. Beirut.<br />30 Lihat: Al Mushannaf-al Atsar (6027) ia terdapat dalam Musnad Ahmad dai As Sulami: kami diceritakan<br />oleh orang yang meriwayatkan hadits kepada kami dari kalangan sahabat Rasulullah Saw: bahwa mereka<br />mengambil dari Rasulullah Saw sepuluh ayat Al Quran, dan tidak mengambil sepuluh ayat yang lain,<br />hingga mengetahui ilmu dan amal yang terkandung dalam sepuluh ayat itu. ia berkata: maka Rasulullah<br />Saw mengajarkan kami ilmu dan amal sekaligus. Al Haitsami berkata: di dalam riwayat itu ada Atha bin<br />Saib, ia hapalannya telah bercampur dan kacau (1:65).<br />Dalam kitab Muwath-tha Malik ia mengatakan: disampaikan kepadanya bahwa<br />Abdullah bin Umar mempelajari surah Al Baqarah selama delapan tahun.<br />Hal itu terjadi karena ia mempelajarinya untuk kemudian mengamalkan<br />kandungannya, ia memerintahkan dengan perintahnya, dan melarang dari laranganlarangannya,<br />dan berhenti pada batas-batas yang diberikan oleh Allah SWT .<br />Oleh karena itu Ibnu Mas`ud berkata: Kami merasa kesulitan menghapal Al<br />Quran, namun kami mudah menjalankan isinya. Sedangkan orang setelah kami<br />merasakan mudah menghapal kalimat-kalimat Al Quran, namun mereka kesulitan untuk<br />menjalankan isinya.<br />Dari Ibnu Umar ia berkata: Orang yang mulia dari sahabat Rasulullah SAW dari<br />generasi pertama umat ini, hanya menghapal satu surah dan sejenisnya, namun mereka<br />diberikan rezki untuk beramal sesuai dengan Al Quran. Sementara generasi akhir dari<br />umat ini, mereka membaca Al Quran, dari anak kecil hingga orang buta, namun mereka<br />tidak diberikan rezki untuk mengamalkan isinya!<br />Mu`adz bin Jabal berkata: “Pelajarilah apa yang kalian hendaki untuk diketahui,<br />namun Allah SWT tidak akan memberikan pahala kepada kalian hingga kalian<br />beramal!”31.<br />Ikhlash dalam Mempelajari Al Quran.<br />Para pengkaji dan penghapal Al Quran harus mengikhlaskan niatnya, dan mencari<br />keridhaan Allah SWT semata, dan semata untuk Allah SWT ia mempelajari dan<br />mengajarkan Al Quran itu, tidak untuk bersikap ria (pamer) di hadapan manusia, juga<br />tidak untuk mencari dunia. Imam Al Qurthubi menulis dalam pembukaan tafsirnya “ Bab<br />Tahzir Ahli Al Quran wa al Ilmi min Ar Riya wa Ghairihi” ia berkata:<br />Allah SWT berfirman:<br />“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (An<br />Nisaa: 36). Dan Allah SWT berfirman:<br />“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan<br />amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada<br />Tuhannya.” (Al Kahfi: 110)<br />Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: aku mendengar<br />Rasulullah SAW bersabda:<br />“Orang yang pertama kali disidangkan pada hari Kiamat ada seorang yang dinilai mati<br />syahid. Orang itu dihadirkan, kemudian kepadanya dibeberkan ni`mat-ni`mat Allah yang<br />telah diberikan kepadanya, dan ia mengakui hal itu. kemudian Allah SWT bertanya: Apa<br />yang engkau lakukan sebagai rasa syukur terhadap ni`mat-ni`mat itu? Ia menjawab: Aku<br />berperang membela-Mu hingga aku mati syahid. Allah SWT mengomentari: “engkau<br />berdusta, karena engkau berperang hanya untuk dikatakan sebagai si pemberani, dan itu<br />sudah dikatakan orang”. Maka vonisnya kemudian diputuskan, dan ia diseret dengan<br />muka menghadap tanah, hingga ia dilemparkan ke neraka. Kemudian seseorang yang<br />telah mempelajari Al Quran, mengajarkannya dan membaca Al Quran. Orang itu<br />dihadirkan, kemudian kepadanya dibeberkan ni`mat-ni`mat Allah yang telah diberikan<br />kepadanya, dan ia mengakui hal itu. kemudian Allah SWT bertanya: Apa yang engkau<br />lakukan sebagai rasa syukur terhadap ni`mat-ni`mat itu? ia menjawab: Aku mempelajari<br />31 Seluruh atsar ini disebutkan oleh Al Qurthubi dalam muqaddimah tafsirnya (1/34-35).<br />Al Quran, dan mengajarkannya kepada manusia, dan aku membaca Al Quran demi-Mu.<br />Allah SWT mengomentari jawabannya itu: “Engkau berdusta, karena engkau<br />mempelajari Al Quran agar dikatakan orang sebagai orang alim, dan engkau membaca Al<br />Quran agar manusia mengatakan: dia seorang qari. Dan itu sudah dikatakan orang. Maka<br />vonisnya kemudian diputuskan, dan ia diseret dengan muka menghadap tanah, hingga ia<br />dilemparkan ke neraka. Selanjutnya seseorang yang Allah SWT berikan keluasan harta,<br />dan kepadanya diberikan seluruh macam kekayaan. Orang itu dihadirkan, kemudian<br />kepadanya dibeberkan ni`mat-ni`mat Allah yang telah diberikan kepadanya, dan ia<br />mengakui hal itu. kemudian Allah SWT bertanya: Apa yang engkau lakukan sebagai rasa<br />syukur terhadap ni`mat-ni`mat itu? Ia menjawab: Setiap aku mendapati jalan dan usaha<br />kebaikan yang Engkau senangi agar aku nafkahkan hartaku untuknya, aku segera<br />menginfakkan hartaku demi-Mu. Allah SWT mengomentari jawabannya itu: “Engkau<br />berdusta, karena engkau melakukan itu semua agar dikatakan sebagai seorang dermawan,<br />dan itu telah dikatakan orang. Maka vonisnya kemudian diputuskan, dan ia diseret<br />dengan muka menghadap tanah, hingga ia dilemparkan ke neraka”32. At Tirmizi<br />meriwayatkan hadits ini: kemudian Rasulullah SAW menepuk lututku dan bersabda:<br />“Wahai Abu Hurairah, tiga orang itu adalah makhluk Allah SWT yang pertama yang<br />dibakar oleh api neraka pda hari kiamat.” Ibnu Abdil Barr berkata: hadits iadalah bagi<br />orang yang berniat dengan ilmu dan amalnya bukan karena Allah SWT.<br />Diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw bahwa beliau bersabda:<br />“Siapa yang mencari ilmu bukan karena Allah –atau ia bertujuan bukan untuk Allah—<br />maka bersiap-siaplah ia menempati tempatnya di neraka” 33.<br />Abu Daud dan Tirmizi meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah<br />SAW bersabda:<br />“Siapa yang mempelajari ilmu yang seharusnya semata untuk Allah, namun ia<br />mencarinya untuk mendapatkan dunia, maka ia tidak dapat mencium bau surga pada hari<br />Kiamat” 34. Artinya: baunya. Tirmizi berkata: hadits ini hasan.<br />Tirmizi meriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW<br />bersabda:<br />“Berlindunglah kalian kepada Allah SWT dari Jubb al Huzn”. Mereka bertnya: Apa itu<br />Jubb al Huzn wahai Rasulullah? Beliau menjawab: “Ia adalah sebuah lembah di dalam<br />neraka, yang neraka sendiri memoh perlindungan kepada Allah SWT darinya seratus kali<br />setiap hari”. Ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah Saw, siapa yang memasuki lembah<br />itu? beliau menjawab: “Para pembaca (penghapal Al Quran) yang memamerkan amalamal<br />mereka” 35. Ia berkata: hadits ini gharib.<br />32Hadits diriwayatkan oleh Muslim dalam Al Imarah (1905) dan Tirmizi dalam Az Zuhd (2382), ia<br />berkata: hadits ini hasan gharib. Catatan penerjemah: hadits ini juga diriwayatkan oleh An Nasai dalam<br />kitab Al Jihad (3086), dan Ahmad dalam musnadnya (7928).<br />33Hadits diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam muqaddimah sunannya (258), Tirmizi dalam al Ilmu (2657).<br />Dan ia berkata: hadits ini hasan gharib, keduanya dari Ibnu Umar.<br />34Hadits diriwayatkan oleh Abu Daud dalam al Ilmu (3664), Ibnu Majah dalam muqaddimah sunannya<br />(252). Aku tidak temukan dalam Tirmizi, meskipun al Munziri juga menisbahkannya kepada Tirmizi dalam<br />kitab Mukhtashar Sunan.<br />35Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dalam Az Zuhd (2384). Ia berkata tentang hadits ini: hasan gharib, dan<br />oleh Ibnu Majah dalam al Muqaddimah (256).<br />Para penghapal Al Quran dan penuntut ilmu harus bertakwa kepada Allah SWT<br />dalam dirinya, dan mengikhlaskan amalnya kepada-Nya. Sedangkan perbuatan dan niat<br />buruk yang pernah terjadi sebelumnya, maka hendaknya ia segera bertaubat dan kembali<br />kepada Allah SWT, untuk kemudian memulai dengan keikhlasan dalam menuntut ilmu<br />dan beramal.<br />`Alqamah meriwayatkan dari Abdullah bin Mas`ud ia berkata: apa yang akan<br />kalian lakukan jika kalian mendapatkan fitnah yang membuat anak kecil menjadi segera<br />menjadi dewasa dan membuat orang tua menjadi tua renta, dan itu dijadikan “sunnah”<br />(tradisi) yang diikuti oleh manusia, jika hal itu ia merubah sedikit saja hal itu, maka ada<br />yang segera mengatakan: Apakah engkau mau merubah sunnah?! Seseorang bertanya:<br />kapan itu terjadi wahai Aba Abdirrahman? Ia menjawab: hal itu terjadi jika para qurra<br />(pembaca dan penghapal Al Quran) kalian banyak, namun sedikit ulama sejati kalian,<br />para pemimpin kalian banyak, namun sedikit mereka yang jujur dan amanah, engkau<br />mencari dunia dengan amal akhirat, dan mempelajari agama bukan untuk tujuan agama36.<br />Sufyan bin `Uyaynah berkata: Kami mendapat berita bahwa Ibnu Abbas berkata:<br />kalau para penghapal Al Quran mengambilnya dengan haknya dan apa yang seharusnya,<br />niscaya mereka akan dicintai oleh Allah SWT. Namun mereka mencari dunia dengan Al<br />Quran itu, sehingga Allah SWT marah terhadap mereka, dan merekapun menjadi hina di<br />hadapan manusia.<br />Diriwayatkan dari Abu Ja`far bin Ali dalam firman Allah SWT:<br />“Maka mereka (sembahan-sembahan itu) dijungkirkan ke dalam neraka bersama-sama<br />orang-orang yang sesat.” ( Asy Syu`araa: 94), ia berkata: mereka adalah kaum yang<br />menceritakan kebenaran dan keadilan dengan lidah mereka, namun mereka justru<br />melakukan yang sebaliknya!.<br />3. Kewajiban-kewajiban Intelektual dan Keimanan bagi Penghapal Al Quran.<br />Al Qurthubi berkata dalam “Bab tentang Apa yang Seharusnya Dilakukan oleh<br />Penghapal Al Quran bagi Dirinya, dan Tidak Melalaikannya”.<br />Yang pertama adalah: agar ikhlas dalam menuntut ilmu seperti telah kami katakan<br />sebelumnya, dan agar membaca Al Quran pada malam dan siang hari, dalam shalat dan di<br />luarnya, hingga ia tidak melupakannya.<br />Muslim meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah SAW bersabda:<br />“Orang yang hapal Al Quran adalah seperti pemilik unta yang diikat, jika ia<br />memperhatikan dan menjaganya maka ia dapat terus memegangnya, dan jika ia biarkan<br />maka ia seger pergi 96, dan jika seorang penghapal Al Quran membacanya pada malam<br />dan siang hari, maka ia dapat terus mengingatnya, dan jika tidak maka ia segera<br />melupakannya “.<br />Dan ia harus memuji Allah SWT, mensyukuri nikmat-nikmat-Nya, berdzikir<br />kepada-Nya, bertawakkal kepada-Nya, meminta tolong kepada-Nya, bertujuan untuk-<br />36 Al Munziri berkata dalam At Targhiib: diriwayatkan oleh Abdurrazaq secara mauquf.<br />Nya, meminta penjagaan kepada-Nya dan mengingat kematian serta mempersiapkan diri<br />untuk menghadapi kematian itu.<br />Ia harus mengkhawatirkan dosanya, meminta ampunan kepada Rabb-nya, dan<br />hendaknya perasaan takut dalam keadaan sehat lebih ia rasakan, karena ia tidak tahu<br />kapan akan menemui ajalnya, dan harapan kepada Rabb-nya saat ia menemui ajal<br />hendaknya lebih kuat dalam dirinya, dan berperasangka baik kepada Allah SWT.<br />Rasulullah SAW bersabda:<br />“Tidak mati seseorang dari kalian, kecuali ia berperasangka baik kepada Allah SWT”37.<br />Maksudnya, prasangka bahwa Dia akan mengasihinya serta memberikan ampunan<br />kepadanya.<br />Hendaknya ia mengetahui penguasa pada masanya, menjaga diri dari<br />kekuasaannya, berusaha untuk menjauhkan dirinya dari penguasa itu, dan menjaga<br />kelurusan hidupnya, serta menjauhkan dirinya sedapat mungkin dari godaan dunianya,<br />dan ia berusaha keras dalam hal itu sekuat tenaga.<br />Dan hendaknya perkaranya yang paling penting adalah wara` dalam agamanya,<br />bertaqwa kepada Allah SWT, dan memperhatikan perintah dan larangan Allah SWT.<br />Ibnu Mas`ud berkata: pembaca Al Quran hendaknya mengetahui malamnya saat<br />manusia tidur, dan siangnya saat manusia bangun, dengan tangisnya saat manusia<br />tertawa, dengan diamnya saat manusia ribut, dengan kekhusyu`annya saat manusia<br />gelisah, serta dengan kesedihannya saat manusa gembira ria.<br />Abdullah bin Amru berkata: tidak seharusnya seorang penghapal Al Quran ikut<br />larut bersama orang lain saat mereka tenggelam dalam dunia, tidak turut bodoh bersama<br />orang bodoh, namun ia memberi maaf bagi orang lain, dan menampilkan dirinya dengan<br />lembut dan berwibawa.<br />Ia harus bertawadhu` terhadap para fakir miskin, menjauhkan takabbur dan memuji<br />diri sendiri, menjauhi dunia dan anak-anak dunia jika ia takut terhadap fitnah,<br />meninggalkan pertengkaran dan perdebatan, serta bersikap lembut dan berakhlak mulia.<br />Ia harus menjadi orang yang tidak menimbulkan kejahatan, kebaikannya<br />diharapkan, tidak membuat kerusakan, tidak memperdulikan orang yang mengadu<br />dombanya, bersahabat dengan orang yang membantunya dalam melakukan kebaikan,<br />yang menunjukkannya kepada kejujuran dan akhlak yang mulia, serta yang menghiasi<br />dirinya bukan mengotorinya.<br />Hendaknya ia mempelajari hukum-hukum Al Quran dan meminta pemahaman<br />dari Allah SWT akan keinginan-Nya dan kewajiban yang harus ia jalankan, sehingga ia<br />dapat mengambil manfaat dari apa yang ia baca, mengerjakan apa yang baca, karena<br />bagaimana mungkin ia mengamalkan sesuatu yang ia tidak pahami? Dan alangkah<br />buruknya orang yang ditanyakan tentang apa yang ia baca namun ia tidak tahu. Jika<br />demikian maka ia seperti kuda yang membawa kitab-kitab besar (namun tidak memahami<br />sedikitpun isi kitab-kitab itu)!<br />Ia harus mengetahui bagian Al Quran Makiah dan Madaniah, sehingga ia<br />mengetahui mana yang ditujukan kepada manusia pada awal Islam, dan mana yang<br />diturunkan pada akhir masa kenabian, apa yang diwajibkan oleh Allah SWT pada awal<br />Islam, dan apa yang ditambah kemudian dari kewajiban-kewajiban itu pada masa akhir<br />kenabian. Bagian Madaniah adalah pengganti bagian Makiah, dan bagian Makiah tidak<br />37 Hadits diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Al Jannah wa Shifaatu Na`imiha (2877).<br />mungkin menjadi pengganti bagian Madaniah. Karena yang terhapus (tergantikan) dari<br />ayat-ayat itu adalah apa yang diturunkan sebelum ayat pengganti (nasikh).<br />Al Qurthubi berkata: jika point-point tadi telah dikuasai oleh penghapal Al Quran,<br />maka ia menjadi oryang ahli Al Quran, dan ia menjadi orang yang dekat Allah SWT. Ia<br />tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang kami sebutkan sebelumnya<br />hingga ia mengikhlaskan niatnya kepada Allah SWT semata, baik saat ia menuntut ilmu<br />maupun setelahnya. Seorang penuntut ilmu dapat saja memulia pencariannya itu dengan<br />tujuan untuk kebanggaan dan kemuliaan dunia, hingga akhirnya ia mengetahui kesalahan<br />niatnya itu, maka ia bertaubat dari hal itu dan mengikhlaskan niatnya kepada Allah SWT,<br />dan iapun dapat mengambil manfaat darinya dan memperbaiki perilakunya. Al Hasan<br />berkata: kami sebelumnya menuntut ilmu karena dunia, namun kemudian kami tarik diri<br />kami ke akhirat. Sufyan Tsauri juga berkata seperti itu. sementara Habib bin Abi Tsabit<br />berkata: Kami menuntut ilmu tidak disertai niat, kemudian datang niat itu setelahnya38.<br />Mengajarkan Al Quran<br />Bukhari meriwayatkan dalam kitab sahihnya dari Utsman r.a. bahwa Nabi<br />Muhammad Saw bersabda:<br />“Sepaling baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Quran dan mengajarkannya”.<br />Al Quran adalah objek yang paling utama untuk dipelajari dan diajarkan.<br />Zarkasyi berkata dalam kitabnya “Al Burhan”: “Para ulama sahabat kami<br />mengatakan: mengajarkan Al Quran adalah fardhu kifayah, demikian juga menghapalnya,<br />adalah wajib bagi umat Islam. Makna kewajiban itu –seperti dikatakan oleh Al Juwaini—<br />adalah agar jumlah mata rantai berita mutawatir tidak terputus, dan tidak terjadi<br />penggantian dan perubahan terhadap Al Quran. Jika sebagian orang mengerjakan<br />kewajiban itu, maka kewajiban itu terbebas bagi yang lainnya. Jika tidak, maka semua<br />umat Islam mendapatkan dosa. Jika dalam suatu negeri atau kampung tidak ada yang<br />membaca Al Quran, maka semua penduduk negeri itu mendapatkan dosa. Jika ada<br />sekelompok orang yang dapat mengajarkan Al Quran, kemudian ia diminta untuk<br />mengajar, namun ia menolak, ia tidak berdosa menurut pendapat yang paling sahih.<br />Seperti dikatakan oleh An Nawawi dalam kitab At Tibyan. Bentuk masalah ini adalah:<br />jika sesuatu maslahat tidak hilang dengan penundaan itu maka ia dapat menolak.<br />Sementara jika hilang, maka ia tidak boleh menolak permintaan itu39.<br />Namun, apa yang yang dimaksud dengan mempelajari dan mengajarkan Al<br />Quran?<br />Yang dimaksud adalah: menghapal kata-kata dan huruf-huruf Al Quran dalam<br />hati. Ini adalah tugas yang dilakukan oleh katatib (pondok-pondok penghapal Al Quran)<br />pada masa lalu, dan sebagiannya masih ada hingga saat ini, sementara saat ini tugas itu<br />dilakukan oleh sekolah tahfizh Al Quran.<br />Itu dapat masuk dalam pengertian belajar dan mengajarkan Al Quran. Ada<br />sebagian orang yang berpendapat bahwa inilah yang dimaksud itu, bukan lainnya.<br />Barangkali inilah rahasia mengapa orang amat memberikan perhatian terhadap<br />penghapalan Al Quran, memuliakan para penghapalnya, dan menyiapkan hadiah serta<br />pemberian uang yang banyak bagi para penghapal Al Quran. Sehingga ada sebagian<br />38 Muqaddimah tafsir al Qurthuby juz 1 hal 14-19, cet. Dar al Kutub al Mishriyyah.<br />39 Al Burhan juz 1/456<br />penghapal Al Quran yang mendapatkan hadiah dalam musabaqah yang diselenggarakan<br />di Qathar sebesar lima puluh ribu rial, di tambah mobil yang lebih mahal dari jumlah itu.<br />dan pada tahun kedua ia mendapatkan hadiah yang hampir sama dengan itu!<br />Kecenderungan seperti inilah yang mendorong kami untuk mengkritik dalam<br />buku-ku “Fi Fiqh al Awlawiyaat”, yaitu ketika saat ini tindakan menghapal Al Quran<br />lebih dilihat penting dibandingkan dengan usaha untuk memahaminya. Para penghapal<br />lebih dihormati dan lebih diperhatikan dibandingkan para faqih (ahli agama).<br />Al Quran mendefinisikan tugas Nabi Saw adalah: “mengajarkan Al Quran dan<br />Hikmah”, dalam empat ayat Al Quran40. Dan tentunya yang dimaksudkan dengan<br />“mengajarkan” ini bukan “mengajarkan menghapal”, dengan dalil perintah itu diiringi<br />dengan tugas membacakan ayat-ayat Al Quran kepada mereka:<br />“Yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan<br />mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah.” (Ali Imran: 164). Maka mengajar<br />lebih khusus dari membaca.<br />Belajar dan mengajar inilah yang diungkapkan oleh sebagian hadits sebagai<br />“tadaarus”.<br />Dalam sahih Muslim dari Abi Hurairah r.a. bahwa Nabi Saw bersabda:<br />“Setiap sekelompok orang berkumpul di suatu rumah Allah, membaca kitab Allah, dan<br />mentadaruskan Al Quran di antara mereka, maka ketenangan akan diturunkan kepada<br />mereka, dan mereka akan dipenuhi oleh rahmat Allah, dikelilingi para Malaikat, dan<br />Allah SWT akan mengingat dan menyebut mereka yang hadir di majlis itu” 41.<br />Makna tadarus Al Quran adalah: berusaha untuk mengetahui lafazh-lafazh dan<br />redaksinya, pemahaman dan maknanya, serta ibrah yang dikandungnya, serta hukumhukum<br />dan etika yang diajarkannya.<br />“At Tadarus” adalah wazan tafa`ul dari ad dars, maknanya adalah: salah satu<br />pihak atau beberapa pihak mengajukan pertanyaan, dan pihak lainnya menjawab<br />pertanyaan itu, pihak ketiga mengkaji lebih lanjut, dan pihak selanjunya berusaha<br />mengoreksi atau melengkapinya. Inilah yang dimaksud dengan tadarus.<br />Tadarus inilah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw bersama utusan wahyu<br />Jibril a.s. pada bulan Ramadhan setiap tahun. Seperti diriwayatkan oleh Ibnu Abbas s.a.,<br />saat Jibril turun kepada Rasulullah SAW, dan mentadaruskan Al Quran bersama beliau42.<br />Mudarasah (pengkajian) Al Quran yang paling baik adalah yang dilakukan oleh<br />dua pihak utusan Allah SWT yang mulia: utusan Allah SWT dari langit, dan utusan Allah<br />SWT di bumi!.<br />Dalam mempelajari Al Quran tidak cukup hanya dengan menghapal barisbarisnya,<br />dan mengingat ayat-ayatnya, kemudian tidak memahami maknanya, meskipun<br />tetap mendapatkan pahala dengan sekadar mengingat dan menghapalnya, sesuai dengan<br />niatnya. Namun seharusnya ia berusaha untuk memahami –semampunya— apa yang<br />diinginkan oleh Allah SWT darinya, sesuai kadar kemampuan daya tangkapnya:<br />“Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya.” (Ar Raad: 17).<br />40 Yaitu Surah al Baqarah: 129, 151. Surah Ali Imran: 164. Dan surah Al Jumu`ah: 2.<br />41Hadits diriwayatkan oleh Muslim dalam Adz Dzikr (2699).<br />42Hadits diriwayatkan oleh Bukhari dari Ibnu Abbas.<br />Ini ditunjukkan oleh hadits yang diriwayatkan oleh `Uqbah bin Amir r.a., ia<br />berkata: Rasulullah SAW keluar kepada kami saat kami berada di ash shuffah43, dan<br />bersabda:<br />“Siapa yang mau pergi pada pagi hari setiap hari ke daerah Buthhan –Atau ke Aqiq—<br />kemudian mengambil dua unta yang gemuk dari sana, tanpa melakukan dosa atau<br />membuat putus hubungan silaturahmi”? Kami menjawab: Wahai Rasulullah Saw, kami<br />semua mau melakukan itu. Beliau bersabda: “Bukankah jika salah seorang kalian pergi<br />ke mesjid pada pagi hari dan mempelajari –atau membaca— dua ayat dari Kitab Allah<br />SWT lebih baik baginya dua unta, dan tiga ayat lebih baik dari tiga unta, empat ayat lebih<br />baik dari empat unta, dan dari bilangan ayat-ayat itu lebih baik dari sejumlah unta<br />dengan bilangan yang sama?!” 44.<br />Bath-han adalah tempat dekat Madinah. Aqiq adalah lembah Madinah. Sementara<br />Al Kauma adalah unta besar yang gemuk.<br />Aku kira mempelajari dua tiga atau empat ayat di sini: tidak berarti menghapalkan<br />huruf-hurufnya saja, namun yang dimaksud adalah mempelajari kandungan ilmu dan<br />amalnya sekaligus. Oleh karena itu hadits itu mengurangi bilangannya, sehingga dapat<br />dipahamai dan amalkan dengan lebih mudah.<br />Inilah cara para sahabat r.a. dalam mempelajari Al Quran. Seperti telah kami<br />jelaskan sebelumnya. Dan dengan cara seperti ini, ayat yang dipelajari oleh seorang<br />Muslim akan menjadi cahaya dan bukti baginya pada hari kiamat. Seperti diriwayatkan<br />oleh Abu Umambahwa Rasulullah SAW bersabda:<br />“Siapa yang mempelajari satu ayat dari Kitab Allah, niscaya ayat itu akan menyambutnya<br />pada hari Kiamat sambil tertawa di hadapannya” 45.<br />Tentang Mengambil Upah dalam Mengajarkan Al Quran.<br />Para ulama berselisih pendapat tentang boleh tidaknya mengambil upah dari<br />mengajarkan Al Quran. Sebagian ulama berpendapat: boleh mengambil upah dari<br />mengajarkan Al Quran. Karena dalam sahih Bukhari diriwayatkan hadits:<br />“Yang paling berhak untuk kalian ambil upahnya adalah mengajar Kitab Allah” 46. Dan<br />ada yang mengatakan: jika ditentukan jumlahnya, maka tidak boleh. Pendapat ini dipilih<br />oleh Al Halimi.<br />Abu Laits berkata dalam kitab “Al Bustan”47:<br />43Shuffah adalah sebuah tempat yang berada di beranda masjid, yang dipergunakan sebagai tempat<br />berdiam para sahabat muhajirin yang fakir miskin. Di antara mereka adalah sahabat Abu Hurairah r.a. Dan<br />dengan kedekatan tempat mereka, terutama Abu Hurairah, dengan kediaman Rasulullah Saw –yang<br />bertempat tinggal di samping masjid Nabawi—, ditambah dengan perhatian mereka yang hanya difokuskan<br />untuk menerima dan mengakumulasi ajaran-ajaran dan sabda-sabda Rasulullah Saw, tanpa diganggu oleh<br />aktivitas yang lain, Abu Huraiah r.a. menjadi sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Nabi.<br />Dan faktor yang terpenting lainnya adalah do`a Nabi Saw yang dikhusukan bagi Abu Hurairah r.a. agar<br />dikuatkan hapalannya. penj.<br />44Hadits diriwayatkan oleh Muslim dalam Shalat al Musafirin (803). Catatan penerjemah: hadits ini juag<br />diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (16767), dan Abu Daud dalam sunannya (1244).<br />45 Al Haitsami berkata dalam Majma az Zawaaid (7/161): hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thabrani, dan<br />para perawinya tsiqaat.<br />46 Dalam kitab Ath Thibb, dari hadits Ibnu Abbas.<br />Mengajar dilakukan dengan tiga bentuk: pertama dengan tujuan untuk beribadah<br />saja, dan tidak mengambil upah. Kedua: mengajar dengan mengambil upah. Ketiga:<br />mengajar tanpa syarat, dan jika ia diberikan hadiah ia menerimanya.<br />Yang pertama: mendapatkan pahala dari Allah SWT, karena itu adalah amal para<br />Nabi a.s.<br />Kedua: diperselisihkan. Sebagian ulama mengatakan: tidak boleh, dengan dalil<br />sabda Rasulullah SAW:<br />“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” 48. Sementara sebagian ulama lain berkata:<br />boleh. Mereka berkata: yang paling utama bagi seorang pengajar adalah tidak<br />menentukan bayaran untuk menghapal dan mengajarkan baca tulis, dan jikapun ia<br />menentukan bayaran itu maka aku harapkan agar tidak dilarang, karena ia<br />membutuhkannya.<br />Sedangkan yang ketiga: dibolehkan oleh seluruh ulama. Karena Nabi Saw adalah<br />pengajar manusia, dan beliau menerima hadiah mereka. Dan dengan dalil tentang<br />seseorang yang tersengat hewan berbisa, kemudian dibacakan surah Al Fatihah oleh<br />sebagian sahabat, dan orang itu selanjutnya memberikan hadiah beberapa ekor kambing<br />atas perbuatan sahabat itu, dan setelah mengetahui itu Nabi Muhammad Saw bersabda:<br />“Berikanlah aku bagian dari hadiah itu “49. Selesai50.<br />Dalam hadits lain Rasulullah SAW membolehkan pengajaran itu dijadikan<br />sebagai mas kawin bagi seorang wanita. Yaitu saat Nabi Muhammad Saw<br />memerintahkan sahabat itu untuk mencari sesuatu yang dapat dijadikan mas kawin bagi<br />sahabat itu, hingga sebentuk cincin dari besi sekalipun. Kemudian Rasulullah SAW<br />menanyakan surah apa yang ia bisa. Ia memberitahukan beberapa surah yang ia hapal.<br />Selanjutnya Rasulullah SAW bersabda kepada sahabat itu:<br />“Pergilah, aku telah sahkan perkawinanmu dengan mas kawin mengajarkan Al Quran<br />yang engkau hapal” 51. Artinya dengan pengajaran Al Quran yang engkau lakukan<br />kepada wanita itu.<br />Ini semua adalah dalam masalah pengajaran Al Quran. Sedangkan membacanya<br />tidak boleh menarik upah, karena hukum asal dalam membacanya adalah ibadah, dan<br />dasar bagi seorang yang beribadah adalah agar ia beribadah bagi dirinya, maka<br />bagaimana mungkin ia kemudian mengambil upah kepada orang lain dari ibadah yang ia<br />lakukan kepada Rabb-nya, sementara ia mengerjakan itu semata untuk mendapatkan<br />pahala dari Allah SWT?!<br />Abdurrahman bin Syibl meriwayatkan dari Nabi Saw, bahwa beliau bersabda:<br />“Bacalah Al Quran, amalkanlah isinya, jangan kalian menjauh darinya, jangan berlaku<br />khianat padanya, jangan makan dengannya, dan jangan mencari kekayaan dengannya” 52.<br />47 Yaitu Bustan al Arifin karya Abi Laits Nashr bin Muhammad As Samarqandi, wafat pada tahun 375 H,<br />dalam hadits-hadits yang terdapat dalam Etika-etika menurut syari`ah, serta perilaku-perilaku yang terpuji<br />dan sebagian hukum cabang. (Kasyfu azh Zhunnun 243).<br />48Hadits diriwayatkan oleh Ahmad, Bukhari, dan Tirmizi dari Abdullah bin Amru, seperti terdapat dalam<br />Sahih Jami Shagir dan tambahannya (2837).<br />49 Sahih Bukhari: Kitab ath Thibb, dari hadits Ibnu Abbas.<br />50 Al Burhan karya Az Zarkayi juz 1/457/458.<br />51 Hadits muttafaq alaih, seperti terdapat dalam Al Lu’lu wa al Marjan (898).<br />52 Hadits diriwayatkan oleh Ahmad, Thabrani, Abu Ya`laa dan Baihaqi dalam Asy Sya`b, dan Ath<br />Thahawi serta yang lainnya, seperti terdapat dalam Sahih Jami` Shagir dan tambahannya (1168).<br />Imran bin Husain meriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw beliau bersabda:<br />“Bacalah Al Quran dan mintalah kepada Allah SWT dengan Al Quran itu, sebelum<br />datang kelompok manusia yang membaca Al Quran, kemudian meminta kepada manusia<br />dengan Al Quran” 53.<br />Sedangkan jika pembaca Al Quran diberikan sesuatu sadaqah, atau pemberian,<br />maka tidak mengapa jika ia menerimanya, insya Allah.<br />53 Hadits diriwayatkan oleh Ahmad, Thabrani dan Baihaqi dalam Asy Sya`b, seperti terdapat dalam<br />sumber di atas (1169).</div>Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-36085616830936767062012-05-18T18:11:00.001-07:002012-05-18T18:11:23.742-07:00Download kumpulan lengkap soal dan jawaban serta tips masuk CPNS<a href="http://koleksi-free-ebook.blogspot.com/2011/07/download-kumpulan-lengkap-soal-dan.html">Download kumpulan lengkap soal dan jawaban serta tips masuk CPNS</a>Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-56767911633975662832012-05-18T17:57:00.001-07:002012-05-18T17:57:03.398-07:00Kumpulan Humor Gus Dur<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">1<br />
Kumpulan<br />
Humor<br />
Gus Dur<br />
di Internet<br />
Dikompilasi oleh:<br />
greenourheart<br />
greenourheart@gmail.com<br />
Foto: Vivanews.com<br />
2<br />
Pendahuluan<br />
Almarhum K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus<br />
Dur memang fenomenal. Ia dikenal sebagai<br />
pribadi yang unik dan otentik. Otentisitasnya<br />
inilah yang membuat ia senantiasa dikenang.<br />
Semasa hidup, pernyataan Gus Dur seringkali<br />
nyeleneh dan kadang-kadang bikin telinga merah<br />
bagi yang merasa tersindir.<br />
Tapi faktanya, Gus Dur merupakan sosok yang<br />
dicintai. Saat wafat ditangisi banyak orang.<br />
Semua orang berebut mengucapkan selamat<br />
jalan. Insan-insan dari berbagai agama<br />
berlinangan airmata dan mendoakan<br />
perjalanannya ke alam yang baru.<br />
Saking populernya Gus Dur, bahkan ada pula<br />
yang memanfaatkan wafatnya Gus Dur demi<br />
kepentingan politik. Tapi sudahlah, buku<br />
elektronik ini tak hendak membahas itu. Sekali<br />
lagi, Gus Dur memang sosok otentik yang<br />
pupulis dan dicintai. Entah kapan bangsa ini<br />
punya anak bangsa sekelas Gus Dur lagi.<br />
Kumpulan Humor Gus Dur di Internet ini bukan<br />
hasil pikiran saya. Saya hanya mencomot sanasini,<br />
lantas menjahitnya jadi satu. Bahanbahannya<br />
saya ambil dari berbagai blog dan<br />
website.<br />
3<br />
Saya menemukan banyak sekali humor-humor<br />
Gus Dur di internet. Humor-humor Gus Dur di<br />
berbagai blog dan website saling melengkapi.<br />
Humor Gus Dur tentang A, misalnya, bisa<br />
ditemukan di blognya “si fulan” atau “si fatul”,<br />
tapi humor tersebut tak ditemukan di blognya “si<br />
minah”. Sebaliknya, di blog “si minah”<br />
ditemukan humor lain seputar Gus Dur.<br />
Saya lihat intensitas penulisan humor Gus Dur di<br />
internet meningkat setelah Gus Dur wafat. Saya<br />
sendiri juga mengupload tautan-tautan humor<br />
Gus Dur di internet, di salah satu blog saya. Dan<br />
ternyata, sampai kini posting saya tersebut<br />
banyak dilihat dan didownload.<br />
Humor-humor Gus Dur atau ala Gus Dur tak<br />
hanya lucu, seringkali sarkastis dan mengandung<br />
banyak pembelajaran.<br />
Inilah salah satu warisan Gus Dur bagi bangsa<br />
ini. Humor yang reflektif. Anekdot yang<br />
bermakna.<br />
Selamat menikmati.<br />
10 Januari 2009<br />
Greenourheart<br />
greenourheart@gmail.com<br />
4<br />
1. Peternak Lebah ala Gus<br />
Dur<br />
Saat Presiden Abdurrahman Wahid<br />
menjabat, Departemen Kehutanan dan<br />
Perkebunan (Dephutbun) tidak henti<br />
didemo. Setiap hari ada saja kelompok yang<br />
berdemonstrasi di departemen yang saat itu<br />
dipimpin Nur Mahmudi Ismail.<br />
Tuntutan mereka sama, yang mendeseak<br />
pembatalan pengangkatan Sutjipto sebagai<br />
Sekjen Dephutbun.<br />
"Sutjipto terlalu tua, copot saja!" teriak salah<br />
satu pendemo. "Sutjipto bukan pejabat karir,<br />
berikan saja jabatan itu kepada orang<br />
dalam!" pekik yang lain. "Pengangkatan<br />
Sutjipto berbau KKN, copot saja," bunyi<br />
tulisan sebuah poster yang diacungkan.<br />
Rentetan demonstrasi yang sempat<br />
melumpuhkan sebagian kegiatan Dephutbun<br />
itu. Pasalnya, tidak sedikit karyawan yang<br />
ikutan berdemo, yang pada akhirnya<br />
menyerempet posisi Menteri Nur Mahmudi<br />
sendiri. Tapi Presiden berkeras supaya<br />
Sutjipto dipertahankan.<br />
Dalam suasana seperti itulah cucu KH<br />
5<br />
Hasyim Asy'ari itu, melantik pengurus<br />
Perhimpunan Peternak Lebah di Jakarta<br />
akhir Maret 2000.<br />
Dalam pidatonya, Gus Dur antara lain<br />
memaparkan mengenai kondisi peternakan<br />
lebah terkini.<br />
"Kita ini setiap tahun masih mengimpor 350<br />
ribu ton lebah dari luar negeri," tutur dia.<br />
"Lah, orang-orang yang berdemo itu,<br />
daripada mendemo menterinya mbok lebih<br />
baik beternak lebah, supaya kita tidak<br />
mengimpor lagi!" pinta Gus Dur. (rhs)<br />
Sumber: okezone.com, 04 Januari 2010<br />
2. Fenomena 'Gila' Gus Dur<br />
Konon, guyonan mantan Presiden<br />
Abdurrahman Wahid selalu ditunggu-tunggu<br />
oleh banyak kalangan, termasuk presiden<br />
dari berbagai negara.<br />
Pernah suatu ketika, Gus Dur membuat<br />
tertawa Raja Saudi yang dikenal sangat<br />
serius dan hampir tidak pernah tertawa.<br />
Oleh Kiai Mustofa Bisri (Gus Mus),<br />
6<br />
momentum tersebut dinilai sangat<br />
bersejarah bagi rakyat Negeri Kaya Minyak.<br />
"Kenapa?" tanya Gus Dur.<br />
"Sebab sampeyan sudah membuat Raja<br />
ketawa sampai giginya kelihatan. Baru kali<br />
ini rakyat Saudi melihat gigi rajanya," jelas<br />
Gus Mus, yang disambut gelak tawa Gus<br />
Dur.<br />
Melekatnya predikat humoris pada Presiden<br />
RI yang keempat itu pun sempat membuat<br />
Presiden Kuba Fidel Alejandro Castro Ruz<br />
penasaran. Suatu ketika, keduanya<br />
berkesempatan bertemu.<br />
Seperti yang diceritakan oleh mantan Kepala<br />
Protokol Istana Presiden Wahyu Muryadi<br />
pada tayangan televisi, Fidel Castro bertanya<br />
kepada Gus Dur mengenai joke teranyarnya.<br />
Dijawablah oleh Gus Dur, "Di Indonesia itu<br />
terkenal dengan fenomena 'gila',".<br />
Fidel Castro pun menyimak pernyataan<br />
mengagetkan tersebut.<br />
"Presiden pertama dikenal dengan gila<br />
wanita. Presiden kedua dikenal dengan gila<br />
harta. Lalu, presiden ketiga dikenal gila<br />
teknologi," tutur Gus Dur yang kemudian<br />
7<br />
terdiam sejenak.<br />
Fidel Castro pun semakin serius<br />
mendengarkan lanjutan cerita.<br />
"Kemudian, kalau presiden yang keempat, ya<br />
yang milih itu yang gila," celetuk Gus Dur.<br />
Fidel Castro pun diceritakan terpingkalpingkal<br />
mendengar dagelan tersebut. (rhs)<br />
Sumber: okezone.com, 02 Januari 2010<br />
3. Cerita Gus Dur Soal Naik<br />
Kereta<br />
Setelah mendapat larangan dari dokternya<br />
untuk tidak melakukan perjalanan jauh<br />
dengan menggunakan pesawat terbang, Gus<br />
Dur kemudian nekat untuk berpergian jauh<br />
menggunakan kereta api.<br />
"Anda mau pergi naik kerata api Gus?<br />
Memangnya Anda pikir bisa sampai tepat<br />
waktu dengan naik kereta api?" ledek si<br />
dokter.<br />
"Anda jangan meremehkan, kereta itu cepet<br />
banget loh!" jawab mantan Presiden RI ke-4<br />
itu.<br />
8<br />
"Kereta api mana yang bisa menandingi<br />
kecepatan pesawat terbang?" tanya dokter.<br />
"Oho.. Anda jangan salah. Semua kereta api<br />
bisa lebih cepat dari pesawat," kilah pria<br />
kelahiran Jombang, Jawa Timur, 7<br />
September 1940 ini.<br />
"Anda mimpi kali. Semua orang juga tahu<br />
kalau pesawat itu jelas lebih cepat<br />
dibandingkan kereta api," cecar sang dokter.<br />
"Wah, Anda salah. Memang sekarang ini<br />
pesawat lebih cepat. Tapi itu karena kereta<br />
api baru bisa merangkak. Coba kalau kereta<br />
api nanti sudah bisa berdiri dan bisa lari.<br />
Wuiih.. pasti bakalan jauh lebih cepat dari<br />
pesawat," jawab Gus Dur, disambut wajah<br />
kecut sang dokter. (rhs)<br />
Sumber: Okezone.com, Kamis, 07<br />
Januari 2010<br />
4. Obrolan Para Presiden<br />
Saking udah bosannya keliling dunia, Gus<br />
Dur coba cari suasana di pesawat RI-01. Kali<br />
ini dia mengundang Presiden AS dan<br />
Perancis terbang bersama Gus Dur buat<br />
9<br />
keliling dunia. Boleh dong, emangnya AS dan<br />
Perancis aja yg punya pesawat<br />
kepresidenan. Seperti biasa...<br />
setiap presiden selalu ingin memamerkan<br />
apa yang menjadi kebanggaan negerinya.<br />
Tidak lama presiden Amerika, Clinton<br />
mengeluarkan tangannya dan sesaat<br />
kemudian dia berkata: "Wah kita sedang<br />
berada di atas New York!"<br />
Presiden Indonesia (Gus Dur): "Lho kok bisa<br />
tau sih?"<br />
"Itu.. patung Liberty kepegang!", jawab<br />
Clinton dengan bangganya.<br />
Ngga mau kalah presiden Perancis, Jacques<br />
Chirac, ikut menjulurkan tangannya keluar.<br />
"Tau nggak... kita sedang berada di atas<br />
kota Paris!", katanya dengan sombongnya.<br />
Presiden Indonesia: "Wah... kok bisa tau<br />
juga?"<br />
"Itu... menara Eiffel kepegang!", sahut<br />
presiden Perancis tersebut.<br />
Karena disombongin sama Clinton dan<br />
Chirac, giliran Gus Dur yang menjulurkan<br />
tangannya keluar pesawat...<br />
10<br />
"Wah... kita sedang berada di atas Tanah<br />
Abang!!!", teriak Gus Dur.<br />
"Lho kok bisa tau sih?" tanya Clinton dan<br />
Chirac heran karena tahu Gus Dur itu kan<br />
nggak bisa ngeliat.<br />
"Ini... jam tangan saya ilang...", jawab Gus<br />
Dur kalem.<br />
Sumber: gusdur.net, 13 November<br />
2008<br />
5. Sate Babi<br />
Suatu ketika Gus Dur dan ajudannya terlibat<br />
percakapan serius.<br />
Ajudan: Gus, menurut Anda makanan apa<br />
yang haram?<br />
Gus Dur: Babi<br />
Ajudan: Yang lebih haram lagi<br />
Gus Dur: Mmmm ... babi mengandung babi!<br />
Ajudan: Yang paling haram?<br />
Gus Dur: Mmmm ... nggg ... babi<br />
mengandung babi tanpa tahu bapaknya<br />
dibuat sate babi! (//mbs)<br />
Sumber : Okezone.com, Selasa, 1<br />
September 2009<br />
11<br />
6. Gus Dur Diplintir Media<br />
Gus Dur, dalam satu acara peluncuran<br />
biografinya, menceritakan tentang kebiasan<br />
salah kutip oleh media massa atas berbagai<br />
pernyataan yang pernah dikeluarkannya.<br />
Dia mencontohkan, ketika berkunjung ke<br />
Sumatera Utara ditanya soal pernyataan<br />
Menteri Senior Singapura Lee Kuan Yew<br />
tentang gembong teroris di Indonesia, dia<br />
mengatakan, pada saatnya nanti akan<br />
mengajarkan demokratisasi di Singapura.<br />
Namun, sambungnya, media massa<br />
mengutip dia akan melakukan demo di<br />
Singapura.<br />
Walah ... walah, gitu aja kok repot! (//mbs)<br />
sumber: okezone, Jum'at, 29 Mei 2009<br />
- 13:06 wib<br />
7. Kuli dan Kyai<br />
Rombongan jamaah haji NU dari Tegal tiba<br />
di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab<br />
Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman<br />
berebutan untuk mengangkut barang-barang<br />
yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di<br />
antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan<br />
12<br />
serius dalam bahasa Arab.<br />
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut<br />
spontan merubung mereka, sambil berucap:<br />
Amin, Amin, Amin!<br />
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu<br />
menghampiri mereka: "Lho kenapa Anda<br />
berkerumun di sini?"<br />
"Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi<br />
pakai serban, mereka itu pasti kyai."(//ahm)<br />
Sumber: okezone.com, Kamis, 2 April<br />
2009 - 15:05 wib<br />
8. Kaum Almarhum<br />
Mungkinkah Gus Dur benar-benar percaya<br />
pada isyarat dari makam-makam leluhur?<br />
Kelihatannya dia memang percaya, sebab<br />
Gus Dur selalu siap dengan gigih dan<br />
sungguh-sungguh membela "ideologi"nya<br />
itu. Padahal hal tersebut sering membuat<br />
repot para koleganya.<br />
Tapi, ini mungkin jawaban yang benar,<br />
ketika ditanya kenapa Gus Dur sering<br />
berziarah ke makam para ulama dan<br />
leluhur.<br />
13<br />
"Saya datang ke makam, karena saya tahu.<br />
Mereka yang mati itu sudah tidak punya<br />
kepentingan lagi." Katanya.<br />
Sumber: gusdur.net, Sabtu, 14<br />
November 2008<br />
9. Pengalaman Gus Dur Naik<br />
Haji<br />
Gus Dur seperti tidak pernah kehabisan<br />
cerita, khususnya yang bernada sindiran<br />
politik. Menurut dia, ada kejadian menarik di<br />
masa pemerintah Orde Baru.<br />
Suatu kali Presiden Soeharto berangkat ke<br />
Mekkah untuk berhaji. Karena yang pegi<br />
seorang persiden, tentu sejumlah menteri<br />
harus ikut mendampingi. Salah satunya<br />
"peminta pertunjuk" yang paling rajin,<br />
Menteri Penerangan Harmoko.<br />
Setelah melewati beberapa ritual haji,<br />
rombongan Soeharto pun melaksanakan<br />
jumrah, yakni simbol untuk mengusir setan<br />
dengan cara melempar batu ke sebuah tiang<br />
mirip patung. Di sini lah muncul masalah,<br />
terutama bagi Harmoko.<br />
Beberapa kali batu yang dilemparkannya<br />
14<br />
selau berbalik menghantam jidatnya. "Wah<br />
kenapa jadi begini ya?" cerita Gus Dus<br />
menuturkan pernyataan Harmoko yang saat<br />
itu tampak gemetar karena takut.<br />
Lalu Harmoko pindah posisi. Hasilnya sama<br />
saja, batu yang dilemparnya seperti ada<br />
yang melempar balik ke arah dirinya. Setelah<br />
tujuh kali lemparan hasilnya selalu sama,<br />
Harmoko pun menoleh ke kanan dan ke kiri,<br />
mencari-cari posisi presiden untuk "minta<br />
petunjuk". Setelah ketemu, lalu dengan lega<br />
ia tergopoh-gopoh menghampiri Bapak<br />
Presiden.<br />
Namun, sebelum sampai di hadapan<br />
Soeharto, ia turut mendengar bisikan "Hai<br />
manuia, sesama setan jangan saling<br />
lempar."<br />
(rhs)<br />
Sumber: okezone.com, 11 Januari 2010<br />
10. Cuma Takut Tiga Roda<br />
Suatu hari, saat Abdurarahman Wahid<br />
menjabat sebagai Presiden RI, ada<br />
pembicaraan serius. Pembicaraan bertopik<br />
isu terhangat dilakukan selesai menghadiri<br />
sebuah rapat di Istana Negara.<br />
15<br />
Diketahui, pembicaraan itu mengenai wabah<br />
demam berdarah yang kala itu melanda kota<br />
Jakarta. Gus Dur pun sibuk<br />
memperbincangkan penyakit mematikan<br />
tersebut.<br />
"Menurut Anda, mengapa demam berdarah<br />
saat ini semakin marak di Jakarta Pak?"<br />
tanya seorang menterinya.<br />
"Ya karena Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso<br />
melarang bemo, becak, dan sebentar lagi<br />
bajaj dilarang beredar di Kota Jakarta ini.<br />
Padahal kan nyamuk sini cuma takut sama<br />
tiga roda...!" (rhs)<br />
Sumber: okezone.com, 01 Januari 2010<br />
11. Tak Punya Latar Belakang<br />
Presiden<br />
Mantan Presiden Abdurrahman Wahid<br />
memang unik. Dalam situasi genting dan<br />
sangat penting pun dia masih sering<br />
meluncurkan joke-joke yang mencerdaskan.<br />
Seperti yang dituturkan Ketua Mahkamah<br />
Konstitusi Mahfud MD saat diinterview salah<br />
satu televisi swasta. "Waktu itu saya hampir<br />
16<br />
menolak penunjukannya sebagai Menteri<br />
Pertahanan. Alasan saya, karena saya tidak<br />
memiliki latar belakang soal TNI/Polri atau<br />
pertahanan," ujar Mahfud.<br />
Tak dinyana, jawaban Gus Dur waktu itu<br />
tidak kalah cerdiknya. "Pak Mahfud harus<br />
bisa. Saya saja menjadi Presiden tidak perlu<br />
memiliki latar belakang presiden kok," ujar<br />
Gus Dur santai.<br />
Karuan saja Mahfud MD pun tidak berkutik.<br />
"Gus Dur memang aneh. Kalau nggak aneh,<br />
pasti nggak akan memilih saya sebagai<br />
Menhan," kelakar Mahfud. (mbs)<br />
Sumber: okezone.com, 01 Desember<br />
2009<br />
12. Airport Abdurrahman<br />
Wahid<br />
Pada akhir April 2000, Gus Dur sempat ke<br />
Malang, dan mendarat di Bandara<br />
Abdurrahman Saleh. Ini mengingatkan dia<br />
pada peristiwa belasan tahun silam, ketika<br />
dia mendarat di bandara yang sama dari<br />
Jakarta, saat masih ada penerbangan reguler<br />
dari Bandara Halim Perdanakusuma ke<br />
Malang.<br />
17<br />
Waktu itu Gus Dur bersama antara lain<br />
Almarhum Jaksa Agung Sukarton<br />
Marmosujono. Sebagaimana lazimnya untuk<br />
rombongan orang penting, mereka pun<br />
disambut oleh pasukan Banser NU.<br />
Ketika romobongan sudah berangkat ke<br />
Selorejo, sekitar 60 kilometer dari bandara,<br />
petugas Banser melapor pada poskonya<br />
melalui handy talky.<br />
"Halo, halo, rojer," kata Mas Banser. "Lapor:<br />
Abdurahman Saleh sudah mendarat di<br />
airport Abdurrahman Wahid!"<br />
Yah, kebalik. (mbs)<br />
Sumber: Okezone.com, 24 Nopember<br />
2009<br />
13. Buto Cakil Pembayar<br />
Demonstran?<br />
Punakawan selalu digambarkan sebagai<br />
kstaria. Musuhnya jelek-jelek semua,<br />
misalnya Buto Cakil. Punakawan sering<br />
diculik, dibawa berpindah dari satu tempat<br />
ke tempat lain.<br />
18<br />
Tapi, menurut Ki Tedjo, sekarang semuanya<br />
serba tak jelas. Perilaku kesatria pun tak<br />
jelas. Yang jadi Punakawan pun tak jelas.<br />
Yang disebut istana pun tak jelas. Sebab<br />
saat ini masih banyak istana, ada yang di<br />
Cendana, ada yang di sana, pokoknya di<br />
mana-mana.<br />
"Supaya rakyat tentram, mbok ya (para elite<br />
politik) itu kalau berantem caranya yang<br />
cerdas lah. Rakyat seperti kita ini kan juga<br />
perlu tahu. Bukan begitu, Gus?"<br />
"Sebelum tahu istananya, harus tahu dulu<br />
siapa demonstrannya," jawab Gus Dur.<br />
"Ya sebelum tahu demonstrannya, harus<br />
tahu dulu siapa yang membayari." (mbs)<br />
Sumber: okezone.com, 10 November<br />
2009<br />
14. Tukang Santet Jakarta<br />
Main hakim sendiri seakan sudah dianggap<br />
normal oleh masyarakat kita. Pelakunya<br />
bukan cuma rakyat biasa, tapi sering justru<br />
aparat yang berwenang. Paling tidak<br />
penghakiman dilakukan di depan aparat.<br />
Sampai-sampai majalah Tempo, jauh<br />
sebelum pembredelan pernah<br />
19<br />
"menghitamkan" beberapa halamannyla<br />
sebagai tanda prihatin. Para pembaca<br />
Tempo tentu kaget dan heran. Bermacam<br />
dugaan pun segera muncul. Gus Dur<br />
termasuk yang heran dan menduga-duga.<br />
"Mengapakah Tempo dibuat hitam seperti<br />
itu?" tanya Gus Dur dalam "kuis imajiner"-<br />
nya.<br />
"Karena reportase soal tukang santet dan<br />
bromocorah Jember."<br />
"Siapakah yang memerintahkan<br />
penghitaman itu?"<br />
"Tukang santet dan bromocorah<br />
Jakarta."(mbs)<br />
Sumber: okezone.com, Senin, 19<br />
Oktober 2009<br />
15. Keliling Dunia Tidak Mati<br />
Kok!<br />
Empat dokter ahli menyampaikan analisis<br />
negatif terhadap kesehatan Gus Dur kepada<br />
DPR. Jauh sebelumnya, salah satu Ketua<br />
DPP Partai Golkar Agung Laksono juga<br />
pernah mengungkit masalah itu. Agung,<br />
20<br />
yang juga dokter, mengusulkan agar<br />
Presiden Gus Dur diperiksa oleh tim dokter<br />
independen. Usul itu disetujui oleh Ketua<br />
MPR Amien Rais.<br />
Saat Gus Dur berkunjung ke Kairo, wartawan<br />
pun menanyakan usulan Agung Laksono itu.<br />
"Kalau mau tahu soal kesehatan sata, tanya<br />
saja sama dokter yang pernah memeriksa<br />
saya," jawab Gus Dur serius.<br />
Kalau belum percaya? "Gampang saja, saya<br />
keliling (dunia) ini tidak mati kok," jawab<br />
Gus Dur menekankan betapa sehatnya dia.<br />
Tapi kemudian Gus Dur bilang, "Masalah<br />
begitu jangan tanya sayalah. Saya sudah<br />
malas menjawabnya. Punya ambisi politik<br />
saja kok sampai begitu." (mbs)<br />
16. Panglima AL Paraguay<br />
Paraguay dikenal sebagai salah satu negara<br />
yang tidak mempunyai laut. Tapi anehnya,<br />
negara Amerika Latin ini punya panglima<br />
angkatan laut.<br />
Suatu ketika, kata Gus Dur, Panglima AL<br />
Paraguay ini berkunjung ke negara Brasil.<br />
Dalam kunjungan itu ia menemui Panglima<br />
AL Brasil. Salah seorang staf AL Brasil yang<br />
21<br />
ikut menemuinya bertanya seenaknya,<br />
"Negara bapak itu aneh ya. Tidak punya<br />
laut, tapi punya panglima seperti Bapak."<br />
Dengan kalem sang tamu pun menanggapio,<br />
"Negeri Anda ini juga aneh, ya. Hukumnya<br />
tidak berjalan, tapi merasa perlu<br />
mengangkat seorang menteri kehakiman."<br />
(mbs)<br />
Sumber: okezone, 15 September 2009<br />
17. Orang NU Gila<br />
Rumah Gus Dur di kawasan Ciganjur,<br />
Jakarta Selatan, sehari-harinya tidak pernah<br />
sepi dari tamu. Dari pagi hingga malam,<br />
bahkan tak jarang sampai dinihari para tamu<br />
ini datang silih berganti baik yang dari<br />
kalangan NU ataupun bukan. Tak jarang<br />
mereka pun datang dari luar kota.<br />
Menggambarkan fanatisme orang NU, kata<br />
Gus Dur, menurutnya ada 3 tipe orang NU.<br />
“Kalau mereka datang dari pukul tujuh pagi<br />
hingga jam sembilan malam, dan<br />
menceritakan tentang NU, itu biasanya<br />
orang NU yang memang punya komitmen<br />
dan fanatik terhadap NU,” tegas Gus Dur.<br />
22<br />
Orang NU jenis yang kedua, mereka yang<br />
meski sudah larut malam, sekitar jam dua<br />
belas sampai jam satu malam, namun masih<br />
mengetuk pintu Gus Dur untuk<br />
membicarakan NU, “Itu namanya orang gila<br />
NU,” jelasnya.<br />
“Tapi kalau ada orang NU yang masih juga<br />
mengetuk pintu rumah saya jam dua dinihari<br />
hingga jam enam pagi, itu namanya orang<br />
NU yang gila,” kata Gus Dur sambil terkekeh.<br />
Sumber: okezone<br />
18. Lupa Tanggal Lahir<br />
Gus Dur, nama lengkapnya adalah<br />
Abdurrahma Al-Dakhil. Dia dilahirkan pada<br />
hari Sabtu di Denanyar, Jombang, Jawa<br />
Timur. Ada rahasia dalam tanggal<br />
kelahirannya. Gus Dur ternyata tidak tahu<br />
persis tanggal berapa sebenarnya dia<br />
dilahirkan.<br />
Sewaktu kecil, saat dia mendaftarkan diri<br />
sebagai siswa di sebuah SD di Jakarta, Gus<br />
Dur ditanya, " Namamu siapa Nak?"<br />
"Abdurrahman," jawab Gus Dur.<br />
23<br />
"Tempat dan tanggal lahir?' "Jombang ...,"<br />
jawab Gus Dur terdiam beberapa saat.<br />
"Tanggal empat, bulan delapan, tahun<br />
1940," lanjutnya<br />
Gus Dur agak ragu sebab dia menghitung<br />
dulu bula kelahirannya. Gus Dur hanya hapal<br />
bulan Komariahnya, yaitu hitungan<br />
berdasarkan perputaran bulan. Dia tidak<br />
ingat bulan Syamsiahnya atay hitungan<br />
berdasarkan perputaran matahari.<br />
Yang Gus Dur maksud, dia lahir bulan<br />
Syakban, bulan kedelapan dalam hitungan<br />
Komariag. Tetapi gurunya menganggap<br />
Agustus, yaitu bulan delapan dalam hitungan<br />
Syamsiah.<br />
Maka sejak itu dia dianggap lahir pada<br />
tanggal 4 Agustus 1940. Padahal sebenarnya<br />
dia lahir pada 4 Syakban 1359 Hijriah atau 7<br />
September 1940.<br />
19. Santri Dilarang Merokok<br />
"Para santri dilarang keras merokok!"<br />
begitulah aturan yang berlaku di semua<br />
pesantren, termasuk di pesantren Tambak<br />
Beras asuhan Kiai Fattah, tempat Gus Dur<br />
24<br />
pernah nyatri. Tapi, namanya santri, kalau<br />
tidak bengal dan melanggar aturan rasanya<br />
kurang afdhol.<br />
Suatu malam, tutur Gus Dur, listrik di<br />
pesantren itu tiba-tiba padam. Suasana pun<br />
jadi gelap gulita. Para santri ada yang tidak<br />
peduli, ada yang tidur tapi ada juga yang<br />
terlihat jalan-jalan mencari udara segar. Di<br />
luar sebuah rumah, ada seseorang sedang<br />
duduk-duduk santai sambail merokok.<br />
Seorang santri yang kebetulan melintas di<br />
dekatnya terkejut melihat ada nyala rokok di<br />
tengah kegelapan itu.<br />
"Nyedot, Kang?" sapa si santri sambil<br />
menghampiri "senior"-nya yang sedang asyik<br />
merokok itu. Langsung saja orang itu<br />
memberikan rokok yang sedang dihisapnya<br />
kepada sang "yunior". Saat dihisap, bara<br />
rokok itu membesar, sehingga si santri<br />
mengenali wajah orang tadi.<br />
Saking takutnya, santri itu langsung lari<br />
tunggang langgang sambil membawa rokok<br />
pinjamannya. "Hai, rokokku jangan dibawa!"<br />
teriak Kiai Fatta.<br />
20. Doa Mimpi Matematika<br />
25<br />
Jauh sebelum menjadi presiden, Gus Dur<br />
dikenal sebagai penulis yang cukup<br />
produktif. Hampir tiap pekan tulisannya<br />
muncul di koran atau majalah. Tema<br />
tulisannya pun beragam, dari soal politik,<br />
sosial, sastra, dan tentu saja agama.<br />
Dia pernah mengangkat soal puisi yang<br />
ditulis oleh anak-anak di bawah usia 15<br />
tahun yang dimuat majalah Zaman.<br />
Kata Gus Dur, anak-anak itu ternyata lebih<br />
jujur dalam mengungkapkan keinginannya.<br />
Enggak percaya? Gus Dur membacakan puisi<br />
yang dibuat Zul Irwan<br />
Tuhan …<br />
berikan aku mimpi malam ini<br />
tentang matematika<br />
yang diujikan besok pagi<br />
21. Obrolan Hari Jumat<br />
Pernah suatu ketika Gus Dur di ruang<br />
kerjanya di Istana Merdeka menerima<br />
Mohammad Sobary, peneliti dari LIPI,<br />
kolumnis dan pernah menjadi pemimpin<br />
Kantor Berita Antara dan Djohan Effendi<br />
(Kepala Litbang Departemen Agama).<br />
26<br />
Hampir sepanjang hari Gus Dur berbincangbincang<br />
dengan kedua sahabatnya tersebut.<br />
Sobary sempat menjadi moderator ketika<br />
berlangsung dialog antara Gus Dur dengan<br />
masyarakat seusai shalat Jumat di Masjid<br />
Baiturrahim (Masjid Istana Kepresidenan).<br />
Sobary lantas mengulang cerita Gus Dur<br />
tentang hal lucu yang terjadi di sekitar Gus<br />
Dur selama masa istirahat. Sebelum shalat<br />
Jumat, Gus Dur dari ruang kerjanya<br />
menelepon Menteri Agama di kantornya.<br />
Kebetulan yang mengangkat telepon di<br />
kantor Menteri Agama adalah seorang staf<br />
menteri.<br />
Dialognya demikian:<br />
Gus Dur: Hallo, saya mau bicara dengan<br />
Menteri Agama<br />
Staf Departemen Agama: Ini siapa?<br />
Gus Dur: Saya Abdurrahman Wahid<br />
Staf Departemen Agama: Abdurrahman<br />
Wahid siapa?<br />
Gus Dur: Presiden.....<br />
22. Dua Gus Adalah Musuh<br />
Orba<br />
27<br />
Di kalangan Nahdliyin, Gus adalah julukan<br />
bagi anak kiai yang mereka hormati .<br />
Panggilan hormat itu tetap melekat, bahkan<br />
sampai si anak sudah jadi bapak atau kakek<br />
. Begitulah, menurut Gus Dur, ada Gus Nun,<br />
Gus Mus, dan lain-lain-anpa menyebut diri<br />
sendiri.<br />
Lain sikap hormat kalangan Nahdliyin, lain<br />
pula pandangan pemerintah Orde Baru.<br />
Yang terakhir ini tak suka dengan para Gus<br />
itu, terutama yang kritis terhadap<br />
kekuasaan.<br />
Kekritisan Gus Dur terhadap pemerintah<br />
Orde Baru mengakibatkan ia "dikucilkan."<br />
Gus Nun sering ngomong pedas, maka<br />
dianggap musuh pemerintah juga .<br />
Tapi , kata Gus Dur, di acara jamuan makan<br />
malam bersama tamu-tamunya, sebenarnya<br />
ada satu "Gus" lagi yang tidak disukai<br />
pemerintah .<br />
Para tamu pun penasaran, dan menunggu<br />
Gus siapa lagi gerangan yang dimaksud .<br />
"Gusmao...," ungkap Gus Dur menyebut<br />
nama belakang Kay Rala Xanana (sekarang<br />
28<br />
Presiden Timor Leste), pemimpin Fretilin<br />
yang saat itu masih di penjara.<br />
23. Gus Dur dan UU<br />
Pornografi<br />
Humor ini muncul saat Dewan Perwakilan<br />
Rakyat akan mengesahkan Rancangan<br />
Undang-undang Pornografi menjadi undangundang<br />
pada pertengahan 2008. Berbagai<br />
pro dan kontra berkembang. Demonstrasi di<br />
mana-mana.<br />
Gus Dur yang terkenal sebagai tokoh<br />
kebebasan berpikir, tidak ambil pusing. Bagi<br />
dia, di dalam Islam pun telah ada porno.<br />
Jadi tidak perlu diperdebatkan. Berikut cerita<br />
mengenai 189 Gaya Bersetubuh yang dikutip<br />
dari berbagai sumber:<br />
Ketika semua pihak berteriak musnahkan<br />
pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena<br />
tidak sesuai dengan syariat Islam, Gus Dur<br />
justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha<br />
mengambil contoh dari sisi pandangan Islam<br />
tentang porno tersebut.<br />
Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab<br />
interview, Gus Dur menyebut kitab Raudlatul<br />
Mu’aththar sebagai korban tentang<br />
29<br />
kesalahan memandang pengertian daripada<br />
kata porno.<br />
“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar<br />
(Kebun Wewangian) itu merupakan kitab<br />
Bahasa Arab yang isinya tata cara<br />
bersetubuh dengan 189 gaya."<br />
"Kalau begitu, kitab itu cabul dong?”<br />
24. Becak Dilarang Masuk<br />
Saat menjadi presiden, Gus Dur pernah<br />
bercerita kepada Menteri Pertahanan saat<br />
itu, Mahfud MD, tentang orang Madura yang<br />
katanya banyak akal dan cerdik. Cerita ini<br />
masuk dalam buku Setahun bersama Gus<br />
Dur, Kenangan Menjadi Menteri di Saat Sulit.<br />
Ceritanya, ada tukang becak asal Madura<br />
yang pernah dipergoki oleh polisi ketika<br />
melanggar rambu “becak dilarang masuk”.<br />
Tukang becak itu masuk ke jalan yang ada<br />
rambu gambar becak disilang dengan garis<br />
hitam yang berarti jalan itu tidak boleh<br />
dimasuki becak.<br />
“Apa kamu tidak melihat gambar itu? Itu kan<br />
gambar becak tidak boleh masuk jalan ini,”<br />
bentak polisi.<br />
30<br />
“Oh saya melihat pak, tapi itu kan<br />
gambarnya becak kosong. Becak saya kan<br />
ada yang mengemudi,” jawab si tukang<br />
becak .<br />
“Bodoh, apa kamu tidak bisa baca? Di bawah<br />
gambar itu kan ada tulisan bahwa becak<br />
dilarang masuk,” bentak pak polisi lagi.<br />
“Tidak pak, saya tidak bisa baca, kalau saya<br />
bisa membaca maka saya jadi polisi seperti<br />
sampeyan, bukan jadi tukang becak seperti<br />
ini,” jawab si tukang becak sambil<br />
cengengesan.<br />
25. Radio Islami<br />
Seorang Indonesia yang baru pulang<br />
menunaikan ibadah haji terlihat marahmarah.<br />
“Lho kang, ngopo ngamuk-ngamuk<br />
mbanting radio? (Kenapa ngamuk-ngamuk<br />
membanting radio?)” tanya kawannya<br />
penasaran.<br />
“Pembohong! Gombal!” ujarnya geram.<br />
Temannya terpaku kebingungan.<br />
“Radio ini di Mekkah tiap hari ngaji Alquran<br />
31<br />
terus. Tapi di sini, isinya lagu dangdut tok.<br />
Radio begini kok dibilang radio Islami.”<br />
“Sampean (Anda) tahu itu radio Islami dari<br />
mana?”<br />
“Lha…, itu bacaannya all-transistor. Kan<br />
pakai Al."<br />
26. Ho Oh<br />
Seorang ajudan Presiden Bill Clinton dari<br />
Amerika Serikat sedang jalan-jalan di<br />
Jakarta. Karena bingung dan tersesat, dia<br />
kemudian bertanya kepada seorang penjual<br />
rokok. "Apa betul ini Jalan Sudirman?" "Ho<br />
oh," jawab si penjual rokok.<br />
Karena bingung dengan jawaban tersebut,<br />
dia kemudian bertanya lagi kepada seorang<br />
Polisi yang sedang mengatur lalu lintas. "Apa<br />
ini Jalan Sudirman?" Polisi menjawab,<br />
"Betul."<br />
Karena bingung mendapat jawaban yang<br />
berbeda, akhirnya dia bertanya kepada Gus<br />
Dur yang waktu itu kebetulan melintas<br />
bersama ajudannya. "Apa ini Jalan<br />
32<br />
Sudirman?" Gus Dur menjawab "Benar."<br />
Bule itu semakin bingung saja karena<br />
mendapat tiga jawaban yang berbeda. Lalu<br />
akhirnya dia bertanya kepada Gus Dur lagi,<br />
mengapa waktu tanya tukang rokok dijawab<br />
"Ho oh," lalu tanya polisi dijawab "betul" dan<br />
yang terakhir dijawab Gus Dur dengan kata<br />
"benar."<br />
Gus Dur tertegun sejenak, lalu dia berkata,<br />
"Ooh begini, kalau Anda bertanya kepada<br />
tamatan SD maka jawabannya adalah ho oh,<br />
kalau yang bertanya kepada tamatan SMA<br />
maka jawabannya adalah betul. Sedangkan<br />
kalau yang bertanya kepada tamatan<br />
Universitas maka jawabannya benar."<br />
Ajudan Clinton itu mengangguk dan akhirnya<br />
bertanya, "Jadi Anda ini seorang sarjana?"<br />
Dengan spontan Gus Dur menjawab, "Ho ...<br />
oh!"<br />
Sumber: marhendraputra.co.cc, 3 Januari<br />
2010<br />
Made In Japan, Sangat Cepat ...<br />
Di luar Hotel Hilton, Gus Dur bersama<br />
sahabatnya yang seorang turis Jepang mau<br />
33<br />
pergi ke Bandara. Mereka naik taksi di jalan,<br />
tiba-tiba saja ada mobil kencang sekali<br />
menyalip taksinya. Dengan bangga Si<br />
Jepang berteriak, "Aaaah Toyota, made in<br />
Japan. Sangat cepat...!"<br />
Tidak lama kemudian, mobil lain menyalip<br />
taksi itu. Si Jepang teriak lagi, "Aaaah<br />
Nissan, made ini Japan. Sangat cepat."<br />
Beberapa lama kemudian, taksi yang ia naiki<br />
lagi-lagi disalip mobil, dan Si Jepang teriak<br />
lagi "Aaaah Mitsubishi. Made in Japan sangat<br />
cepat...!" Gus Dur dan sopir taksi itu merasa<br />
kesal melihat Si Jepang ini bener-bener<br />
nasionalis.<br />
Kemudian, sesampainya di bandara, sopir<br />
taksi bilang ke Si Jepang. "100 dolar,<br />
please..."<br />
"100 dolars...?! Ini tidak jauh dari hotel."<br />
"Aaaah... Argometer made in Japan kan<br />
sangat cepat sekali," kata Gus Dur menyahut<br />
Si Jepang itu.<br />
27. DPR Turun Pangkat<br />
Dia juga sempat melontarkan guyonan<br />
34<br />
tentang prilaku anggota Dewan Perwakilan<br />
Rakyat. Sempat menyebut mereka sebagai<br />
anak Taman Kanak-Kanak. Gus Dur pun<br />
berseloroh anggota DPR sudah "turun<br />
pangkat" setelah ricuh dalam sidang<br />
paripurna pembahasan kenaikan bahan<br />
bakar minyak (BBM) pada 2004 silam.<br />
"DPR dulu TK, sekarang playgroup," kata<br />
Gus Dur, ketika menjawab pertanyaan<br />
wartawan tentang kejadian di DPR saat<br />
sidang itu.<br />
28. Dicium Artis Cantik<br />
Magnet sense of humor Gus Dur yang tinggi<br />
membuat kesengsem salah satu artis cantik<br />
saat hadir dalam suatu acara di rumah salah<br />
seorang pengasuh Pondok Kajen. Saking<br />
gemesnya, artis itu dengan santai langsung<br />
ngesun (mencium) pipi Gus Dur tanpa pake<br />
permisi.<br />
Jelas beberapa di antara mereka yang hadir<br />
langsung dibikin kaget dan bingung. Siapa<br />
yang kuat ngeliat kiat nyentrik cuma diem<br />
aja disun (dicium) artis cantik.Tak lama<br />
kemudian begitu sudah agak sepi, Gus Mus<br />
yang sedang di antara mereka, langsung<br />
numpahin sederet kalimat yang sudah dari<br />
35<br />
tadi cuma bisa disimpan dalam hati. “Loh<br />
Gus, Kok Gus Dur diam saja sih disun sama<br />
perempuan?’<br />
Dengan santai dan silakan bayangin sendiri<br />
gayanya, Gus Dur malah ngasih jawaban<br />
sepele.<br />
“Lha wong saya kan nggak bisa lihat. Ya<br />
mbok sampeyan jangan pengin.”<br />
29. NU Diskon<br />
Suatu hari, di bulan Ramadan, Gus Dur<br />
bersama seorang kiai lain (kiai Asrowi)<br />
pernah diundang ke kediaman mantan<br />
presiden Soeharto untuk buka bersama.<br />
Setelah buka, kemudian salat Maghrib<br />
berjamaah. Setelah minum kopi, teh dan<br />
makan, terjadilah dialog antara Soeharto dan<br />
Gus Dur.<br />
“Gus Dur sampai malam di sini?”<br />
“Engga Pak! Saya harus segera pergi ke<br />
‘tempat lain’.”<br />
“Oh iya ya ya… silaken. Tapi kiainya kan<br />
ditinggal di sini ya?”<br />
36<br />
“Oh, iya Pak, tapi harus ada penjelasan.”<br />
“Penjelasan apa?”<br />
“Salat Tarawihnya nanti itu ngikutin NU lama<br />
atau NU baru?”<br />
Soeharto jadi bingung, baru kali ini dia<br />
mendengar ada NU lama dan NU baru.<br />
Kemudian dia bertanya. “Lho NU lama dan<br />
NU baru apa bedanya?”<br />
”Kalau NU lama, Tarawih dan Witirnya itu 23<br />
rakaat,” kata Gus Dur.<br />
“Oh iya iya ya ya… ga apa-apa….”<br />
Gus Dur sementara diam.<br />
“Lha kalau NU baru?” tanya Soeharto.<br />
“Diskon 60 persen. Salat Tarawih dan<br />
Witirnya cuma tinggal 11 rakaat.” Semua<br />
tamu buka puasa langsung tertawa.<br />
30. Che Guevara<br />
guyonan Gus Dur sewaktu masih menjadi<br />
Presiden RI, saat berkunjung ke Kuba dan<br />
bertemu dengan Fidel Castro.<br />
37<br />
Saat itu Fidel Castro mendatangi hotel<br />
tempat Gus Dur dan rombongannya<br />
menginap selama di Kuba. Dan mereka pun<br />
terlibat pembicaraan hangat, menjurus<br />
serius. Agar pembicaraan tidak terlalu<br />
membosankan, Gus Dur pun mengeluarkan<br />
jurus andalannya, yaitu guyonan.<br />
Beliau bercerita pada pemimpin Kuba, Fidel<br />
Castro, bahwa ada 3 orang tahanan yang<br />
berada dalam satu sel. Para tahanan itu<br />
saling memberitahu bagaimana mereka bisa<br />
sampai ditahan di situ. Tahanan pertama<br />
bercerita, “Saya dipenjara karena saya anti<br />
dengan Che Guevara.” Seperti diketahui Che<br />
Guevara memimpin perjuangan kaum<br />
sosialis di Kuba.<br />
Tahanan kedua berkata geram, “Oh kalau<br />
saya dipenjara karena saya pengikut Che<br />
Guevara!” Lalu mereka berdua terlibat<br />
perang mulut. Tapi mendadak mereka<br />
teringat tahanan ketiga yang belum ditanya.<br />
“Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di<br />
sini?” tanya mereka berdua kepada tahanan<br />
ketiga.<br />
Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan<br />
berat hati, “Karena saya Che Guevara.”<br />
38<br />
Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak<br />
mendengar guyonan Gus Dur tersebut.<br />
31. Siapa yang Paling Berani<br />
Di atas geladak kapal perang US Army tiga<br />
pemimpin negara sedang “berdiskusi”<br />
tentang prajurit siapa yang paling berani. Eh<br />
kebetulan di sekitar kapal ada hiu-hiu yang<br />
sedang kelaparan lagi berenang mencari<br />
makan …<br />
Bill Clinton: Kalau Anda tahu … prajurit kami<br />
adalah yang terberani di seluruh dunia …<br />
Mayor .. sini deh … coba kamu berenang<br />
keliling ini kapal sepuluh kali.<br />
Mayor: (walau tahu ada hiu) siap pak, demia<br />
“The Star Spangled Banner” saya siap ,,,<br />
(akhirnya dia terjun dan mengelilingi kapal<br />
10 kali sambil dikejar hiu).<br />
Mayor: (naik kapal dan menghadap) Selesai<br />
pak!!! Long Live America!!<br />
Clinton: Hebat kamu, kembali ke pasukan!<br />
Koizumi: (tak mau ketinggal, dia panggil<br />
sang sersan) Sersan! Menghadap sebentar<br />
(sang Sersan datang) … coba kamu keliling<br />
kapal ini sebanyak 50 kali … !<br />
39<br />
Sersan: (melihat ada hiu … glek … tapi) for<br />
the queen I’am ready to serve!!! (pekik sang<br />
sersan, kemudian membuka-buka baju lalu<br />
terjun ke laut dan berenang keliling 50 kali<br />
… dan dikejar hiu juga).<br />
Sersan: (menghadap sang perdana menteri)<br />
GOD save the queen!!!<br />
Koizumi: Hebat kamu … kembali ke tempat<br />
… Anda lihat Pak Clinton … Prajurit saya<br />
lebih berani dari prajurit Anda … (tersenyum<br />
dengan hebat …)<br />
Gus Dur: Kopral ke sini kamu … (setelah<br />
dayang …) saya perintahkan kamu untuk<br />
terjun ke laut lalu berenang mengelilingi<br />
kapal perang ini sebanyak 100 kali … ok?<br />
Kopral: Hah … Anda gila yah …! Presiden<br />
nggak punya otak … nyuruh berenang<br />
bersama hiu … kurang ajar!!! (sang Kopral<br />
pun pergi meninggalkan sang presiden …)<br />
Gus Dur: (Dengan sangat bangga) Anda lihat<br />
Pak Clinton dan Pak … Cumi Cumi … kirakira<br />
siapa yang punya prajurit yang paling<br />
BERANI!!! … Hidup Indonesia … !!!<br />
40<br />
32. Doa Mimpi Matematika<br />
Jauh sebelum menjadi Presiden, Gus Dur<br />
dikenal sebagai penulis yang cukup<br />
produktif. Hampir tiap pekan tulisannya<br />
muncul di koran atau majalah. Tema<br />
tulisannya pun beragam, dari soal politik,<br />
sosial, sastra, dan tentu saja agama.<br />
Pernah dia mengangkat soal puisi yang<br />
ditulis oleh anak-anak di bawah usia 15<br />
tahun yang dimuat majalah Zaman. Kata<br />
Gus Dur, anak-anak itu ternyata lebih jujur<br />
dalam mengungkapkan keinginannya.<br />
Enggak percaya? Baca saja puisi yang dibuat<br />
oleh Zul Irwan ini:<br />
Tuhan …<br />
berikan aku mimpi malam ini<br />
tentang matematika<br />
yang diujikan besok pagi<br />
33. Tiga Polisi Jujur<br />
Gus Dur sering terang-terangan ketika<br />
mengritik. Tidak terkecuali ketika mengkritik<br />
dan menyindir polisi.<br />
Menurut Gus Dur di negeri ini hanya ada tiga<br />
polisi yang jujur. “Pertama, patung polisi.<br />
Kedua, polisi tidur. Ketiga, polisi Hoegeng<br />
(mantan Kapolri).”<br />
41<br />
Lainnya? Gus Dur hanya tersenyum.<br />
34. 189 Gaya Bersetubuh<br />
Ketika semua pihak berteriak “Musnahkan<br />
pornoaksi dan pornografi di negeri ini karena<br />
nggak sesuai dengan syariat Islam,” Gus Dur<br />
justru kurang sependapat. Gus Dur berusaha<br />
mengambil contoh dari sisi pandangan Islam<br />
tentang porno tersebut.<br />
Misalnya saja ketika Gus Dur menjawab<br />
interview dengan Jaringan Islam Liberal, Gus<br />
Dur menyebut kita Raudlatul Mu’aththar<br />
sebagai korban tentang kesalahan<br />
memandang pengertian daripada kata<br />
porno.<br />
“Anda tahu, kita Raudlatul Mu’aththar (The<br />
Perfumed Garden, Kebun Wewangian) itu<br />
merupakan kitab Bahasa Arab yang isinya<br />
tata cara bersetubuh dengan 189 gaya, ha …<br />
ha … ha. Kalau gitu, kitab itu cabul dong?”<br />
35. Membuat Orang-Orang<br />
Berdoa<br />
Di pintu akherat seorang malaikat menanyai<br />
seorang sopir Metro Mini. “Apa kerjamu<br />
selama di dunia?” tanya malaikat itu.<br />
42<br />
“Saya sopir Metro Mini, Pak.” lalu malaikat<br />
itu memberikan kamar yang mewah untuk<br />
sopir Metro tersebut dan peralatan yang<br />
terbuat dari emas.<br />
Lalu datang Gus Dur dengan dituntutn<br />
ajudannya yang setia.<br />
“Apa kerja kamu di dunia?” tanya malaikat<br />
kepada Gus Dur.<br />
“Saya presiden dan juga juru dakwah Pak…”<br />
lalu malaikat itu memberikan kamar yang<br />
kecil dan peralatan dari kayu. Melihat itu Gus<br />
Dur protes.<br />
“Pak kenapa kok saya yang presiden<br />
sekaligus juru dakwah mendapatkan yang<br />
lebih rendah dari seorang sopir Metro..?”<br />
Dengan tenang malaikat itu menjawab:<br />
“Begini Pak… Pada saat Bapak ceramah,<br />
Bapak membuat orang-orang semua<br />
ngantuk dan tertidur… sehingga melupakan<br />
Tuhan. Sedangkan pada saat sopir Metro<br />
Mini mengemudi dengan ngebut, ia<br />
membuat orang-orang berdoa…”<br />
36. Bukan Saya<br />
Di sebuah sekolah dasar di Los Palos,<br />
Timtim, seorang sersan kepala yang galak<br />
43<br />
jadi guru pengganti. Kali ini dia mengajarkan<br />
sejarah kemerdekaan RI untuk anak-anak<br />
kelas III. Untuk menguji daya tangkap para<br />
muridnya, ia bertanya dengan suara keras,<br />
“Coba, siapa yang menurunkan bendera<br />
merah, putih, biru, di Hotel Oranye<br />
Surabaya?”<br />
Murid-murid yang terlanjur dicekam rasa<br />
ketakutan serentak menjawab, “Bukan saya,<br />
Pak. Jangan tangkap saya!”<br />
Humor Gusdur : Ngebor Kebanyakan<br />
“Mengapa muncul bencana lumpur dan gas<br />
panas di Sidoarjo?” tanya Gus Dur.<br />
“Ngebornya La Pindo, jadi jebol. Kalau La<br />
Pisan mungkin aman. Dalam bahasa Jawa<br />
Timuran Pindo kan dua kali, Pisan, sekali,”<br />
kata Gus Dur menjawab pertanyaannya<br />
sendiri.<br />
37. Iklan Gratis<br />
handoyo ‘Gus Pur’ epigon Gus Dur bernafas<br />
lega ketika dipertemukan dengan tokoh<br />
aslinya yaitu Gus Dur, saat program Kick<br />
Andy yang diputar di Metro TV, Kamis<br />
15/11/2007.<br />
44<br />
“Apakah Handoyo pernah minta ijin langsung<br />
kepada Anda untuk menjadi Gus Dur dalam<br />
Republik Mimpi?” tanya Andy F. Noya, host<br />
program itu, kepada Gus Dur.<br />
“Abis gimana lagi, yah anggep saja sudah,”<br />
jawab Gus Dur enteng.<br />
Dalam kesempatan itu, Gus Dur mengaku<br />
senang dengan adanya tokoh Gus Pur dalam<br />
parodi politik itu. “Itung-itung advertensi<br />
(iklan) gratis,” katanya disambut gelak tawa<br />
penonton.<br />
Bahkan ketika ditanya lebih ganteng siapa<br />
antara Gus Dur dan Gus Pur. Gus Dur<br />
mengatakan Handoyo seperti iklan film foto<br />
yang bermoto ’seindah warna aslinya’, tapi<br />
Gus Dur memplesetkannya menjadi, “lebih<br />
indah dari warna aslinya,” kata Gus Dur.<br />
38. Tuhan Tak Perlu Dibela<br />
Saat kebanyakan orang saling menunjukkan<br />
diri sebagai ‘pihak yang paling garang’ dan<br />
‘paling ngotot’ mengatakan diri mereka<br />
adalah sedang dalam perlawanan membela<br />
agama Tuhan. Jelas ini adalah sikap yang<br />
lagi-lagi gegabah.<br />
45<br />
“Tuhan nggak perlu dibela,” jawaban Gus<br />
Dur kala itu. Karuan saja omongan itu juga<br />
menimbulkan kontroversi. Hingga akhirnya<br />
teman Gus Dur, KH Mustafa Bisri pun ikut<br />
angkat bicara.<br />
“Tuhan itu sebenarnya nggak butuh kita.<br />
Kalau se-Indonesia ini mau jadi kafir semua,<br />
Tuhan juga nggak akan bermasalah,”<br />
sambung Gus Mus menguatkan pernyataan<br />
Gus Dur<br />
39. Maju Aja Dituntun,<br />
Apalagi Mundur<br />
Dur dalam berbagai kesempatan selalu<br />
berkata jujur. Akibat kejujurannya itu,<br />
kadang kala disertai humor “tingkat tinggi”<br />
yang membuat para pendengarnya tergelak.<br />
Salah satu contohnya kala Gus Dur<br />
menanggapi berbagai desakan agar dirinya<br />
mundur. Tanpa basa-basi dia pun<br />
menimpali.<br />
“Maju aja masih harus dituntun, apalagi<br />
mundur,” ujar Gus Dur<br />
40. Presiden Wisatawan<br />
46<br />
Teladan yang diberikan Gus Dur sangat<br />
banyak. Misalnya saja saat memberikan<br />
pidato di Jerman yang ikut serta mantan<br />
Presiden Indonesia BJ Habibie. Di situ Gus<br />
Dur runtut menyebutkan status<br />
kepresidenan dari masa Pak Karno sampai<br />
dirinya.<br />
“Pak Karno itu presiden yang negarawan,<br />
Pak Harto hartawan, Pak Habibie, sedang<br />
saya sendiri Wisatawan,” ujar Gus Dur jujur.<br />
Pernyataan Gus Dur itu mungkin untuk<br />
menanggapi berbagai pernyataan bahwa<br />
selama dia menjabat presiden gemar<br />
melancong/kunjungan ke luar negeri<br />
41. Pikiran Porno<br />
Dalam suatu kesempatan Gus Dur<br />
mengeluarkan sebuah pernyataan yang<br />
sebenarnya tidak dimaksudkan untuk<br />
menghina. Namun dengan itu bagian dari<br />
upaya Gus Dur menyampaikan joke.<br />
“Alquran itu kita suci yang paling p o r n o.<br />
Ya kan bener, di dalamnya ada kalimat<br />
menyusui. Berarti mengeluarkan tetek. Ya<br />
udah, cabul kan?”<br />
47<br />
Mungkin dengan hanya kalimat guyonan itu<br />
sebagian masih ada yang merasa<br />
diresahkan. Masa sih ulama yang terkenal<br />
wali kaya gitu? Maka, di lain waktu Gus Dur<br />
mengulangi penjelasannya dengan memilih<br />
bahasa yang lebih sopan.<br />
“Maksudnya, itu ayat jadi por no kalau yang<br />
baca lagi punya pikiran yang ngeres. Kalau<br />
nggak, ya udah. Berarti beres.”<br />
Masih nggak puas. Karenanya pertanyaan<br />
berikutnya segera menyusul. “Tapi Gus,<br />
Alquran kan bahasanya sopan?”<br />
“Betul, juga bahasa di luar Alquran banyak<br />
yang sopan. Tapi, waktu teman saya naik<br />
bus, lihat orang lagi bunting. Terus dia<br />
mbatin kenapa bisa bunting? Mendadak<br />
‘barangnya’ (alat kelaminnya) berdiri garagara<br />
pikirannya itu,” jawab Gus Dur.<br />
Ya, begitulah Gus Dur<br />
42. Olimpiade<br />
Hampir tak ada negara yang rela ketinggalan<br />
mengikuti Olimpiade . Acara empat tahunan<br />
itu merupakan salah satu cara promosi<br />
negara masing-masing. Dan tentu saja ,<br />
peristiwa ini juga sangat bergengsi karena<br />
48<br />
acara ini diliput oleh semua media massa<br />
negara peserta. Wajarlah kalau setiap<br />
negara berusaha mengirimkan atlet<br />
terbaiknya, dengan harapan mereka bisa<br />
mendapatkan emas. Begitulah sambutan<br />
Gus Dur saat melepas tim Indonesia ke<br />
Olimpiade Sidney yang baru lalu.<br />
Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa<br />
yang pernah terjadi di Suriah. Pada waktu<br />
Olimpiade beberapa tahun yang lalu,<br />
tuturnya, kebetulan pelari asal Suriah<br />
merebut medali emas. Sang pelari mampu<br />
memecahkan rekor tercepat dari pemenang<br />
sebelumnya, bahkan selisih waktunya pun<br />
terpaut jauh.<br />
Maka, dia langsung dikerubuti wartawan<br />
karena punya nilai berita yang sangat tinggi.<br />
“Apa sih rahasia kemenangan anda?” tanya<br />
wartawan.<br />
“Mudah saja,” jawab si pelari Suriah, enteng,<br />
“Tiap kali bersiap-siap akan start, saya<br />
membayangkan ada serdadu Israel di<br />
belakang saya yang mau menembak saya.”<br />
Ini cerita Gus Dur tentang situasi Rusia,<br />
tidak lama setelah bubarnya Uni Soviet.<br />
Sosialisme hancur, dan para birokrat tidak<br />
49<br />
punya pengalaman mengelola sistem<br />
ekonomi pasar bebas. Di masa sosialisme,<br />
memang rakyat sering antre untuk<br />
mendapatkan macam-macam kebutuhan<br />
pokok, tapi manajemennya rapi, sehingga<br />
semua orang kebagian jatah. Sekarang,<br />
masyarakat tetap harus antre, tapi karena<br />
manejemennya jelek, antrean umumnya<br />
sangat panjang, dan banyak orang yang<br />
tidak kebagian jatah.<br />
Begitulah, seorang aktivis sosial berkeliling<br />
kota Moskow untuk mengamati bagaimana<br />
sistem baru itu bekerja. Di sebuah antrean<br />
roti, setelah melihat banyaknya orang yang<br />
tidak kebagian, aktivis itu menulis di buku<br />
catatannya, “roti habis.”<br />
Lalu dia pergi ke antrean bahan bakar. Lebih<br />
banyak lagi yang tak kebagian. Dan dia<br />
mencatat “bahan bakar habis!”, kemudian<br />
dia menuju ke antrean sabun. Wah<br />
pemerintah kapitalis baru ini betul-betul<br />
brengsek, banyak sekali masyarakat yang<br />
tidak mendapat jatah sabun. Dia menulis<br />
besar-besar “SABUN HABIS!”.<br />
Tanpa dia sadari, dia diikuti oleh seorang<br />
intel KGB. Ketika dia akan meninggalkan<br />
antrean sabun itu, si intel menegur “Hey<br />
50<br />
bung! dari tadi kamu sibuk mencatat-catat<br />
terus, apa sih yang kamu catat?”.<br />
Sang aktivis menceritakan bahwa dia sedang<br />
melakukan penelitian tentang kemampuan<br />
pemerintah dalam mendistribusikan barang<br />
bagi rakyat .<br />
“Untung kamu ya, sekarang sudah jaman<br />
reformasi”, ujar sang intel, “Kalau dulu,<br />
kamu sudah ditembak”.<br />
Sambil melangkah pergi, aktivis itu<br />
mencatat, “Peluru juga habis!<br />
43. Salad<br />
Gus Dur nggak mati akal kalau urusan<br />
melucu. Bahkan, guyonan Gus Dur pun juga<br />
diucapkan dalam bahasa asing. Suatu ketika<br />
Gus Dur bercerita tentang ada seorang<br />
pejabat negara ini yang diundang ke luar<br />
negeri.<br />
Dia lalu mengisahkan seorang istri pejabat<br />
Indonesia yang dijamu makan malam dalam<br />
sebuah kunjungan ke luar negeri.<br />
51<br />
Dalam kesempatan itu, kata Gus Dur, si<br />
nyonya pejabat ditawarkan makanan<br />
pembuka oleh seorang pramusaji, “you like<br />
salad, madame?”<br />
“Oh sure, I like Salat five time a day.<br />
Shubuh, Dzuhur, Asyar, Maghrib and Isya,”<br />
jawab si Nyonya percaya diri.<br />
44. Membayangkan Serdadu<br />
Israel<br />
Hampir tak ada negara yang rela ketinggalan<br />
mengikuti olimpiade. Acara empat tahunan<br />
itu merupakan salah satu cara promosi<br />
negara masing-masing. Dan tentu saja,<br />
peristiwa ini juga sangat bergengsi karena<br />
acara ini diliput oleh media massa semua<br />
negara peserta.<br />
Wajarlah kalau setiap negara berusaha<br />
mengirimkan atlet terbaiknya, dengan<br />
harapan mereka bisa mendapat medali<br />
emas. Begitulah sambutan Presiden Gus Dur<br />
saat melepas tim Indonesia ke Olimpiade<br />
Sydney kala itu.<br />
Gus Dur lalu bercerita tentang peristiwa<br />
yang pernah terjadi di Suriah. Pada waktu<br />
Olimpiade beberapa tahun lalu, tuturnya,<br />
kebertulan pelari asal Suriah memeperoleh<br />
52<br />
medali emas. Sang pelari mampu<br />
memecahkan rekor tercepat dari pemenang<br />
sebelumnya. Bahkan selisih waktunya pun<br />
terpaut jauh.<br />
Maka, ia langsung dikerubuti para wartawan<br />
karena punya nilai berita yang sangat tinggi.<br />
“Apa sih rahasia kemenangan Anda? tanya<br />
wartawan.<br />
“Mudah saja” jawab si pelari Suriah, enteng.<br />
“Tiap kali bersiap-siap akan mulai, saya<br />
membayangkan ada serdadu Israel di<br />
belakang saya yang akan menembak saya.”<br />
45. Gus Dur Ngelu<br />
“Saya mau bertanya sama Pak Permadi dan<br />
para hadirin.” kata Sutradara Film Garin<br />
Nugroho dalam wayangan. Biasanya, tokohtokoh<br />
baik itu kalau situasinya susah pada<br />
berubah semua. Petruk misalnya, ketika mau<br />
jadi raja tiba-tiba berubah wataknya.<br />
Permadi yang ditanya Gus Dur yang<br />
mnejawab. Ia membenarkan bahwa watak<br />
Petruk berubah ketika ia mau menjadi raja.<br />
“Makanya, kalau mencari pemimpin mestinya<br />
yang tak gampang berubah,” tambah Gus<br />
Dur.<br />
53<br />
“Kalau menurut Pak Permadi, Gus Dur itu<br />
berubah tidak? celetuk seorang hadirin.<br />
“Ya, agak berubah,” jawab Permadi.<br />
“Misalnya dalam hal apa?”<br />
“Misalnya, kalau dulu Gus Dur itu masih suka<br />
kumpul-kumpul dengan saya, sekarang<br />
hampir tidak pernah lagi.”<br />
“Kalau itu sih sebabnya sederhana,” sahut<br />
Gus Dur.<br />
“Sederhana bagaimana Gus?” kejar hadirin.<br />
“Ngelu (pusing).”<br />
46. Anggur Mukti Ali<br />
Pada kunjungan keliling Eropa bulan<br />
Februari 2000, Gus Dur ketemu para kepala<br />
negara/pemerintahan. Dia antara lain<br />
ketemu Presiden Perancis Jacques Chirac.<br />
Untuk mencairkan suasana, seperti biasa,<br />
dia memasang jurus ampuhnya: humor. Dan<br />
tentu saja guyonan yang dipilihnya adalah<br />
sedikit banyak ada sangkutannya dengan<br />
tuan rumah.<br />
Menurut Gus Dur, pada tahun 1970-an di<br />
Indonesia mulai diupayakan dialog<br />
antaragama. Penggagasnya adalah Prof<br />
Mukti Ali, waktu itu menteri agama.<br />
54<br />
“Saya sangat setuju dengan prinsipnya, tapi<br />
tidak setuju dengan contoh yang diberikan<br />
Mukti Ali,” ujar Gus Dur.<br />
“Mengapa?” tanya Presiden Chirac, mulai<br />
heran.<br />
“Menurut Mukti Ali, semua agama itu sama<br />
saja; sama bagusnya, sama luhurnya. Ini<br />
saya setuju. Tapi dia memberi contoh<br />
dengan menyebut anggur. Ini saya tidak<br />
setuju. Sebabm, kata Mukti Ali, agamaagama<br />
itu seperti anggur. Bisa dimasukkan<br />
ke gelas yang pendek, yang lonjong, yang<br />
bulat dan sebagainya, tapi isinya sama saja;<br />
anggur.”<br />
“Lho, mengapa Anda tidak setuju?” tanya<br />
Chirac, belum paham juga.<br />
“Sebab anggur itu macam-macam,<br />
wadahnya juga macam-macam. Tidak bisa<br />
sembarangan.”<br />
“Ya, betul, betul,” kata Chirac sambil<br />
tertawa. “Saya tahu benar tentang hal itu<br />
sebab saya orang Prancis.”<br />
47. Kayak Digigit Semut<br />
Ketika menunggu giliran di ruang tungngu<br />
pasien, seorang pria remaja berumur 13<br />
55<br />
tahun bertanya kepada bapaknya, “Paka!<br />
kalau kita disuntik itu, sakit ya, Pak?”<br />
“Oh, tentu saja tidak Nak! Kalau kita disuntik<br />
itu, rasanya seperti digigit semut!”<br />
Beberapa saat kemudian, tibalah saatny si<br />
anak remaja ini masuk ke kamar periksa<br />
tanpa mau diantar bapaknya setelah ia<br />
mengetahui kalau disuntik itu rasanya<br />
seperti digigit semut.<br />
Lima menit kemudian, si Bapak yang<br />
menunggu di ruang tunggu pasien ini<br />
terkejut mendengar jeritan sang dokter yang<br />
kemudian disusul jeritan anaknya. Setelah<br />
pintu kamar periksa dibuka, dilihatnya<br />
anaknya yang berjalan pincang dengan<br />
pahanya yang biru bengkak, dan mata sang<br />
dokter pun juga membengkak.<br />
“Lho! Anak saya ini kenapa, Dok? Kok,<br />
jalannya pincang begini?” tanya si Ayah<br />
kepada sang dokter.<br />
“Begini, Pak,” papar sang dokter, “Ketika<br />
anak bapak ini mau saya suntik, tiba-tiba dia<br />
meronta-ronta kemudian mata saya dipukul<br />
oleh dia, dan …”<br />
56<br />
“Bapak bohong!!!” protes anak remaja itu<br />
kepada bapaknya, “Bapak bilang kalau<br />
disuntik itu rasanya seperti digigit semut,<br />
ternyata, seperti digigit buaya! Buktinya,<br />
lihat ini! bekas gigitannya!”<br />
48. Siapa Lebih dekat dengan<br />
Tuhan<br />
Perbedaan dalam berbagai hal termasuk<br />
aliran dan agama, kata mantan Presiden RI<br />
ini, sebaiknya diterima karena itu bukan<br />
sesuatu masalah.<br />
Jika sudah bisa menerima perbedaan maka<br />
akan lebih terbuka dalam berdialog, bahkan<br />
kata Gus Dur, lahir lelucon seperti yang<br />
dilontarkan seorang kyai, bhiksu, dan<br />
pendeta.<br />
“Pendeta mengatakan; Kami dekat sekali<br />
dengan Tuhan. Jadi kami memangil Tuhan<br />
Anak, Tuhan Bapak. Si bhiksu menimpali;<br />
Kami juga dekat. Bukan manggil Bapak, tapi<br />
Om. Lha bagaimana dengan Anda, pak kyai?<br />
Pak Kyai menjawab; Boro-boro deket,<br />
manggil-nya aja mesti pake menara,” urai<br />
Gus Dur diiringi tawa seisi ruangan.<br />
57<br />
“Saya tadi kan tak bilang dia korupsi, saya<br />
hanya bilang teroris,” jawabnya enteng.<br />
58<br />
Ucapan Terima kasih<br />
pada sumber-sumber<br />
tulisan yakni:<br />
holistikasaya.wordpress.com<br />
okezone.com<br />
gusdur.net<br />
marhendraputra.co.cc<br />
fotounik.net</div>Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-31704768754434711062012-04-28T20:37:00.001-07:002012-04-28T20:37:48.462-07:00Puisi Perpisahan Sekolah IPuisi Perpisahan Sekolah I
Ingat bagaimana aku melangkah pergi,
Pada kaki kecil, hari sekolah pertama ku?
Dengan tangan mungil aku melambaikan tangan,
Dan aku melihat air mata di sudut mata Anda.
Tapi kau berani dan begitu juga aku
Kami berdua berusaha keras untuk tidak menangis.
kaki kecilku membawaku ke sekolah.
Aku ingat Anda berkata, “Sekarang taat aturan setiap saat!”
tangan-tangan kecil saya membuka pintu sekolah
Di mana-mana Aku melihat, ada anak-anak berlimpah.
Aku pergi ke lorong ke merah besar “K”.
Ada Mrs.Laura untuk menunjukkan jalan.
Kami membuat keluarga besar, bersama Mrs.Laura
Dengan keluarga ini besar, kami harus saling membantu.
Saya sudah berusaha keras untuk mendengarkan sepanjang tahun.
Jadi ketika saya di kelas pertama, saya akan tidak perlu takut.
Otot-otot di tangan saya sekarang jauh lebih kuat.
Dan bahkan kaki saya terlihat jauh lebih lama.
Pada hari terakhir sekolah, seperti yang kita semua selamat tinggal gelombang,
Apakah Anda s’pose Mrs.Laura akan memiliki air mata di matanya?
Ini benar-benar telah menjadi tahun ajaran bahagia.
Dan jika bukan karena Anda, Mom dan Dad,
Saya tidak akan ada di sini!
Good bye my mom & Dad…Love you All
Puisi Perpisahan Sekolah II
Setiap pagi hingga siang hari
'Ku habiskan waktu mudaku di sekolah ini
Belajar huruf dan angak penuh arti
Matematika, Kimia, Fisika, hingga Biologi
Ekonomi, Geografi, Antropologi, hingga Sosiologi
Sesaat setelah ini
'Tak 'kan 'ku temui lagi sosok tegas penuh wibawa
Guru-guruku yang tanpa lelah menanggung beban masa depan kita
Sosok pahlawan, dengan semangat perjuangan '45 mencoba membagikan ilmunya
Sosok motivator, yang setiap saat seolah berpetuah "Terus semangat dan gapai cita-cita"
Sesaat setelah ini
'Tak 'kan 'ku temui lagi sosok riang penuh canda
Sahabat-sahabatku tercinta
'Tak 'kan 'ku temui lagi sosok sopan penuh iba
Penjaga gerbang, petugas kebersihan, hingga ibu kantin kafetaria
Perpisahan ini sangat berat 'ku ungkapkan
Kelu sudah bibir ini terucapkan
Namun, jangan pernah menangis
Hingga hatiku terasa teriris
Karena suatu saat nanti
Kita pasti bertemu kembali
Selamat jalan,
Rambu lalu lintas kehidupan masih panjang 'tuk kita lewati
Tetap semangat, kuat, dan genggam erat
Menuntut ilmu dengan giat
Harumkan nama bangsa dan negara suatu saat...Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-25558208315877446702012-04-28T19:40:00.001-07:002012-04-28T19:40:12.463-07:00AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN HADISTSenin, 08 Februari 2010
AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN HADIST
BAB 1 : PENDAHULUAN
Globalisasi menyisakan dampak-dampak negatif bagi perkembangan etika moral masyarakat kita. Pengaruh arus informasi yang deras tanpa batas dan mudah di akses baik melalui internet , handphone, dan media lainnya, telah menjadikan anak-anak kita tumbuh dengan tidak sesuai fitrahnya.
Di Negara-negara Islam gelombang dekadensi moral semakin meningkat. Gelobang yang berasal dari barat tersebut sama sekali tidak mengindahkan urgensi agama dalam menjaga moral. Dalam pandangan barat semua hal yang berhubungan dengan keyakinan tidaklah relevan dengan kehidupan, apalagi dalam hal penyembahan Tuhan.[1] Ironisnya budaya barat yang sudah mengalami kerusakan moral ini tersebar dengan mudah , baik melalui media cetak maupun elektronik. Akibatnya, budaya lokal masyarakat muslim terkontaminasi dengan budaya barat, dan pada akhirnya budaya lokal mengalami kegoncangan dan semakin dekat dengan gaya hidup barat.
Indonesia Negeri kita tercinta adalah salah satu korban dari dekadensi moral tersebut. Hal itu tergambar dengan jelas betapa merosotnya akhlak sebagian umat Islam Indonesia saat ini terutama di kalangan remaja. Gaya hidup hedonis, seks bebas dan pengunaan obat-obatan penenang sudah menjadi tontonan biasa dikalangan masyarakat. Sementara pembendungannya masih sangat lemah dan dengan konsep yang tidak jelas. Padahal kejayaan suatu bangsa itu ditentukan oleh moralnya, sebagaimana sya'ir berikut ini :
وإنما الأمم الأخلاق ما بقيت * فإن هم ذهبت أخلاقهم ذهبوا
Sesunggunya umat suatu bangsa itu ditentukan oleh akhlaknya, jika akhlak telah hilang dari mereka maka hilang pula kejayaanya.[2]
Maka dari itulah diperlukan kajian khusus mengenai akhlak ini yang sesuai dengan Al-Qur'an dan Assunnah, karena dengan akhlak mulia, seorang muslim akan meraih kesempurnaan dalam imannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”[3]
Adapun judul makalah ini adalah : " AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN HADIST " . Makalah ini merupakan studi kepustakaan ( Library research ) dengan pendekatan tafsir maudhu'i yang memfokuskan pada kajian akhlak menurut pandangan Al-Qur'an dan Al-Hadist, bukan dari sudut pandang filsafat barat.
Sumber primer kajian ini adalah Al-Qur'an dan Al-Hadist, dan sumber skunder mencakup kitab-kitab akhlak yang ditulis ulama' salaf, seperti ihya' ulum addin, tahdzib al-akhlak, kitab al-adab yang tercantum di kutub as-sunan dan lain-lain.
BAB 11 : PENGERTIAN AKHLAK SECARA BAHASA DAN ISTILAH
Pengertian Akhlak menurut bahasa
Secara bahasa ( etimologi ) Kata akhlak (الأخلاق ) merupakan jama' dari khuluq (خُلُق ) yang masing-masing berakar dari kata khalaqa ( خَلَقَ ) yang secara bahasa memiliki arti sebagai berikut :
1. menaqdirkan, menciptakan[4] (التقدير والإبداع), sebagaimana firman Allah : خَلَقَ الله السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ (العنكبوت : 44)Dialah ( Allah ) yang menciptakan langit dan bumi .[5]
1. Tabiat kepribadian[6] ( السجية والطبيعة )
2. Harga diri [7](مُرُوءة )
3. kebaikan ( البر )[8]
4. Agama[9] ( الدين )
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kata khalaqa ( خَلَقَ ) lebih cenderung pada bentuk lahirnya, sedangkan kata khuluq (خُلُق ) lebih cenderung pada bentuk batinnya. Sehingga ada ungkapan : فلان حسن الخلق والخلق ( sifulan baik lahirnya dan batinnya ). Hal itu sebagaimana disinyalir oleh Ar-raghib al-asfihani .[10]Sebagaimana tercakup dalam salah satu do'a Rasullah saw adalah : " Ya Allah, jadikanlah pada akhlakku mulia seperti Engkau menjadikan jasadku baik.[11] Hal itu karena manusia tersusun dari fisik lahir yang bisa dilihat dengan mata kepala, dan ruh yang dapat ditangkap dengan mata batin.[12] Dari dua unsur ini tidak bisa dipisah-pisahkan, karena keduanya saling terkait antara yang satu dengan lainnya. Jika baik maka memang keluar dari akhlaq yang baik, dan ada pula yang buruk jika keluar dari akhlaq yang buruk.[13] Miqdad yalijin menambahkan, akhlak terbentuk dari dua sisi yaitu nafsi ( dorongan jiwa ) dan suluki ( perilaku kebiasaan ) yang keduanya harus berjalan secara bersamaan.[14]
Adapun kata akhlak kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia identik dengan kata moral , Dalam kamus besar bahasa Indonesia, moral diartikan sebagai keadaan baik dan buruk yang diterima secara umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, budi pekerti dan susila. Moral juga berarti kondisi mental yang terungkap dalam bentuk perbuatan. Selain itu moral berarti sebagai ajaran Kesusilaan.[15] Kata moral sendiri berasal dari bahasa Latin “mores” yang berarti tata cara dalam kehidupan, adat istiadat dan kebiasaan.[16]
Pengertian Akhlak secara Istilah
1. Imam Ghazali dalam kitab ulumuddin, akhlak adalah suatu gejala kejiwaan yang sudah mapan dan menetap dalam jiwa, yang dari padanya timbul dan terungkap perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan pikiran terlebih dahulu.[17]
2. Abu Usman al-Jahidz dalam kitab Tahdhib Al-Ahlak, akhlak adalah suatu gejala jiwa yang dengannya manusia berperilaku tanpa berfikir dan memilih, terkadang perilku ini terjadi secara spontanitas karena insting dan tabiat, dan terkadang pula membutuhkan sebuah latihan.[18]
3. Ibnu Maskawaih dalam kitab tahzibul akhlaq watathirul araq, mendifinisikan bahwa akhlaq itu sebagai sikap jiwa seserorang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran.[19]
4. Prof. Ahmad Amin dalam kitab Al-Akhlak mendifinisikan, akhlaq adalah adatul iradah (kehendak yang dibiasakan) lalu menjadi kelaziman (kebiasaan).[20]
5. Ibrahim Anis dalam kitab Al-Mu'jam Al-Wasith mengatakan, Akhlak adalah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.[21]
6. Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani dalam kitab Tajjul ‘Arusy, Hakikatnya (akhlak) adalah gambaran batin manusia, yakni jiwanya, sifat-sifatnya, dan makna-maknanya yang spesifik, yang dengannya terlihat kedudukan makhluk, lantaran gambarannya secara zahir, baik sifat-sifatnya dan makna-maknanya, dan keduanya memeliki sifat yang baik atau buruk, mendapat pahala dan sanksi, yang kaitan keduanya dengan sifat-sifat yang tergambar secara batin adalah lebih banyak, dibanding apa-apa yang yang terkait dengan gambaran zahirnya.[22]
7. Al-Jurjani dalam kitab Al-Ta'rifat, Akhlak merupakan keadaan jiwa yang mendalam ( rasyikhah ) yang melahirkan perilaku dengan mudah tanpa harus berfikir panjang, jika perilaku itu baik maka disebut khuluqan hasanan dan sebaliknya jika buruk maka disebut khuluqan sayyi'an.[23]
8. Ibn A'syur dalam kitab Tafsir al-Tahrir wa At-Tanwir, Akhlak adalah tabi'at jiwa yang akan memunculkan perilaku yang baik jika tidak dipengaruhi hal-hal yang mengiringinya, akhlak akan selalu tertanam pada jiwa, dan akan melahirkan perbuatan yang bisa dilihat dari tutur katanya, raut wajahnya, ketegarannya, kebijakannya, gerak diamnya, pola makan minumnya, sikap terhadap keluarganya dan seterusnya.[24]
Dari pengertian-pengertian Akhlak yang berbeda-beda tersebut di atas, dapatlah penulis menyimpulkan, sebagaimana yang disimpulkan oleh Abdurrahman Hasan Al-Medani, bahwa akhlak adalah sebuah sifat yang tertanam dalam jiwa ( Al-Shifah Al-Nafsiyyah ) seseorang baik secara fitrah atau usaha ( fitriyah/muktasabah ) yang melahirkan kehendak kebiasaan, baik yang terpuji maupun yang tercela.[25] Hal itu berbeda dengan " Suluk " ( Behavior ) karena ia merupakan perilaku yang tanpak secara dhahir saja dan tidak secara batin.
Adapun skemanya sebagai berikut :
JIWA
FIKIRAN
TINDAKAN
HATI
KEBIASAAN
PERJALANAN HIDUP
AKHLAK
BAB 111 : FAKTOR PENDORONG AKHLAK
1. Akal
Akal secara bahasa dari mashdar Ya’qilu, ‘Aqala, ‘Aqlaa, jika dia menahan dan memegang erat apa yang dia ketahui.[26] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
" Kata akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan dari kata melepas, membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak untuk jisim yang nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin, maka akal adalah menahan dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah maka lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu" .[27]
Akal bisa juga disebut Hijr yang memiliki makna pembatas yang membatasi seseorang terjatuh kejurang kemungkaran. Menurut Ibn Kastir kamar rumah dalam bahasa arab disebut Hijr, karena membatasi aib dari penglihatan. [28] Diantaranya firman Allah :
هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ
Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal. [29]
Ibn Kastir berkata :
أي: لذي عقل ولب ودين وإنما سمي العقل حجْرًا لأنه يمنع الإنسان من تعاطي ما لا يليق به من الأفعال والأقوال
" Maksud dari kata " Hijr " adalah orang yang memiliki akal, nurani, agama, sesungguhnya akal disebut "hijr" karena akal mencegah manusia dari perbuatan yang tidak layak, baik dari tindakan maupun ucapan " .[30]
Imam Al-Mawardi memberi perhatian khusus tentang pentingnya peran akal ini, sehingga beliau meletakkan bab tentang keutamaan akal pada bab pertama dalam kitabnya Adab Al-Dunya wa Al-Din, beliau menegaskan :
اعْلَمْ أَنَّ لِكُلِّ فَضِيلَةٍ أُسًّا وَلِكُلِّ أَدَبٍ يَنْبُوعًا ، وَأُسُّ الْفَضَائِلِ وَيَنْبُوعُ الْآدَابِ هُوَ الْعَقْلُ
" Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap keutamaan memiliki inti dan setiap adab memiliki sumber, dan inti keutamaan dan sumber adab adalah akal …"[31]
Sementara itu, Hujjatul Islam Imam al Ghazali, mengakui bahwa akal merupakan faktor pendorong akhlak menuju kebaikan , beliau berkata :
وإنما الأخلاق الجميلة يراد بها العلم والعقل والعفة والشجاعة والتقوى والكرم وسائر خلال الخير، وشيء من هذه الصفات لا يدرك بالحواس الخمس بل يدرك بنور البصيرة الباطنة
“Sesungguhnya, yang dimaksudkan dengan akhlak yang indah adalah ilmu, akal, ‘iffah (rasa malu berbuat dosa), keberanian, taqwa, kemuliaan, dan semua perkara yang baik, dan semua sifat-sifat ini tidak hanya ditampilkan oleh panca indera yang lima, tetapi juga oleh cahaya mata hati dan batin.”[32]
2. Hawa nafsu
Hawa nafsu mengandung pengertian kecondongan jiwa yang mendorong manusia untuk berakhlak menyimpang, baik yang berupa syahwat maupun syubhat, sebagaimana yang ditegaskan Imam Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi dalam Syarh Aqidah Thahawiyah.[33]. hal itu sebagaimana firman Allah :
وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
''Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, niscaya ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.'' [34]
Ayat di atas mengandung perintah kepada kita untuk mengekang hawa nafsu. Karena nafsu adalah pendorong utama menuju kesesatan.
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
Dan adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga itulah tempat tinggalnya.''[35]
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuannya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan penutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pengajaran).[36]
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru tuhanNYA pada pagi dan petang dengan mengharap keredhaannya dan jangan kedua matamu berpaling dari mereka kerana mengharapkan perhiasan kehidupan duniawi. Jangan sesekali mentaati orang-orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami serta menurut hawa nafsunya dan ia keadaannya ia sudah terlalu melampaui batas.[37]
.
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ [حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]
Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin ‘Ash radhiallahuanhuma dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa “ Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab Al Hujjah dengan sanad yang shahih.[38]
BAB 1V : AKHLAK ANTARA SIFAT ALAMI DAN USAHA
Akhlaq ada yang merupakan tabiat atau ketetapan asli ( al maurus/al jibiliyyah/thabi'ah ) , ada juga yang bisa diupayakan dengan jalan berusaha ( al muktasabah ). Hal itu sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepada Asyajj 'Abdul Qais:
إن فيك لخلقين يحبهما الله : الحلم والأناة ، يا رسول الله , أهما خلقان تخلقت بهما , أم جبلني الله عليهما ، قال : بل جبلك الله عليهما ، قال : الحمد لله الذي جبلني على خلقين يحبهما ورسوله
"Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allah sukai;sifat santun dan tidak tergesa-gesa"Ia berkata: ”Wahai Rasulullah, Apakah kedua akhlaq tersebut merupakanhasil usahaku, atau Allah-kah yang telah menetapkan keduanyapadaku?”Beliau menjawab: "Allahlah yang telah mengaruniakan keduanya padamu".Kemudian ia berkata:”Segala puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlaq yangdicintai oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya”.[39]
Ibn Qoyyim dalam kitab Madarijussalikin berkata :
فدل على أن من الخلق ما هو طبيعة وجبلَّة وما هو مكتسب
Hadist ini menunjukkan bahwa sesungguhnya diantara akhlak ada yang tabi'at atau sifat alami dan ada pula sifat yang diusahakan.[40]
Senada dengan Ibn Qoyyim, Muhammad bin Sholeh Ustaimin menambahkan bahwa dari hadist ini menunjukan bahwa akhlaq mulia bisa berupa perilaku alami (yakni karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya-pent) dan juga dapat berupa sifat yang dapat diusahakan atau diupayakan. Akan tetapi, tidakdiragukan lagi bahwa sifat yang alami tentu lebih baik dari sifat yang diusahakan. Karena akhlaq yang baik jika bersifat alamiakan menjadi perangai dan kebiasaan bagi seseorang. Ia tidak membutuhkan sikap berlebih - lebihan dalam membiasakannya. Juga tidak membutuhkan tenaga dan kesulitan dalammenghadirkannya. Akan tetapi, ini adalah karunia dari AllahSubhanahu wa Ta’ala yang Ia diberikan kepada seorang hambayang dikehendaki oleh-Nya.[41]
Adapun yang terhalang dari tabiat alami, maka sangat mungkin baginya untuk memperolehnya dengan jalan berusaha dan berupaya untuk membiasakannya, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa diantara salah satu tujuan dari diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: sebagaimana tercantum dalam sabdanya :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”[42]
Hadist ini menunjukkan usaha Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk merubah akhlak yang buruk menuju akhlak yang mulia, hal itu juga dikuatkan oleh firman Allah :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,[43]
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّ نَاسًا مِنْ الأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُم، ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ، ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ، حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ: (مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ،وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Dari Abi Sa'id Al-Khudri, berkata : Sesungguhnya sekelompok orang dari sahabat anshar meminta sesuatu dari rasulallah saw, kemudin beliau memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan Rasullah saw memberinya lagi, sehingga semua habis . maka Rasulallah bersabda : apa saja yang aku miliki dari kebaikan maka aku tidak pernah menyimpannya dari kalian, barang siapa menjaga sifat iffah maka Allah akan memberikannya, dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah mencukupinya, barangsiapa mencoba untuk sabar maka Allah akan menyabarkannya, dan tidaklah seseorang diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.[44]
Ibn Qoyyim mengomentari hadis ini, dan berkata :
فإن قلت: هل يمكن أن يقع الخُلق كسبيا أو هو أمر خارج عن الكسب؟ قلت: يمكن أن يقع كسبيا بالتخلق والتكلُّف حتى يصير له سجيةً وملكة
Jika kamu bertanya , apakah mungkin akhlak bisa diusahakan ataukah dia tidak bisa diusahakan ?, maka aku jawab : ya mungkin , akhlak bisa diusahakan dan dipaksakan, sehingga menjadi sebuah karakter dan malakah.[45]
BAB V : URGENSI AKHLAK DALAM AL-QUR'AN DAN AL-HADIST
Akhlak sebagai misi Nabi Muhammad saw
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”[46]
Al-Fairuz Abadi berkata :
واعلم أن الدين كلّه خلق، فمن زاد عليك في الخلق زاد عليك في الدين
Ingatlah sesungguhnya agama adalah akhlak secara keseluruhan, barangsiapa yang menambah tasmu akhlak maka bertambah pula atasmu agama.[47]
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan seseungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti agung.[48]
Berkata Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah :
وإنك يا محمد لعلى أدب عظيم، وذلك أدب القرآن الذي أدّبه الله به، وهو الإسلام وشرائعه.
“Sesungguhnya engkau, wahai Muhammad, benar-benar di atas adab (etika) yang mulia, itulah adab Al Quran yang dengannya Allah telah mendidiknya, yakni (adab) Islam dan syariat-syariatnya.[49]
Ucapan Imam Ibnu Jarir ini merupakan rangkuman dari berbagai tafsir tentang makna ‘Khuluqun ‘Azhim’, yang dimaknai oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh Dhahak, dan Ibnu Zaid, di mana mereka mengartikannya dengan makna ‘agama mulia’, yakni Islam. Sedangkan ‘Athiyah memaknainya dengan ‘Adabul Qur’anetika al Quran)’[50]. Ibn Kastir dan Assyaukani menambahkan dengan makna ' tabi'at yang mulia ( al-tab'u al-karim ) serta adab yang agung ( al-adab al-adzim )'[51] . [52] Sementara itu, Aisyah Radhiallahu ‘Anha memaknai ayat ‘sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti agung’ adalah Al Quran. Sebagaimana riwayat berikut :
عن سعد بن هشام بن عامر ، في قول الله عز وجل ( وإنك لعلى خلق عظيم ) قال : سألت عائشة رضي الله عنها : يا أم المؤمنين ، أنبئيني عن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقالت : « أتقرأ القرآن ؟ » فقلت : نعم ، فقالت : « إن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم القرآن »
Dari Sa’ad bin Hisyam bin ‘Amir, tentang firmanNya ‘Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti agung’, dia berkata: ‘Aku bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Wahai Ummul Mu’minin, kabarkan kepada saya tentang akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Beliau menjawab: “Apakah engkau membaca Al Quran?” Aku menjawab: “Tentu.” Dia berkata: “Sesungguhnya Akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Al Quran.”[53]
Akhlak sebagai salah satu rukun dakwah para Rasul
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلاَتَتَّقُونَ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُونِ وَمَآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُون.
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka:”Mengapa kamu tidak bertaqwa?Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.Maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku".[54]
Akhlak sebagai barometer
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.[55]
إِنَّ اللَّهَ لا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk fisik kalian dan banyaknya harta kalian, akan tetapi Ia melihat pada pada hati dan Amal kalian.[56]
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاقً
Sesungguhnya sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik akhlaknya.[57]
Akhlak sebagai pilar kebaikan
عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Dari An Nawas bin Sam’an al Anshari, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang Al Birr (kebaikan) dan Dosa, beliau bersabda: Al Birr adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang membuat dadamu tidak nyaman, dan engkau membencinya jika manusia melihatnya.[58]
An Nawawi Rahimahullah mengomentari hadits ini
قَالَ الْعُلَمَاء : الْبِرّ يَكُون بِمَعْنَى الصِّلَة ، وَبِمَعْنَى اللُّطْف وَالْمَبَرَّة وَحُسْن الصُّحْبَة وَالْعِشْرَة، وَبِمَعْنَى الطَّاعَة ، وَهَذِهِ الْأُمُور هِيَ مَجَامِع الْخُلُق
“Berkata para ulama: Al Birr dimaknai dengan Ash Shilah (hubungan), dan bermakna kelembutan, kebaikan, persahabatan yang baik, dan pergaulan yang baik, dan juga bermakna ketaatan. Semuanya ini terhimpun pada kata Akhlak.[59]
As syaukani berkata :
البر اسم جامع للحير
Al-Birr adalah nama yang mencakup seluruh kebaian.[60]
Akhlak penyebab masuk Syurga
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang hal apa yang menyebabkan paling banyak manusia masuk ke surga, maka beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah, dan akhlaq yang baik " .[61]
Al Mubarkafuri berkata tentang makna husnul khuluq:
أَيْ مَعَ الْخَلْقِ ، وَأَدْنَاهُ تَرْكُ أَذَاهُمْ وَأَعْلَاهُ الْإِحْسَانُ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْهِ مِنْهُمْ
“Yaitu akhlak terhadap makhluk, dia mendekatkan diri dan menjauhkan dari sikap menyakiti mereka, dan lebih tinggi kebaikannya kepada siapa-siapa yang telah berbuat buruk kepadanya dari mereka.[62]
Sementara Imam At tirmidzi meriwayatkan dari Imam Abdullah bin Mubarak tentang makna Husnul Khuluq (akhlaq yang baik):
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ وَصَفَ حُسْنَ الْخُلُقِ فَقَالَ هُوَ بَسْطُ الْوَجْهِ وَبَذْلُ الْمَعْرُوفِ وَكَفُّ الْأَذَى
Dari Abdullah bin Mubarak, bahwa dia menyifati akhlak yang baik adalah wajah yang ceria, suka memberikan hal-hal yang baik, dan menahan tangannya dari menyakiti manusia .[63]
Akhlak sebagai pemberat timbangan amal
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُق
Dari Abu Darda, dia berkata: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atas timbangan lebih berat dibandingkan akhlak yang baik.”[64]
Imam Abu Thayyib Rahimahullah berkata tentang maksud hadits di atas
أَيْ مِنْ ثَوَابه وَصَحِيفَته أَوْ مِنْ عَيْنه الْمُجَسَّد
“Yaitu pahala akhlak yang baik, catatannya dan nilai akhlak baik itu sendiri. [65]
Akhlak sebagai Syafa'at
إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي فِي الآخِرَةِ مَحَاسِنُكُمْ أَخْلاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي فِي الآخِرَةِ مَسَاوِيكُمْ أَخْلاقًا
Sesungguhnya diantara kalian yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku besok di akhirat adalah yang terbaik akhlaknya, Sesungguhnya diantara kalian yang paling aku benci dan yang paling jauh denganku besok di akhirat adalah yang terburuk akhlaknya.[66]
BAB VI : RUANG LINGKUP AKHLAK
Sesuai dengan asal kata " Akhlak " yaitu masdar Khuluq, ini bisa dikembangkan menjadi isim fa'il yaitu Kholiq, maupun isim maf'ul yaitu " Makhluq ", berangkat dari sini maka ruang lingkup Akhlak terbagi menjadi dua yaitu Akhlak terhadap Kholiq dan Akhlak terhadap Makhluk. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Ibn Qoyyim[67] dan Ibn Rajab[68], Yang semua itu secara ringkas tercakup dengan utuh dalam kandungan hadist berikut ini :
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kamu kepada Alloh di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.”[69]
Ibn Rajab mensyarah hadist ini seraya berkata :
فهذه الوصية وصية عظيمة جامعة لحقوق الله وحقوق عباد.
" Ini adalah wasiat yang agung yang mencakup akhlak terhadap Allah dan Akhlak terhadap sesame manusia secara keseluruhan ".[70]
Ath Thayyibi berkata :
تَقْوَى اللَّهِ إِشَارَةٌ إِلَى حُسْنِ الْمُعَامَلَةِ مَعَ الْخَالِقِ بِأَنْ يَأْتِيَ جَمِيعَ مَا أَمَرَهُ بِهِ وَيَنْتَهِيَ عَنْ مَا نَهَى عَنْهُ وَحُسْنُ الْخَلْقِ إِشَارَةٌ إِلَى حُسْنِ الْمُعَامَلَةِ مَعَ الْخَلْقِ وَهَاتَانِ الْخَصْلَتَانِ مُوجِبَتَانِ لِدُخُولِ الْجَنَّةِ وَنَقِيضُهُمَا لِدُخُولِ النَّارِ فَأَوْقَعَ الْفَمَ وَالْفَرْجَ مُقَابِلًا لَهُمَا .
" Taqwa kepada Allah’ merupakan isyarat terhadap baiknya pergaulan dengan Sang Pencipta, yakni dengan cara menjalankan semua yang diperintahkanNya dan menjauhi dari dari apa-apa yang dilarangNya. “Akhlak yang baik’ merupakan isyarat terhadap baiknya pergaulan dengan sesama makhluk. Dua perangai ini akan mengantarkan kepada surga, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya akan masuk ke neraka. Apa yang biasa dilakukan Mulut dan kemaluan, merupakan lawan dari kedua perangai itu."[71]
Adapun perincian ruang lingkup akhlak sebagai berikut :
Akhlak terhadap kholik ( حق الله/ vertikal )
· MenjadikanNya satu-satunya ma’bud (sembahan) yang haq dan murni. (QS. 1: 5)(QS. 98:5)
· Taat kepadaNya secara mutlak. (QS. 4:65)
· Tidak menyekutukanNya dengan apa pun. (QS. 4: 116)
· MenjadikanNya sebagai tempat minta pertolongan. (QS. 1:5)
· Memberikan hak rububiyah, uluhiyah, asmaul husna dan sifatul ’ulya, hanya kepadaNya. (QS. 1;2), (QS. 114: 3)
· Tidak menyerupakanNya dengan apa pun (QS. 42: 11)
· Menetapkan apa-apa yang ditetapkanNya, mengingkari apa-apa yang diingkariNya, mengharamkan apa-apa yang diharamkanNya, dan menghalalkan apa-apa yang dihalalkanNya. (QS. 5: 48-49)
· MenjadikanNya sebagai satu-satunya pembuat syariat. (QS. 6: 57)
· Berserah diri kepadaNya (QS. 20:72)
Akhlak terhadap makhluk ( haq adami/horisontal )
A. Akhlak kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
· Mengakui dan mengimani bahwa Beliau adalah hamba Allah dan RasulNya. (QS. 18:110)
· Meyakini bahwa Beliau adalah Rasul dan NabiNya yang terakhir, dan risalahnya pun juga risalah terakhir. (QS. 30:40)
· Taat kepadanya secara mutlak. (QS. 4:65)
· Menjadikannya sebagai teladan yang baik dalam kehidupan, beragama, keluarga, sosial, dan lain-lain. (QS. 30:21)
· Meyakini bahwa syafa’at darinya hanya terjadi dengan idzin Allah ta’ala. (QS. 10:3), (QS. 20:109)
· Bershalawat padanya. (QS. 30:56)
· Menerima keputusannya secara lapang. (QS. 4: 59)
· Mencintai keluarganya (ahli baitnya). (HR. At tirmidzi, Juz.12, Hal. 260, No. 3722. Al Maktabah asy Syamilah)
· Mencintai para sahabatnya dan mengakui bahwa mereka adalah umat terbaik dan semuanya adil. (QS. 3: 110)
Mencintai yang dicintainya dan membenci yang dibencinya. (QS. Al-Hasr : 7 )
§ Memanggil Nabi dengan namanya ( QS. 24:63, 49:4, 49:5 )
§ Meninggikan suara melebihi suara Nabi ( QS. 49:1, 49:2, 49:3 )
§ Etika berbicara dengan Nabi ( QS. 2:104, 49:3, 49:4, 49:5 )
§ Memohon diri kepada Nabi saat meninggalkan majlisnya (QS. 24:62 )
§ Pembicaraan khusus dengan Nabi ( QS 58:12, 58:13 )
B. Akhlak Pribadi ( al-Khuluq al-fardi )
· Tidak menjerumuskan diri pada jurang kerusakan ( QS.Al-baqarah : 195 )
· Menjauhi dusta ( QS. Al-Hajj : 30, Al-Nahl: 105 )
· Menjauhi sifat kemunafikan ( QS. Al-Baqarah : 204-206 )
· Menyerasikan antara ucapan dan perbuatan ( QS. Al-Baqarah : 44 , As-Shaff : 2-3 )
· Menjauhi sifat kikir ( QS. Al-Hasr : 9, Al-Baqarah : 268, An-Nisa' : 37 )
· Menjauhi kemubadziran ( QS.AL-Isra' : 26-27 )
· Menjauhi riya' ( QS. An-Nisa : 38, Al-Ma'un : 3-7 )
· Menjauhi Sombong ( QS. Luqman : 18, Al-Isra : 37, An-Nahl : 23 )
C.Akhlak keluarga ( al-akhlak al-usariyah )
· Memuliakan orang tua ( QS. An-Nisa' : 36 , al-Isra' : 23-24, luqman : 14-15 )
· Menyayangi Anak dan mendidiknya ( QS. Al- An'am : 151, Attakwir : 8,9,14, al-tahrim : 6 )
· Hak dan kewajiban suami istri ( QS. An-nisa' : 22, 34, 19, 24 )
· Berbuat baik terhadap kerabat ( QS. Arrum :38, al-baqarah : 180, an-nisa' : 7 ,
D.Akhlak kemasyarakatan ( al-akhlaq al- ijtima'iyyah )
· sifat pemaaf terhadap sesame ( QS. As syura : 37 )
· Berlaku amanah dan menjauhi khianat ( QS.Al-Anfal : 27, annahl : 91 )
· Menjauhi kedzaliman ( QS. Thoha : 111, Assyura : 40, al-furqon : 19 )
· Menjauhi kesaksian palsu ( QS. Al-haj : 30 )
· Tidak menyembunyikan persaksian ( QS. Al-Baqarah : 283 )
· Menjaga lisan ( QS. Annisa' : 148-149 )
· Menyantuni anak yatim ( QS. Addhuha : 9-10 )
· Menjauhi ghosip ( QS. Al –Hujurat : 12 )
· Menepati janji ( QS. al-maidah : 1 , al-isra' : 34 )
· Etika berbicara ( QS. 31:19, 49:314:24, 14:25, 14:26, 24:26, 28:55, 39:18 )
· Menghormati dan meluaskan tempat kepada orang saat berkumpul ( QS . 58:11 : 58:8, 58:9 : 24:62 )
· Memberi salam ( QS. 15:52, 16:32, 19:15, 51:25 : 58:8 , 4:86, 51:25 )
· Menghormati dan melayani tamu ( Qs18:77, 51:26, 51:27 : 11:69, 24:61, 33:53, 51:26, 51:27 )
· Menghormati tetangga ( QS 4:36 , 4:36, 107:7 )
· Akhlak terhadap hamba sahaya ( QS. 4:36 , 4:36 , 4:36, 4:36 )
BAB VII : KESIMPULAN
Akhlak adalah sebuah sifat yang tertanam dalam jiwa ( Al-Shifah Al-Nafsiyyah ) seseorang baik secara fitrah atau usaha ( fitriyah/muktasabah ) yang melahirkan kehendak kebiasaan, baik yang terpuji maupun yang tercela.
Konsep Akhlak dalam Islam berbeda jauh dari konsep barat, Islam melihat akhlak dari dua sisi yang tidak bisa dipisahkan yaitu sisi lahir dan batin, sementara barat hanya melihat dari sisi lahirnya saja ( behavior ), hal itu karena barat melihatnya dari sudut pandang logika semata dan tidak mengenal konsep wahyu.
Akal dan Nafsu merupakan dua pendorong terwujudnya akhlak, jika akal yang dominan maka akan melahirkan akhlak mulia, dan sebaliknya, jika nafsu yang dominant maka akan melahirkan akhlak yang tercela.
Akhlaq ada yang merupakan tabiat atau ketetapan asli ( al maurus/al jibiliyyah/thabi'ah ) , ada juga yang bisa diupayakan dengan jalan berusaha ( al muktasabah ).
Ruang lingkup Akhlak terbagi menjadi dua yaitu Akhlak terhadap Kholiq dan Akhlak terhadap Makhluk.
Akhlak yang mulia memiliki kedudukan yang tinggi dan urgensi sangat penting dalam membangun masyarakat islam
Akhlak yang mulia merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat.
Akhlak yang mulia merupakan salah satu rukun dakwah para Rasul
Akhlak yang mulia meliputi akhlak terhadap Allah dan makhluknya.
Daftar Pustaka
Al-Qur'an
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4, hal. 788
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani, (2004 )
Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma
Miqdad yalijin, jawanib al-tarbiyyah al-Islamiyyah , ( Riyadl : 1986 )
Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT : BPK Gunung Mulia, 1999) Cet : Ke-12
Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin , Maktabah Ays Syamilah
Abu Usman al-Jahidz , Tahdhib Al-Ahlak , Maktabah Ays Syamilah
Ibnu Maskawaih, Tahdhib Al-Ahlak, Maktabah Ays Syamilah
Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, ( kairo : Dar al-kutub al-misriyah, tt )
Ibrahim Anis , Al-Mu'jam Al-Wasith , ( kairo : Dar al-Ma'arif , 1972 )
Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Maktabah Ays Syamilah
Al-Jurjani , Al-Ta'rifat, (bairut : alam al-kitab, 1987 )
Abdurrahman Hasan Al-Medani, Al-Akhlak Al-Islamiyah wa Asasuha, ( Beirut : dar al-qalam : 1992 )
Ibn Mandzur, Lisanul Arab, Al Maktabah Asy Syamilah
Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, Al Maktabah Asy Syamilah
Al-mawardi, Adab Al-Dunya wa Al-Din, Al Maktabah Asy Syamilah
Al- Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an,Al Maktabah Asy Syamilah
Syarh An Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, Al Maktabah Asy Syamilah
Imam Abu Thayyid Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud,. Al Maktabah Asy Syamilah
Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Al Maktabah Asy Syamilah
dll
AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN HADIST
Makalah Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Tafsir Hadist Pendidikan
Oleh :
Akhmad Alim
Dosen Pembimbing :
Prof. DR.KH.Didin Hafidhudin, MS
PROGAM DOKTOR PENDIDIKAN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
إنَّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلَّ له، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك له وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله. فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم، وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan banyak nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Diantara nikmat itu dimudahkannya atas terselesaikannya makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan jazakumullah khairan kastira kepada DR.H.Adian Husaini, M.A, yang telah banyak memberikan ilmu dalam perkuliyahan , sekaligus bersedia membimbing dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliah Islamic Worlview , pada semester awal pada progam doktor pemikiran pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat, dan besar untuk mendapatkan kritik saran demi kebaikan penulisan berikutnya.
Bogor, 07 Januari 2010
Al-faqir ilallah
Akhmad Alim
[1] - Ali Abdlul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani : 2004, hlm.62
[2] - Thoha Ali Husain, Asalib Tadris Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah, Dar Assuruq, cet. 2003, hlm.151
[3] -Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (4682) di Kitaabus Sunnah. Dan Tirmidzi, No (1162) di
Kitaabur Radhaa', dengan tambahan: " Dan sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik terhadap istrinya ", Imam Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih, dan keduanya terdapat dalam kitab Shahiihul Jaami', No (1230 & 1232).
[4] - Ibn Faris, Maqayis al-lughah, jilid 2 , hlm.214 ، مادة (خ ل ق). , Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86
[5] - Qs. Al-Ankabut : 44
[6] - Ibn Faris, Maqayis al-lughah, jilid 2 , hlm.214 ، مادة (خ ل ق). , Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86, Ibn A'syur, al-Tahrir wa At-Tanwir, jld 29,hlm.64
[7] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Hal. 6292. Al Maktabah Ays Syamilah
[8] - lihat. HR. Muslim, Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab Bab Tafsir Al Birr wal Itsm, Juz. 12, Hal. 403, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah
[9] -Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86
[9] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurraza
[10] - lihat. Ad-dzari'ah ila makarimi al- akhlaq, hlm. 39, lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86
[11] - hadis riwayat Ahmad
[12] -Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani, (2004 ), hlm.28
[13] - Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma, Hlm. 3
[14] - Miqdad yalijin, jawanib al-tarbiyyah al-Islamiyyah , ( Riyadl : 1986 ), hlm.285
[15] - Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h. 192
[16] - Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT : BPK Gunung Mulia, 1999) Cet : Ke-12, h. 38
[17] -Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin , Jilid 3 hlm. 53
[18] - Abu Usman al-Jahidz , Tahdhib Al-Ahlak , Hlm 12
[19] - Ibnu Maskawaih, Tahdhib Al-Ahlak , Hlm 25
[20] - Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, ( kairo : Dar al-kutub al-misriyah, tt ) hlm.15
[21] - Ibrahim Anis , Al-Mu'jam Al-Wasith , ( kairo : Dar al-Ma'arif , 1972 ) hlm. 202
[22] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Hal. 6292. Al Maktabah Ays Syamilah
[23] - Al-Jurjani , Al-Ta'rifat, (bairut : alam al-kitab, 1987 ), Hlm.135
[24] - Ibn A'syur, al-Tahrir wa At-Tanwir, jld 29,hlm.64
[25] - Abdurrahman Hasan Al-Medani, Al-Akhlak Al-Islamiyah wa Asasuha, ( Beirut : dar al-qalam : 1992 )jilid 1, hlm.10
[26] -Lihat, Ibn Mandzur, Lisanul Arab, 11/458
[27] -
[28] - lihat Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, hlm.394, Al Maktabah Asy Syamilah
[29] - QS. Al-Fajr : 5
[30] - lihat Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, hlm.394, Al Maktabah Asy Syamilah
[31] - Al-mawardi, Adab Al-Dunya wa Al-Din,jilid 1 , halm. 3, Al Maktabah Asy Syamilah
[32] - Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Juz. 3, Hal. 393. Al Maktabah Asy Syamilah
[33] - Lihat , Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi , Syarh Aqidah Thahawiyah, hal: 339
[34] - QS Shaad : 26
[35] -QS An-Nazi'aat : 40-41
[36] - QS.Al-Jasyiyah : 23
[37] - QS.Al-Kahfi : 28
[38] - Lihat Qowa’id Wa Fawa’id minal Arba’in An-Nawawiyah, karangan Nazim Muhammad Sulthan hal. 355, Misykatul Mashabih takhrij Syaikh Al Albani, hadits no. 167, juz 1, Jami’ Al Ulum wal Hikam oleh Ibn Rajab)
[39] - Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (5225) di Kitaabul Adab, dan Ahmad (4 / 206). ImamMuslim hanya mengeluarkan bagian yang pertama saja, No (25 & 26) di Kitaabul Iimaan,juga oleh Imam Tirmidzi, No (2011) di Kitaabul Bir Wash Shilah
[40] -Ibn Qoyyim, Madarikussalikin, Jilid 3, hlm. 315
[41] - Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma, Hlm. 7
[42] - Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al- Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab al-Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz Zawaa-id (9 / 15): Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi Shahih. Dan dishahihkan uga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush Shahiihah, No (45).
[43] - QS. Al-Jumuah : 2
[44] - HR. Bukhari, kitab Zakat, bab : الاستعفاف عن المسألة (1469), Muslim, (1053 )
[45] - Ibn Qoyyim, Madarikussalikin, Jilid 3, hlm. 315
[46] - Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al- Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab al-Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz Zawaa-id (9 / 15): Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi Shahih. Dan dishahihkan uga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush Shahiihah, No (45).
[47] - basha'ir dzawi Tamyiiz , jilid2, hlm. 568
[48] - QS. Al Qolam (68): 4
[49] - Al- Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Jilid 23, Hlm. 528. Al Maktabah Asy Syamilah
[50] - Al- Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Jilid 23, Hlm. 528. Al Maktabah Asy Syamilah
[51] - lihat Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 4, hlm.429, Assyaukani, Tafsir Assyaukani, jilid 5, hlm.364
[52] - Ibid, Juz. 23, Hal.529-530. Al Maktabah Asy Syamilah
[53] - HR. Al Hakim, katanya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain, Juz. 9, Hal. 39, No hadits. 3801. Al Maktabah Asy Syamilah
[54] - QS. Asy Syu’ara: 105-110, Demikian juga Nabi Hud ‘alaihis salam mengajak kaumnya berakhlak mulia , lihat . QS. Asy Syu’ara:123-135, Nabi Shalih ‘alaihissalam pun mengajak kaumnya kepada akhlak yang mulia, lihat. QS. 26:141-147, nabi Luth ‘alaihis salam, lihat. (QS. 26:141-147)., Nabi Syu’aib ‘alaihis salam, lihat. (QS. 26:176-184).
[55] - QS. Al-Hujurat : 13
[56] - HR. Abu Daud, no. (5225) , Bazzar, no. (2746) Tabrani, no. (5313) , Baihaqi, no. (7/102).
[57] - HR. Bukhori, no. (3559), Muslim, no. (2321)
[58] - HR. Muslim, Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab Bab Tafsir Al Birr wal Itsm, Juz. 12, Hal. 403, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah
[59] - Syarh An Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, Juz. 8, Hal. 343, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah
[60] - As syaukani, Fath al-qodir, jilid 1, hlm. 128
[61] - HR. At Tirmidzi, Kitab Al Birr wasAsh Shilah ‘an Rasulillah bab Maa Ja’a fi Husnil Khuluq, Juz. 7, Hal. 286 No hadits. 1927. Katanya: shahih gharib. Syaikh Al Albany mengatakan hasan. Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi, Hal. 5, Juz. 4, no. 2004. Al Maktabah Asy Syamilah
[62] - Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Juz. 5, Hal. 252. Al Maktabah Asy Syamilah
[63] - Sunan At Tirmidzi, juz. 7, Hal. 287, no. 1928. Al Maktabah Asy syamilah
[64] - HR. At Tirmidzi, Kitab Al Bir wash Shilah ‘an Rasulillah Maa Ja’a fi Husnil Khuluq, Juz. 7, Hal. 285, no hadits. 1926. Abu Daud, Kitab Al Adab Bab Fi Husnil Khuluq, Juz.12, Hal. 421, No hadits. 4166. Juga diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan sanad jayyid,lihat Tuhfah al Ahwadzi, Juz. 5 Hal. 251, Al Mundziri berkata: juga diriwayatkan At Tirmidzi katanya: hasan shahih. Lihat ‘Aunul Ma’bud, Juz. 10, Hal. 321. Al Maktabah Asy Syamilah
[65] - Imam Abu Thayyid Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud, Juz. 10 Hal. 321, No. 4166. Al Maktabah Asy Syamilah
[66] - HR. Ahmad, (4/193 ( Ibn Abi Saibah, (5/210 ) Tabrani, (22/221 ـ 588 ) dari abi sa'labah al-husyani, dihasankan oleh Al-Bani
[67] - lihat Tahdzib al-sunan, jilid 7, hlm. 161-162)
[68] - Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam, Jilid 1, hlm. 398
[69] - HR Tirmidzi dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal rodhiallohu ‘anhu, bab الناس : ما جاء في معاشرة no. 1987, Ia berkata, “Hadits ini hasan. Dalam naskah lainnya dikatakan, hadits ini hasan shohih.
[70] - Ibn Rajab, Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam, Jilid 1, hlm. 398
[71] - Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Juz. 5, Hal. 252. Al Maktabah Asy Syamilah
Diposkan oleh Ahmad Alim,M.A di 19:26
Posting Lebih Baru BerandaSeni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-6189144153367428012012-04-28T19:37:00.001-07:002012-04-28T19:37:06.583-07:00Adapun skemanya sebagai berikut :Adapun skemanya sebagai berikut :
JIWA
FIKIRAN
TINDAKAN
HATI
KEBIASAAN
PERJALANAN HIDUP
AKHLAK
BAB 111 : FAKTOR PENDORONG AKHLAK
1. Akal
Akal secara bahasa dari mashdar Ya’qilu, ‘Aqala, ‘Aqlaa, jika dia menahan dan memegang erat apa yang dia ketahui.[26] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
" Kata akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan dari kata melepas, membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak untuk jisim yang nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin, maka akal adalah menahan dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah maka lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu" .[27]
Akal bisa juga disebut Hijr yang memiliki makna pembatas yang membatasi seseorang terjatuh kejurang kemungkaran. Menurut Ibn Kastir kamar rumah dalam bahasa arab disebut Hijr, karena membatasi aib dari penglihatan. [28] Diantaranya firman Allah :
هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ
Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal. [29]
Ibn Kastir berkata :
أي: لذي عقل ولب ودين وإنما سمي العقل حجْرًا لأنه يمنع الإنسان من تعاطي ما لا يليق به من الأفعال والأقوال
" Maksud dari kata " Hijr " adalah orang yang memiliki akal, nurani, agama, sesungguhnya akal disebut "hijr" karena akal mencegah manusia dari perbuatan yang tidak layak, baik dari tindakan maupun ucapan " .[30]
Imam Al-Mawardi memberi perhatian khusus tentang pentingnya peran akal ini, sehingga beliau meletakkan bab tentang keutamaan akal pada bab pertama dalam kitabnya Adab Al-Dunya wa Al-Din, beliau menegaskan :
اعْلَمْ أَنَّ لِكُلِّ فَضِيلَةٍ أُسًّا وَلِكُلِّ أَدَبٍ يَنْبُوعًا ، وَأُسُّ الْفَضَائِلِ وَيَنْبُوعُ الْآدَابِ هُوَ الْعَقْلُ
" Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap keutamaan memiliki inti dan setiap adab memiliki sumber, dan inti keutamaan dan sumber adab adalah akal …"[31]
Sementara itu, Hujjatul Islam Imam al Ghazali, mengakui bahwa akal merupakan faktor pendorong akhlak menuju kebaikan , beliau berkata :
وإنما الأخلاق الجميلة يراد بها العلم والعقل والعفة والشجاعة والتقوى والكرم وسائر خلال الخير، وشيء من هذه الصفات لا يدرك بالحواس الخمس بل يدرك بنور البصيرة الباطنة
“Sesungguhnya, yang dimaksudkan dengan akhlak yang indah adalah ilmu, akal, ‘iffah (rasa malu berbuat dosa), keberanian, taqwa, kemuliaan, dan semua perkara yang baik, dan semua sifat-sifat ini tidak hanya ditampilkan oleh panca indera yang lima, tetapi juga oleh cahaya mata hati dan batin.”[32]
2. Hawa nafsu
Hawa nafsu mengandung pengertian kecondongan jiwa yang mendorong manusia untuk berakhlak menyimpang, baik yang berupa syahwat maupun syubhat, sebagaimana yang ditegaskan Imam Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi dalam Syarh Aqidah Thahawiyah.[33]. hal itu sebagaimana firman Allah :
وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
''Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, niscaya ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.'' [34]
Ayat di atas mengandung perintah kepada kita untuk mengekang hawa nafsu. Karena nafsu adalah pendorong utama menuju kesesatan.
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
Dan adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga itulah tempat tinggalnya.''[35]
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuannya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan penutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pengajaran).[36]
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru tuhanNYA pada pagi dan petang dengan mengharap keredhaannya dan jangan kedua matamu berpaling dari mereka kerana mengharapkan perhiasan kehidupan duniawi. Jangan sesekali mentaati orang-orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami serta menurut hawa nafsunya dan ia keadaannya ia sudah terlalu melampaui batas.[37]
.
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ [حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]
Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin ‘Ash radhiallahuanhuma dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa “ Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab Al Hujjah dengan sanad yang shahih.[38]
BAB 1V : AKHLAK ANTARA SIFAT ALAMI DAN USAHA
Akhlaq ada yang merupakan tabiat atau ketetapan asli ( al maurus/al jibiliyyah/thabi'ah ) , ada juga yang bisa diupayakan dengan jalan berusaha ( al muktasabah ). Hal itu sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepada Asyajj 'Abdul Qais:
إن فيك لخلقين يحبهما الله : الحلم والأناة ، يا رسول الله , أهما خلقان تخلقت بهما , أم جبلني الله عليهما ، قال : بل جبلك الله عليهما ، قال : الحمد لله الذي جبلني على خلقين يحبهما ورسوله
"Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allah sukai;sifat santun dan tidak tergesa-gesa"Ia berkata: ”Wahai Rasulullah, Apakah kedua akhlaq tersebut merupakanhasil usahaku, atau Allah-kah yang telah menetapkan keduanyapadaku?”Beliau menjawab: "Allahlah yang telah mengaruniakan keduanya padamu".Kemudian ia berkata:”Segala puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlaq yangdicintai oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya”.[39]
Ibn Qoyyim dalam kitab Madarijussalikin berkata :
فدل على أن من الخلق ما هو طبيعة وجبلَّة وما هو مكتسب
Hadist ini menunjukkan bahwa sesungguhnya diantara akhlak ada yang tabi'at atau sifat alami dan ada pula sifat yang diusahakan.[40]
Senada dengan Ibn Qoyyim, Muhammad bin Sholeh Ustaimin menambahkan bahwa dari hadist ini menunjukan bahwa akhlaq mulia bisa berupa perilaku alami (yakni karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya-pent) dan juga dapat berupa sifat yang dapat diusahakan atau diupayakan. Akan tetapi, tidakdiragukan lagi bahwa sifat yang alami tentu lebih baik dari sifat yang diusahakan. Karena akhlaq yang baik jika bersifat alamiakan menjadi perangai dan kebiasaan bagi seseorang. Ia tidak membutuhkan sikap berlebih - lebihan dalam membiasakannya. Juga tidak membutuhkan tenaga dan kesulitan dalammenghadirkannya. Akan tetapi, ini adalah karunia dari AllahSubhanahu wa Ta’ala yang Ia diberikan kepada seorang hambayang dikehendaki oleh-Nya.[41]
Adapun yang terhalang dari tabiat alami, maka sangat mungkin baginya untuk memperolehnya dengan jalan berusaha dan berupaya untuk membiasakannya, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa diantara salah satu tujuan dari diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: sebagaimana tercantum dalam sabdanya :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”[42]
Hadist ini menunjukkan usaha Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk merubah akhlak yang buruk menuju akhlak yang mulia, hal itu juga dikuatkan oleh firman Allah :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,[43]
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّ نَاسًا مِنْ الأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُم، ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ، ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ، حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ: (مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ،وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Dari Abi Sa'id Al-Khudri, berkata : Sesungguhnya sekelompok orang dari sahabat anshar meminta sesuatu dari rasulallah saw, kemudin beliau memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan Rasullah saw memberinya lagi, sehingga semua habis . maka Rasulallah bersabda : apa saja yang aku miliki dari kebaikan maka aku tidak pernah menyimpannya dari kalian, barang siapa menjaga sifat iffah maka Allah akan memberikannya, dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah mencukupinya, barangsiapa mencoba untuk sabar maka Allah akan menyabarkannya, dan tidaklah seseorang diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.[44]
Ibn Qoyyim mengomentari hadis ini, dan berkata :
فإن قلت: هل يمكن أن يقع الخُلق كسبيا أو هو أمر خارج عن الكسب؟ قلت: يمكن أن يقع كسبيا بالتخلق والتكلُّف حتى يصير له سجيةً وملكة
Jika kamu bertanya , apakah mungkin akhlak bisa diusahakan ataukah dia tidak bisa diusahakan ?, maka aku jawab : ya mungkin , akhlak bisa diusahakan dan dipaksakan, sehingga menjadi sebuah karakter dan malakah.[45]
BAB V : URGENSI AKHLAK DALAM AL-QUR'AN DAN AL-HADIST
Akhlak sebagai misi Nabi Muhammad saw
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”[46]
Al-Fairuz Abadi berkata :
واعلم أن الدين كلّه خلق، فمن زاد عليك في الخلق زاد عليك في الدين
Ingatlah sesungguhnya agama adalah akhlak secara keseluruhan, barangsiapa yang menambah tasmu akhlak maka bertambah pula atasmu agama.[47]
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan seseungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti agung.[48]
Berkata Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah :
وإنك يا محمد لعلى أدب عظيم، وذلك أدب القرآن الذي أدّبه الله به، وهو الإسلام وشرائعه.
“Sesungguhnya engkau, wahai Muhammad, benar-benar di atas adab (etika) yang mulia, itulah adab Al Quran yang dengannya Allah telah mendidiknya, yakni (adab) Islam dan syariat-syariatnya.[49]
Ucapan Imam Ibnu Jarir ini merupakan rangkuman dari berbagai tafsir tentang makna ‘Khuluqun ‘Azhim’, yang dimaknai oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh Dhahak, dan Ibnu Zaid, di mana mereka mengartikannya dengan makna ‘agama mulia’, yakni Islam. Sedangkan ‘Athiyah memaknainya dengan ‘Adabul Qur’anetika al Quran)’[50]. Ibn Kastir dan Assyaukani menambahkan dengan makna ' tabi'at yang mulia ( al-tab'u al-karim ) serta adab yang agung ( al-adab al-adzim )'[51] . [52] Sementara itu, Aisyah Radhiallahu ‘Anha memaknai ayat ‘sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti agung’ adalah Al Quran. Sebagaimana riwayat berikut :
عن سعد بن هشام بن عامر ، في قول الله عز وجل ( وإنك لعلى خلق عظيم ) قال : سألت عائشة رضي الله عنها : يا أم المؤمنين ، أنبئيني عن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقالت : « أتقرأ القرآن ؟ » فقلت : نعم ، فقالت : « إن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم القرآن »
Dari Sa’ad bin Hisyam bin ‘Amir, tentang firmanNya ‘Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti agung’, dia berkata: ‘Aku bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Wahai Ummul Mu’minin, kabarkan kepada saya tentang akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Beliau menjawab: “Apakah engkau membaca Al Quran?” Aku menjawab: “Tentu.” Dia berkata: “Sesungguhnya Akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Al Quran.”[53]
Akhlak sebagai salah satu rukun dakwah para Rasul
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلاَتَتَّقُونَ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُونِ وَمَآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُون.
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka:”Mengapa kamu tidak bertaqwa?Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.Maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku".[54]
Akhlak sebagai barometer
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.[55]
إِنَّ اللَّهَ لا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk fisik kalian dan banyaknya harta kalian, akan tetapi Ia melihat pada pada hati dan Amal kalian.[56]
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاقً
Sesungguhnya sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik akhlaknya.[57]
Akhlak sebagai pilar kebaikan
عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Dari An Nawas bin Sam’an al Anshari, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang Al Birr (kebaikan) dan Dosa, beliau bersabda: Al Birr adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang membuat dadamu tidak nyaman, dan engkau membencinya jika manusia melihatnya.[58]
An Nawawi Rahimahullah mengomentari hadits ini
قَالَ الْعُلَمَاء : الْبِرّ يَكُون بِمَعْنَى الصِّلَة ، وَبِمَعْنَى اللُّطْف وَالْمَبَرَّة وَحُسْن الصُّحْبَة وَالْعِشْرَة، وَبِمَعْنَى الطَّاعَة ، وَهَذِهِ الْأُمُور هِيَ مَجَامِع الْخُلُق
“Berkata para ulama: Al Birr dimaknai dengan Ash Shilah (hubungan), dan bermakna kelembutan, kebaikan, persahabatan yang baik, dan pergaulan yang baik, dan juga bermakna ketaatan. Semuanya ini terhimpun pada kata Akhlak.[59]
As syaukani berkata :
البر اسم جامع للحير
Al-Birr adalah nama yang mencakup seluruh kebaian.[60]
Akhlak penyebab masuk Syurga
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang hal apa yang menyebabkan paling banyak manusia masuk ke surga, maka beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah, dan akhlaq yang baik " .[61]
Al Mubarkafuri berkata tentang makna husnul khuluq:
أَيْ مَعَ الْخَلْقِ ، وَأَدْنَاهُ تَرْكُ أَذَاهُمْ وَأَعْلَاهُ الْإِحْسَانُ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْهِ مِنْهُمْ
“Yaitu akhlak terhadap makhluk, dia mendekatkan diri dan menjauhkan dari sikap menyakiti mereka, dan lebih tinggi kebaikannya kepada siapa-siapa yang telah berbuat buruk kepadanya dari mereka.[62]
Sementara Imam At tirmidzi meriwayatkan dari Imam Abdullah bin Mubarak tentang makna Husnul Khuluq (akhlaq yang baik):
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ وَصَفَ حُسْنَ الْخُلُقِ فَقَالَ هُوَ بَسْطُ الْوَجْهِ وَبَذْلُ الْمَعْرُوفِ وَكَفُّ الْأَذَى
Dari Abdullah bin Mubarak, bahwa dia menyifati akhlak yang baik adalah wajah yang ceria, suka memberikan hal-hal yang baik, dan menahan tangannya dari menyakiti manusia .[63]
Akhlak sebagai pemberat timbangan amal
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُق
Dari Abu Darda, dia berkata: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atas timbangan lebih berat dibandingkan akhlak yang baik.”[64]
Imam Abu Thayyib Rahimahullah berkata tentang maksud hadits di atas
أَيْ مِنْ ثَوَابه وَصَحِيفَته أَوْ مِنْ عَيْنه الْمُجَسَّد
“Yaitu pahala akhlak yang baik, catatannya dan nilai akhlak baik itu sendiri. [65]
Akhlak sebagai Syafa'at
إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي فِي الآخِرَةِ مَحَاسِنُكُمْ أَخْلاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي فِي الآخِرَةِ مَسَاوِيكُمْ أَخْلاقًا
Sesungguhnya diantara kalian yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku besok di akhirat adalah yang terbaik akhlaknya, Sesungguhnya diantara kalian yang paling aku benci dan yang paling jauh denganku besok di akhirat adalah yang terburuk akhlaknya.[66]
BAB VI : RUANG LINGKUP AKHLAK
Sesuai dengan asal kata " Akhlak " yaitu masdar Khuluq, ini bisa dikembangkan menjadi isim fa'il yaitu Kholiq, maupun isim maf'ul yaitu " Makhluq ", berangkat dari sini maka ruang lingkup Akhlak terbagi menjadi dua yaitu Akhlak terhadap Kholiq dan Akhlak terhadap Makhluk. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Ibn Qoyyim[67] dan Ibn Rajab[68], Yang semua itu secara ringkas tercakup dengan utuh dalam kandungan hadist berikut ini :
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kamu kepada Alloh di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.”[69]
Ibn Rajab mensyarah hadist ini seraya berkata :
فهذه الوصية وصية عظيمة جامعة لحقوق الله وحقوق عباد.
" Ini adalah wasiat yang agung yang mencakup akhlak terhadap Allah dan Akhlak terhadap sesame manusia secara keseluruhan ".[70]
Ath Thayyibi berkata :
تَقْوَى اللَّهِ إِشَارَةٌ إِلَى حُسْنِ الْمُعَامَلَةِ مَعَ الْخَالِقِ بِأَنْ يَأْتِيَ جَمِيعَ مَا أَمَرَهُ بِهِ وَيَنْتَهِيَ عَنْ مَا نَهَى عَنْهُ وَحُسْنُ الْخَلْقِ إِشَارَةٌ إِلَى حُسْنِ الْمُعَامَلَةِ مَعَ الْخَلْقِ وَهَاتَانِ الْخَصْلَتَانِ مُوجِبَتَانِ لِدُخُولِ الْجَنَّةِ وَنَقِيضُهُمَا لِدُخُولِ النَّارِ فَأَوْقَعَ الْفَمَ وَالْفَرْجَ مُقَابِلًا لَهُمَا .
" Taqwa kepada Allah’ merupakan isyarat terhadap baiknya pergaulan dengan Sang Pencipta, yakni dengan cara menjalankan semua yang diperintahkanNya dan menjauhi dari dari apa-apa yang dilarangNya. “Akhlak yang baik’ merupakan isyarat terhadap baiknya pergaulan dengan sesama makhluk. Dua perangai ini akan mengantarkan kepada surga, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya akan masuk ke neraka. Apa yang biasa dilakukan Mulut dan kemaluan, merupakan lawan dari kedua perangai itu."[71]
Adapun perincian ruang lingkup akhlak sebagai berikut :
Akhlak terhadap kholik ( حق الله/ vertikal )
· MenjadikanNya satu-satunya ma’bud (sembahan) yang haq dan murni. (QS. 1: 5)(QS. 98:5)
· Taat kepadaNya secara mutlak. (QS. 4:65)
· Tidak menyekutukanNya dengan apa pun. (QS. 4: 116)
· MenjadikanNya sebagai tempat minta pertolongan. (QS. 1:5)
· Memberikan hak rububiyah, uluhiyah, asmaul husna dan sifatul ’ulya, hanya kepadaNya. (QS. 1;2), (QS. 114: 3)
· Tidak menyerupakanNya dengan apa pun (QS. 42: 11)
· Menetapkan apa-apa yang ditetapkanNya, mengingkari apa-apa yang diingkariNya, mengharamkan apa-apa yang diharamkanNya, dan menghalalkan apa-apa yang dihalalkanNya. (QS. 5: 48-49)
· MenjadikanNya sebagai satu-satunya pembuat syariat. (QS. 6: 57)
· Berserah diri kepadaNya (QS. 20:72)
Akhlak terhadap makhluk ( haq adami/horisontal )
A. Akhlak kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
· Mengakui dan mengimani bahwa Beliau adalah hamba Allah dan RasulNya. (QS. 18:110)
· Meyakini bahwa Beliau adalah Rasul dan NabiNya yang terakhir, dan risalahnya pun juga risalah terakhir. (QS. 30:40)
· Taat kepadanya secara mutlak. (QS. 4:65)
· Menjadikannya sebagai teladan yang baik dalam kehidupan, beragama, keluarga, sosial, dan lain-lain. (QS. 30:21)
· Meyakini bahwa syafa’at darinya hanya terjadi dengan idzin Allah ta’ala. (QS. 10:3), (QS. 20:109)
· Bershalawat padanya. (QS. 30:56)
· Menerima keputusannya secara lapang. (QS. 4: 59)
· Mencintai keluarganya (ahli baitnya). (HR. At tirmidzi, Juz.12, Hal. 260, No. 3722. Al Maktabah asy Syamilah)
· Mencintai para sahabatnya dan mengakui bahwa mereka adalah umat terbaik dan semuanya adil. (QS. 3: 110)
Mencintai yang dicintainya dan membenci yang dibencinya. (QS. Al-Hasr : 7 )
§ Memanggil Nabi dengan namanya ( QS. 24:63, 49:4, 49:5 )
§ Meninggikan suara melebihi suara Nabi ( QS. 49:1, 49:2, 49:3 )
§ Etika berbicara dengan Nabi ( QS. 2:104, 49:3, 49:4, 49:5 )
§ Memohon diri kepada Nabi saat meninggalkan majlisnya (QS. 24:62 )
§ Pembicaraan khusus dengan Nabi ( QS 58:12, 58:13 )
B. Akhlak Pribadi ( al-Khuluq al-fardi )
· Tidak menjerumuskan diri pada jurang kerusakan ( QS.Al-baqarah : 195 )
· Menjauhi dusta ( QS. Al-Hajj : 30, Al-Nahl: 105 )
· Menjauhi sifat kemunafikan ( QS. Al-Baqarah : 204-206 )
· Menyerasikan antara ucapan dan perbuatan ( QS. Al-Baqarah : 44 , As-Shaff : 2-3 )
· Menjauhi sifat kikir ( QS. Al-Hasr : 9, Al-Baqarah : 268, An-Nisa' : 37 )
· Menjauhi kemubadziran ( QS.AL-Isra' : 26-27 )
· Menjauhi riya' ( QS. An-Nisa : 38, Al-Ma'un : 3-7 )
· Menjauhi Sombong ( QS. Luqman : 18, Al-Isra : 37, An-Nahl : 23 )
C.Akhlak keluarga ( al-akhlak al-usariyah )
· Memuliakan orang tua ( QS. An-Nisa' : 36 , al-Isra' : 23-24, luqman : 14-15 )
· Menyayangi Anak dan mendidiknya ( QS. Al- An'am : 151, Attakwir : 8,9,14, al-tahrim : 6 )
· Hak dan kewajiban suami istri ( QS. An-nisa' : 22, 34, 19, 24 )
· Berbuat baik terhadap kerabat ( QS. Arrum :38, al-baqarah : 180, an-nisa' : 7 ,
D.Akhlak kemasyarakatan ( al-akhlaq al- ijtima'iyyah )
· sifat pemaaf terhadap sesame ( QS. As syura : 37 )
· Berlaku amanah dan menjauhi khianat ( QS.Al-Anfal : 27, annahl : 91 )
· Menjauhi kedzaliman ( QS. Thoha : 111, Assyura : 40, al-furqon : 19 )
· Menjauhi kesaksian palsu ( QS. Al-haj : 30 )
· Tidak menyembunyikan persaksian ( QS. Al-Baqarah : 283 )
· Menjaga lisan ( QS. Annisa' : 148-149 )
· Menyantuni anak yatim ( QS. Addhuha : 9-10 )
· Menjauhi ghosip ( QS. Al –Hujurat : 12 )
· Menepati janji ( QS. al-maidah : 1 , al-isra' : 34 )
· Etika berbicara ( QS. 31:19, 49:314:24, 14:25, 14:26, 24:26, 28:55, 39:18 )
· Menghormati dan meluaskan tempat kepada orang saat berkumpul ( QS . 58:11 : 58:8, 58:9 : 24:62 )
· Memberi salam ( QS. 15:52, 16:32, 19:15, 51:25 : 58:8 , 4:86, 51:25 )
· Menghormati dan melayani tamu ( Qs18:77, 51:26, 51:27 : 11:69, 24:61, 33:53, 51:26, 51:27 )
· Menghormati tetangga ( QS 4:36 , 4:36, 107:7 )
· Akhlak terhadap hamba sahaya ( QS. 4:36 , 4:36 , 4:36, 4:36 )
BAB VII : KESIMPULAN
Akhlak adalah sebuah sifat yang tertanam dalam jiwa ( Al-Shifah Al-Nafsiyyah ) seseorang baik secara fitrah atau usaha ( fitriyah/muktasabah ) yang melahirkan kehendak kebiasaan, baik yang terpuji maupun yang tercela.
Konsep Akhlak dalam Islam berbeda jauh dari konsep barat, Islam melihat akhlak dari dua sisi yang tidak bisa dipisahkan yaitu sisi lahir dan batin, sementara barat hanya melihat dari sisi lahirnya saja ( behavior ), hal itu karena barat melihatnya dari sudut pandang logika semata dan tidak mengenal konsep wahyu.
Akal dan Nafsu merupakan dua pendorong terwujudnya akhlak, jika akal yang dominan maka akan melahirkan akhlak mulia, dan sebaliknya, jika nafsu yang dominant maka akan melahirkan akhlak yang tercela.
Akhlaq ada yang merupakan tabiat atau ketetapan asli ( al maurus/al jibiliyyah/thabi'ah ) , ada juga yang bisa diupayakan dengan jalan berusaha ( al muktasabah ).
Ruang lingkup Akhlak terbagi menjadi dua yaitu Akhlak terhadap Kholiq dan Akhlak terhadap Makhluk.
Akhlak yang mulia memiliki kedudukan yang tinggi dan urgensi sangat penting dalam membangun masyarakat islam
Akhlak yang mulia merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat.
Akhlak yang mulia merupakan salah satu rukun dakwah para Rasul
Akhlak yang mulia meliputi akhlak terhadap Allah dan makhluknya.
Daftar Pustaka
Al-Qur'an
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4, hal. 788
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani, (2004 )
Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma
Miqdad yalijin, jawanib al-tarbiyyah al-Islamiyyah , ( Riyadl : 1986 )
Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT : BPK Gunung Mulia, 1999) Cet : Ke-12
Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin , Maktabah Ays Syamilah
Abu Usman al-Jahidz , Tahdhib Al-Ahlak , Maktabah Ays Syamilah
Ibnu Maskawaih, Tahdhib Al-Ahlak, Maktabah Ays Syamilah
Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, ( kairo : Dar al-kutub al-misriyah, tt )
Ibrahim Anis , Al-Mu'jam Al-Wasith , ( kairo : Dar al-Ma'arif , 1972 )
Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Maktabah Ays Syamilah
Al-Jurjani , Al-Ta'rifat, (bairut : alam al-kitab, 1987 )
Abdurrahman Hasan Al-Medani, Al-Akhlak Al-Islamiyah wa Asasuha, ( Beirut : dar al-qalam : 1992 )
Ibn Mandzur, Lisanul Arab, Al Maktabah Asy Syamilah
Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, Al Maktabah Asy Syamilah
Al-mawardi, Adab Al-Dunya wa Al-Din, Al Maktabah Asy Syamilah
Al- Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an,Al Maktabah Asy Syamilah
Syarh An Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, Al Maktabah Asy Syamilah
Imam Abu Thayyid Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud,. Al Maktabah Asy Syamilah
Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Al Maktabah Asy Syamilah
dll
AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN HADIST
Makalah Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Tafsir Hadist Pendidikan
Oleh :
Akhmad Alim
Dosen Pembimbing :
Prof. DR.KH.Didin Hafidhudin, MS
PROGAM DOKTOR PENDIDIKAN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
إنَّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلَّ له، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك له وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله. فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم، وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan banyak nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Diantara nikmat itu dimudahkannya atas terselesaikannya makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan jazakumullah khairan kastira kepada DR.H.Adian Husaini, M.A, yang telah banyak memberikan ilmu dalam perkuliyahan , sekaligus bersedia membimbing dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliah Islamic Worlview , pada semester awal pada progam doktor pemikiran pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat, dan besar untuk mendapatkan kritik saran demi kebaikan penulisan berikutnya.
Bogor, 07 Januari 2010
Al-faqir ilallah
Akhmad Alim
[1] - Ali Abdlul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani : 2004, hlm.62
[2] - Thoha Ali Husain, Asalib Tadris Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah, Dar Assuruq, cet. 2003, hlm.151
[3] -Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (4682) di Kitaabus Sunnah. Dan Tirmidzi, No (1162) di
Kitaabur Radhaa', dengan tambahan: " Dan sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik terhadap istrinya ", Imam Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih, dan keduanya terdapat dalam kitab Shahiihul Jaami', No (1230 & 1232).
[4] - Ibn Faris, Maqayis al-lughah, jilid 2 , hlm.214 ، مادة (خ ل ق). , Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86
[5] - Qs. Al-Ankabut : 44
[6] - Ibn Faris, Maqayis al-lughah, jilid 2 , hlm.214 ، مادة (خ ل ق). , Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86, Ibn A'syur, al-Tahrir wa At-Tanwir, jld 29,hlm.64
[7] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Hal. 6292. Al Maktabah Ays Syamilah
[8] - lihat. HR. Muslim, Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab Bab Tafsir Al Birr wal Itsm, Juz. 12, Hal. 403, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah
[9] -Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86
[9] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurraza
[10] - lihat. Ad-dzari'ah ila makarimi al- akhlaq, hlm. 39, lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86
[11] - hadis riwayat Ahmad
[12] -Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani, (2004 ), hlm.28
[13] - Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma, Hlm. 3
[14] - Miqdad yalijin, jawanib al-tarbiyyah al-Islamiyyah , ( Riyadl : 1986 ), hlm.285
[15] - Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h. 192
[16] - Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT : BPK Gunung Mulia, 1999) Cet : Ke-12, h. 38
[17] -Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin , Jilid 3 hlm. 53
[18] - Abu Usman al-Jahidz , Tahdhib Al-Ahlak , Hlm 12
[19] - Ibnu Maskawaih, Tahdhib Al-Ahlak , Hlm 25
[20] - Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, ( kairo : Dar al-kutub al-misriyah, tt ) hlm.15
[21] - Ibrahim Anis , Al-Mu'jam Al-Wasith , ( kairo : Dar al-Ma'arif , 1972 ) hlm. 202
[22] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Hal. 6292. Al Maktabah Ays Syamilah
[23] - Al-Jurjani , Al-Ta'rifat, (bairut : alam al-kitab, 1987 ), Hlm.135
[24] - Ibn A'syur, al-Tahrir wa At-Tanwir, jld 29,hlm.64
[25] - Abdurrahman Hasan Al-Medani, Al-Akhlak Al-Islamiyah wa Asasuha, ( Beirut : dar al-qalam : 1992 )jilid 1, hlm.10
[26] -Lihat, Ibn Mandzur, Lisanul Arab, 11/458
[27] -
[28] - lihat Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, hlm.394, Al Maktabah Asy Syamilah
[29] - QS. Al-Fajr : 5
[30] - lihat Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, hlm.394, Al Maktabah Asy Syamilah
[31] - Al-mawardi, Adab Al-Dunya wa Al-Din,jilid 1 , halm. 3, Al Maktabah Asy Syamilah
[32] - Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Juz. 3, Hal. 393. Al Maktabah Asy Syamilah
[33] - Lihat , Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi , Syarh Aqidah Thahawiyah, hal: 339
[34] - QS Shaad : 26
[35] -QS An-Nazi'aat : 40-41
[36] - QS.Al-Jasyiyah : 23
[37] - QS.Al-Kahfi : 28
[38] - Lihat Qowa’id Wa Fawa’id minal Arba’in An-Nawawiyah, karangan Nazim Muhammad Sulthan hal. 355, Misykatul Mashabih takhrij Syaikh Al Albani, hadits no. 167, juz 1, Jami’ Al Ulum wal Hikam oleh Ibn Rajab)
[39] - Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (5225) di Kitaabul Adab, dan Ahmad (4 / 206). ImamMuslim hanya mengeluarkan bagian yang pertama saja, No (25 & 26) di Kitaabul Iimaan,juga oleh Imam Tirmidzi, No (2011) di Kitaabul Bir Wash Shilah
[40] -Ibn Qoyyim, Madarikussalikin, Jilid 3, hlm. 315
[41] - Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma, Hlm. 7
[42] - Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al- Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab al-Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz Zawaa-id (9 / 15): Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi Shahih. Dan dishahihkan uga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush Shahiihah, No (45).
[43] - QS. Al-Jumuah : 2
[44] - HR. Bukhari, kitab Zakat, bab : الاستعفاف عن المسألة (1469), Muslim, (1053 )
[45] - Ibn Qoyyim, Madarikussalikin, Jilid 3, hlm. 315
[46] - Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al- Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab al-Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz Zawaa-id (9 / 15): Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi Shahih. Dan dishahihkan uga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush Shahiihah, No (45).
[47] - basha'ir dzawi Tamyiiz , jilid2, hlm. 568
[48] - QS. Al Qolam (68): 4
[49] - Al- Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Jilid 23, Hlm. 528. Al Maktabah Asy Syamilah
[50] - Al- Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Jilid 23, Hlm. 528. Al Maktabah Asy Syamilah
[51] - lihat Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 4, hlm.429, Assyaukani, Tafsir Assyaukani, jilid 5, hlm.364
[52] - Ibid, Juz. 23, Hal.529-530. Al Maktabah Asy Syamilah
[53] - HR. Al Hakim, katanya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain, Juz. 9, Hal. 39, No hadits. 3801. Al Maktabah Asy Syamilah
[54] - QS. Asy Syu’ara: 105-110, Demikian juga Nabi Hud ‘alaihis salam mengajak kaumnya berakhlak mulia , lihat . QS. Asy Syu’ara:123-135, Nabi Shalih ‘alaihissalam pun mengajak kaumnya kepada akhlak yang mulia, lihat. QS. 26:141-147, nabi Luth ‘alaihis salam, lihat. (QS. 26:141-147)., Nabi Syu’aib ‘alaihis salam, lihat. (QS. 26:176-184).
[55] - QS. Al-Hujurat : 13
[56] - HR. Abu Daud, no. (5225) , Bazzar, no. (2746) Tabrani, no. (5313) , Baihaqi, no. (7/102).
[57] - HR. Bukhori, no. (3559), Muslim, no. (2321)
[58] - HR. Muslim, Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab Bab Tafsir Al Birr wal Itsm, Juz. 12, Hal. 403, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah
[59] - Syarh An Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, Juz. 8, Hal. 343, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah
[60] - As syaukani, Fath al-qodir, jilid 1, hlm. 128
[61] - HR. At Tirmidzi, Kitab Al Birr wasAsh Shilah ‘an Rasulillah bab Maa Ja’a fi Husnil Khuluq, Juz. 7, Hal. 286 No hadits. 1927. Katanya: shahih gharib. Syaikh Al Albany mengatakan hasan. Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi, Hal. 5, Juz. 4, no. 2004. Al Maktabah Asy Syamilah
[62] - Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Juz. 5, Hal. 252. Al Maktabah Asy Syamilah
[63] - Sunan At Tirmidzi, juz. 7, Hal. 287, no. 1928. Al Maktabah Asy syamilah
[64] - HR. At Tirmidzi, Kitab Al Bir wash Shilah ‘an Rasulillah Maa Ja’a fi Husnil Khuluq, Juz. 7, Hal. 285, no hadits. 1926. Abu Daud, Kitab Al Adab Bab Fi Husnil Khuluq, Juz.12, Hal. 421, No hadits. 4166. Juga diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan sanad jayyid,lihat Tuhfah al Ahwadzi, Juz. 5 Hal. 251, Al Mundziri berkata: juga diriwayatkan At Tirmidzi katanya: hasan shahih. Lihat ‘Aunul Ma’bud, Juz. 10, Hal. 321. Al Maktabah Asy Syamilah
[65] - Imam Abu Thayyid Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud, Juz. 10 Hal. 321, No. 4166. Al Maktabah Asy Syamilah
[66] - HR. Ahmad, (4/193 ( Ibn Abi Saibah, (5/210 ) Tabrani, (22/221 ـ 588 ) dari abi sa'labah al-husyani, dihasankan oleh Al-Bani
[67] - lihat Tahdzib al-sunan, jilid 7, hlm. 161-162)
[68] - Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam, Jilid 1, hlm. 398
[69] - HR Tirmidzi dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal rodhiallohu ‘anhu, bab الناس : ما جاء في معاشرة no. 1987, Ia berkata, “Hadits ini hasan. Dalam naskah lainnya dikatakan, hadits ini hasan shohih.
[70] - Ibn Rajab, Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam, Jilid 1, hlm. 398
[71] - Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Juz. 5, Hal. 252. Al Maktabah Asy Syamilah
Diposkan oleh Ahmad Alim,M.A di 19:26
Posting Lebih Baru BerandaSeni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-25885964485370598022012-04-28T19:30:00.001-07:002012-04-28T19:30:54.725-07:00Kumpulan Cerita Dongeng Anak-AnakKumpulan Cerita Dongeng Anak-Anak
Ini nih,,Cerita Dongeng Anak-Anak yang paling lengkap,, silahkan dibaca ya.. :)
KISAH CINDERELLA
Pada zaman dahulu kala,ada seorang gadis yang baik hati bernama Cinderella.Dia sangat baik hati dan cantik.tetapi sayang,ayahnya telah meninggal dunia.dan sepeninggal ayahnya ia tinggal bersama ibu dan saudara tirinya.setiap hari ia disiksa,dengan cara disuruh mencuci piring,mengepel lantai dan melayani mereka.
Walaupun begitu Cinderella tetap percaya bahwa suatu hari ia akan hidup bahagia.Suatu hari,seorang pangeran ingin mencari permaisuri maka diadakanlah sebuah pesta dansa besar di istana, tetapi Cinderella tidak diijinkan untuk ikut. Tetapi, Ibu Peri datang dan menolongnya. Cinderella pun disulap menjadi seorang putri cantik. Di istana, sang pangeran jatuh cinta pada Cinderella, lalu mengajaknya berdansa. Cinderella jadi lupa, bahwa ia tak boleh pulang lebih dari jam 12, karena pada jam itu semua sihir Ibu Peri berakhir. Denting lonceng pukul 12 terdengar, dan Cinderella berlari.
Tak terasa, sebelah sepatu kacanya terlepas dan tercecer di tangga istana. Sang pangeran memungutnya, dan mengumumkan barangsiapa kakinya pas dengan sepatu itu, siapapun dia, akan dia jadikan isteri. Namun, sepatu itu tidak pas di kaki siapapun yang mencobanya, termasuk 2 kakak tiri Cinderella. Cinderella lalu ikut mencoba, dan kakinya pas! Cinderella akhirnya menikah dengan Pangeran dan hidup bahagia selamanya.
KISAH SEMUT DAN MERPATI
Pada suatu hari, seekor semut yang sedang berjalan-jalan mencari makan di pinggir sungai. Ѕeperti biasa dia berjalan dengan riang dan karena kurang hati-hati tiba-tiba ia terjatuh ke dalam sungai.
Arus sungai menghanyutkannya, semut itu timbul tenggelam dan kelelahan berusaha untuk menepi tapi tidak berhasil. Seekor burung merpati yang kebetulan bertengger di ranting pohon yang melintang di atas sungai melihat semut yang hampir tenggelam dan merasa iba.
Burung merpati ini memetik daun dan menjatuhkannya didekat semut. Semut merayap naik ke atas daun dan akhirnya berhasil menyelamatkan dirinya dengan bantuan daun tersebut, mendarat di tepi sungai.
Tidak lama kemudian, sang semut melihat seorang pemburu burung sedang mengendap-endap berusaha mendekati burung merpati yang telah menolongnya tadi. Semut menyadari bahaya yang membayangi merpati yang baik tersebut, segera berlari mendekati pemburu, dan menggigit kaki sang pemburu.
Pemburu itu kesakitan dan terkejut, mengibaskan ranting yang tadinya akan digunakan untuk menangkap burung. Burung Merpati menyadari keberadaan pemburu yang sibuk mengibas-ngibaskan ranting kesakitan. Akhirnya sang burung pun terbang menyelamatkan dirinya.
KISAH SEMUT DAN KEPOMPONG
Seekor semut merayap dengan gesit di bawah sinar matahari. Memanjat pohon, dan menelusuri ranting dengan lincah. Dia sedang mencari makanan saat tiba-tiba dia melihat kepompong tergantung di selembar daun. Kepompong itu terlihat mulai bergerak-gerak sedikit, tanda apa yang ada di dalamnya akan segera keluar.
Gerakan-gerakan dari kepompong tersebut menarik perhatian semut yang baru pertama kali ini melihat kepompong yang bisa bergerak-gerak. Dia mendekat dan berkata :
“Aduh kasian sekali kamu ini” kata semut itu dengan nada antara kasihan dan menghina.
“Nasibmu malang sekali, sementara aku bisa lari kesana kemari sekehendak hatiku, dan kalau aku ingin aku bisa memanjat pohon yang tertinggi sekalipun, kamu terperangkap dalam kulitmu, hanya bisa menggerakkan sedikit saja tubuhmu”. Kepompong mendengar semua yang dikatakan oleh semut, tapi dia diam saja tidak menjawab.
Beberapa hari kemudian, saat semut kembali ketempat kepompong tersebut, dia terkejut saat melihat yang kepompong itu sudah kosong yang ada tinggal cangkangnya.
Saat dia sedang bertanya-tanya dalam hati apa yang terjadi dengan isi dari kepompong itu, tiba-tiba dia merasakan hembusan angin dan adanya kepakan sayap kupu-kupu yang indah di belakangnya.
“Wahai semut, lihatlah diriku sekarang baik-baik” kupu-kupu yang indah menyapa semut yang tertegun melihatnya.
“Akulah mahluk yang kau kasihani beberapa hari lalu ! Saat itu aku masih ada di dalam kepompong. Sekarang kau boleh sesumbar bahwa kau bisa berlari cepat dan memanjat tinggi. Tapi mungkin aku tidak akan perduli, karena aku akan terbang tinggi dan tidak mendengar apa yang kau katakan”.
Sambil berkata demikian, kupu-kupu itu terbang tinggi ke udara, meniti hembusan angin, dan dalam sekejap hilang dari pandangan sang semut.
KISAH BURUNG ELANG YANG MALANG
Alkisah pada suatu hari seorang peternak menemukan telur burung elang. Dia meletakkan telur burung elang tersebut dalam kandang ayamnya. Telur itu dierami oleh seekor induk ayam yang ada dikandang. Kemudian pada akhirnya telur elang tersebut menetas, bersamaan dengan telur-telur ayam lain yang dierami oleh induk ayam.
Elang kecil tumbuh bersama dengan anak-anak ayam yang menetas bersamaan dengannya. Dia mengikuti apa yang dikerjakan oleh anak-anak ayam tersebut, sambil mengira bahwa dia juga adalah seekor ayam. Dia ikut mencakar-cakar tanah untuk mencari cacing dan serangga. Dia menirukan suara ayam, berkotek-kotek dan bermain bersama-sama anak ayam. Kadang dia mencoba mengepakkan sayapnya tapi sekedar untuk meloncat tidak berapa jauh, seperti yang biasa dilakukan oleh anak-anak ayam yang lain. Hari-hari berlalu, tahun berganti sampai akhirnya elang ini cukup tua.
Pada suatu hari dia melihat burung terbang tinggi di atas langit. Burung itu terbang melayang dengan megah menantang angin yang bertiup kencang, tanpa mengepakkan sayap. Burung elang tersebut bertanya pada temannya, seekor ayam. “Siapakah itu yang terbang tinggi ?”
Temannya menjawab, dia adalah sang burung Elang, raja dari segala burung. Dia adalah mahluk angkasa yang bebas terbang menembus awan, kita adalah mahluk biasa yang tempatnya memang mencari makan di bumi, kita hanyalah ayam. Akhirnya elang ini melanjutkan hidupnya sebagai ayam, sampai akhir hayatnya. Dia tidak pernah menyadari siapa sejatinya dirinya, selain seekor ayam, karena itulah yang dia ketahui dan percaya sejak kecil.
KISAH NABI SULAIMAN DAN SEMUT
Sulaiman bin Daud adalah satu-satunya Nabi yang memperoleh keistimewaan dari Allah SWT sehingga bisa memahami bahasa binatang. Dia bisa bicara dengan burung Hud Hud dan juga boleh memahami bahasa semut. Dalam Al-Quran surah An Naml, ayat 18-26 adalah contoh dari sebahagian ayat yang menceritakan akan keistimewaan Nabi yang sangat kaya raya ini. Firman Allah, Dan Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia berkata, hai manusia, kami telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar suatu karunia yang nyata.
Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung, lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan) sehingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut, hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.
Maka Nabi Sulaiman tersenyum dengan tertawa kerana mendengar perkataan semut itu. Katanya, Ya Rabbi, limpahkan kepadaku karunia untuk mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku; karuniakan padaku hingga boleh mengerjakan amal soleh yang Engkau ridhai; dan masukkan aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hambaMu yang soleh. (An-Naml: 16-19)
Menurut sejumlah riwayat, pernah suatu hari Nabi Sulaiman as bertanya kepada seekor semut, Wahai semut! Berapa banyak engkau perolehi rezeki dari Allah dalam waktu satu tahun? Sebesar biji gandum, jawabnya.
Kemudian, Nabi Sulaiman memberi semut sebiji gandum lalu memeliharanya dalam sebuah botol. Setelah genap satu tahun, Sulaiman membuka botol untuk melihat nasib si semut. Namun, didapatinya si semut hanya memakan sebahagian biji gandum itu. Mengapa engkau hanya memakan sebahagian dan tidak menghabiskannya? tanya Nabi Sulaiman. Dahulu aku bertawakal dan pasrah diri kepada Allah, jawab si semut. Dengan tawakal kepada-Nya aku yakin bahawa Dia tidak akan melupakanku. Ketika aku berpasrah kepadamu, aku tidak yakin apakah engkau akan ingat kepadaku pada tahun berikutnya sehingga boleh memperoleh sebiji gandum lagi atau engkau akan lupa kepadaku. Kerana itu, aku harus tinggalkan sebahagian sebagai bekal tahun berikutnya.
Nabi Sulaiman, walaupun ia sangat kaya raya, namun kekayaannya adalah nisbi dan terbatas. Yang Maha Kaya secara mutlak hanyalah Allah SWT semata-mata. Nabi Sulaiman, meskipun sangat baik dan kasih, namun yang Maha Baik dan Maha Kasih dari seluruh pengasih hanyalah Allah SWT semata. Dalam diri Nabi Sulaiman tersimpan sifat terbatas dan kenisbian yang tidak dapat dipisahkan; sementara dalam Zat Allah sifat mutlak dan absolut.
Bagaimanapun kayanya Nabi Sulaiman, dia tetap manusia biasa yang tidak boleh sepenuhnya dijadikan tempat bergantung. Bagaimana kasihnya Nabi Sulaiman, dia adalah manusia biasa yang menyimpan kedaifan-kedaifannya tersendiri. Hal itu diketahui oleh semut Nabi Sulaiman. Kerana itu, dia masih tidak percaya kepada janji Nabi Sulaiman ke atasnya. Bukan kerana khuatir Nabi Sulaiman akan ingkar janji, namun khuatir Nabi Sulaiman tidak mampu memenuhinya lantaran sifat manusiawinya. Tawakal atau berpasrah diri bulat-bulat hanyalah kepada Allah SWT semata, bukan kepada manusia.
PAHALA HIDANGAN
Abu Ja’far bin Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia menceritakan tentang Isa. Isa berkata kepada Bani Israel, “Maukah kamu berpuasa tiga hari karena Allah. Kemudian, jika kamu memohon sesuatu kepada-Nya, niscaya Dia memberi apa yang kamu pinta, sebab pahala orang yang beramal itu bagi orang yang beramal karena Dia.” Mereka pun melakukannya, lalu berkata, “Hai pengajar kebaikan, kamu mengatakan kepada kami bahwa pahala orang yang beramal itu diberikan kepada orang yang beramal karena Dia, kamu pun menyuruh kami berpuasa selama tiga hari lalu kami melakukannya, dan tidaklah kami bekerja pada seseorang selama 30 hari melainkan dia memberi kami makanan tatkala persediaan makanan kami habis. Apakah Tuhanmu mampu menurunkan hidangan dari langit?”
Maka Isa berkata, “Bertakwalah kepada Allah, jika kamu merupakan orang-orang yang beriman.” Mereka berkata, “Kami ingin memakannya sehingga hati kami menjadi tenteram dan kami pun yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, lalu kami akan menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.”Isa putra Maryam berdoa. “Ya Allah Tuhan kami, turunkanlah suatu hidangan dari langit yang akan menjadi tanda yang menunjukkan kekuasaan-Mu; anugerahkanlah rezeki kepada kami dan Engkaulah pemberi rezeki yang paling utama.”
Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu. Barangsiapa diantara kamu kamu yang kafir sesudah itu, maka sesungguhnya Aku akan mengazabnya dengan suatu azab yang belum pernah Kutimpakan kepada seorang makhluk pun.” Ibnu Abbas melanjutkan: maka malaikat terbang membawa hidangan dari langit. Hidangan itu berisi tujuh jenis ikan dan tujuh jenis roti. Malaikat meletakkannya di hadapan mereka. Orang yang terakhir memakannya seperti halnya orang yang pertama memakannya.
Demikian pula kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas.Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ammar bin Yasir dari Nabi saw, beliau bersabda, “Hidangan itu diturunkan dari langit. Ia berisikan roti dan daging. Mereka diperintahkan supaya jangan berkhianat dan menyisakan untuk esok. Lalu mereka berkhianat dan menyimpannya. Maka mereka dialih rupakan menjadi kera dan babi.”
KISAH POHON APEL
Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yangamat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemarbermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakanapel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya diaberistirahat lalu terlelap di perdu pohon apeltersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangitempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anaktersebut.
Masa berlalu… anak lelaki itu sudah besar danmenjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskanmasanya setiap hari bermain di sekitar pohon apeltersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepadapohon apel tersebut dengan wajah yang sedih. “Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohonapel itu.” Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemarbermain dengan engkau,” jawab remaja itu.” Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untukmembelinya,” tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, ”
Kalau begitu, petiklahapel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkanuang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan.”
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagiselepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu…Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohonapel itu.”Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerjauntuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumahsebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkahkau menolongku?” Tanya anak itu.”
Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kauboleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kaubuatlah rumah daripadanya.” Pohon apel itu memberikancadangan.Lalu, remaja yang semakin dewasa itu memotong kesemuadahan pohon apel itu dan pergi dengan gembiranya. Pohon apel itu pun turut gembira tetapi kemudiannyamerasa sedih karena remaja itu tidak kembali lagiselepas itu.
Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemuipohon apel itu. Dia sebenarnya adalah anak lelaki yangpernah bermain-main dengan pohon apel itu. Dia telahmatang dan dewasa.”Marilah bermain-mainlah di sekitarku,” ajak pohonapel itu.” Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi anak lelaki yangsuka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Akumempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, akutidak mempunyai boat. Bolehkah kau menolongku?” tanyalelaki itu.”
Aku tidak mempunyai boat untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pohon ini untukdijadikan boat. Kau akan dapat belayar dengangembira,” kata pohon apel itu.Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batangpohon apel itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengangembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu. Namunbegitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakindimamah usia, datang menuju pohon apel itu. Dia adalahanak lelaki yang pernah bermain di sekitar pohon apelitu.”
Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi untukdiberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahkuuntuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangkuuntuk kau buat boat. Aku hanya ada tunggul dengan akaryang hampir mati…” kata pohon apel itu dengan nada pilu.”
Aku tidak mahu apelmu kerana aku sudah tiada bergigiuntuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana akusudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batangpohonmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, akumerasa lelah dan ingin istirahat,” jawab lelaki tua itu.”
Jika begitu, istirahatlah di perduku,” kata pohonapel itu.Lalu lelaki tua itu duduk beristirahat di perdu pohonapel itu dan beristirahat. Mereka berdua menangiskegembiraan.
Tersebut. Sebenarnya, pohon apel yang dimaksudkan didalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bilakita masih muda, kita suka bermain dengan mereka.Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuanmereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka,dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita didalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolongkita dan melakukan apa saja asalkan kita bahagia dangembira dalam hidup.Anda mungkin terfikir bahwa anak lelaki itu bersikapkejam terhadap pohon apel itu, tetapi fikirkanlah, ituhakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masa kinimelayan ibu bapa mereka. Hargailah jasa ibu bapakepada kita. Jangan hanya kita menghargai merekasemasa menyambut hari ibu dan hari bapa setiap tahun.
KISAH SEORANG SUFI
Tersebutlah seorang penganut tasawuf bernama Nidzam al-Mahmudi. Ia tinggal di sebuah kampung terpencil, dalam sebuah gubuk kecil. Istri dan anak-anaknya hidup dengan amat sederhana. Akan tetapi, semua anaknya berpikiran cerdas dan berpendidikan. Selain penduduk kampung itu, tidak ada yang tahu bahwa ia mempunyai kebun subur berhektar-hektar dan perniagaan yang kian berkembang di beberapa kota besar. Dengan kekayaan yang diputar secara mahir itu ia dapat menghidupi ratusan keluarga yg bergantung padanya. Tingkat kemakmuran para kuli dan pegawainya bahkan jauh lebih tinggi ketimbang sang majikan. Namun, Nidzam al-Mahmudi merasa amat bahagia dan damai menikmati perjalanan usianya.
Salah seorang anaknya pernah bertanya, `Mengapa Ayah tidak membangun rumah yang besar dan indah? Bukankah Ayah mampu?””Ada beberapa sebab mengapa Ayah lebih suka menempati sebuah gubuk kecil,” jawab sang sufi yang tidak terkenal itu. “Pertama, karena betapa pun besarnya rumah kita, yang kita butuhkan ternyata hanya tempat untuk duduk dan berbaring. Rumah besar sering menjadi penjara bagi penghuninya. Sehari-harian ia Cuma mengurung diri sambil menikmati keindahan istananya. Ia terlepas dari masyarakatnya. Dan ia terlepas dari alam bebas yang indah ini. Akibatnya ia akan kurang bersyukur kepada Allah.”
Anaknya yang sudah cukup dewasa itu membenarkan ucapan ayahnya dalam hati. Apalagi ketika sang Ayah melanjutkan argumentasinya, “Kedua, dengan menempati sebuah gubuk kecil, kalian akan menjadi cepat dewasa. Kalian ingin segera memisahkan diri dari orang tua supaya dapat menghuni rumah yang lebih selesa. Ketiga, kami dulu cuma berdua, Ayah dan Ibu. Kelak akan menjadi berdua lagi setelah anak-anak semuanya berumah tangga. Apalagi Ayah dan Ibu menempati rumah yang besar, bukankah kelengangan suasana akan lebih terasa dan menyiksa?”
Si anak tercenung. Alangkah bijaknya sikap sang ayah yang tampak lugu dan polos itu. Ia seorang hartawan yang kekayaannya melimpah. Akan tetapi, keringatnya setiap hari selalu bercucuran. Ia ikut mencangkul dan menuai hasil tanaman. Ia betul-betul menikmati kekayaannya dengan cara yang paling mendasar. Ia tidak melayang-layang dalam buaian harta benda sehingga sebenarnya bukan merasakan kekayaan, melainkan kepayahan semata-mata. Sebab banyak hartawan lain yang hanya bisa menghitung-hitung kekayaannya dalam bentuk angka-angka. Mereka hanya menikmati lembaran-lembaran kertas yang disangkanya kekayaan yang tiada tara. Padahal hakikatnya ia tidak menikmati apa-apa kecuali angan-angan kosongnya sendiri.
Kemudia anak itu lebih terkesima tatkala ayahnya meneruskan, “Anakku, jika aku membangun sebuah istana anggun, biayanya terlalu besar. Dan biaya sebesar itu kalau kubangunkan gubuk-gubuk kecil yang memadai untuk tempat tinggal, berapa banyak tunawisma/gelandangan bisa terangkat martabatnya menjadi warga terhormat? Ingatlah anakku, dunia ini disediakan Tuhan untuk segenap mahkluknya. Dan dunia ini cukup untuk memenuhi kebutuhan semua penghuninya. Akan tetapi, dunia ini akan menjadi sempit dan terlalu sedikit, bahkan tidak cukup, untuk memuaskan hanya keserakahan seorang manusia saja.”
MEMBUKA PINTU SORGA
Tidak seperti biasanya, hari itu Ali bin Abi Thalib pulang lebih sore menjelang asar. Fatimah binti Rasulullah menyabut kedatangan suaminya yang sehari suntuk mencari rezeki dengan sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah makin besar.
Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah. “Maaf sayangku, kali ini aku tidak membawa uang sepeserpun.”Fatimah menyahut sambil tersenyum, “Memang yang mengatur rezeki tidak duduk di pasar, bukan? Yang memiliki kuasa itu adalah Allah Ta’ala.”
“Terima kasih,” jawab Ali.
Matanya memberat lantaran istrinya begitu tawakal. Padahal persediaan dapur sudah ludes sama sekali. Toh Fatimah tidak menunjukan sikap kecewa atau sedih.Ali lalu berangkat ke masjid untuk menjalankan salat berjama’ah.
Sepulang dari sembahyang, di jalan ia dihentikan oleh seorang tua. “Maaf anak muda, betulkah engkau Ali anaknya Abu Thalib?”
Áli menjawab heran. “Ya betul. Ada apa, Tuan?”
Orang tua itu merogoh kantungnya seraya menjawab, “Dahulu ayahmu pernah kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.”Dengan gembira Ali mengambil haknya dari orang itu sebanyak 30 dinar.Tentu saja Fatimah sangat gembira memperoleh rezeki yang tidak di sangka-sangka ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan keperluan sehari-hari.Ali pun bergegas berangkat ke pasar.
Sebelum masuk ke dalam pasar, ia melihat seorang fakir menadahkan tangan, “Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah kepada saya, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.”
Tanpa pikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada orang itu.Pada waktu ia pulang dan Fatimah keheranan melihat suaminya tidak membawa apa-apa, Ali menerangkan peristiwa yang baru saja dialaminya.Fatimah, masih dalam senyum, berkata, “Keputusan kanda adalah yang juga akan saya lakukan seandainya saya yang mengalaminya. Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang di murkai-Nya, dan menutup pintu surga buat kita.”
KISAH QARUN
Qarun adalah kaum Nabi Musa, berkebangsaan Israel, dan bukan berasal dari suku Qibthi (Gypsy, bangsa Mesir). Allah mengutus Musa kepadanya seperti diutusnya Musa kepada Fir’aun dan Haman. Allah telah mengaruniai Qarun harta yang sangat banyak dan perbendaharaan yang melimpah ruah yang banyak memenuhi lemari simpanan. Perbendaharaan harta dan lemari-lemari ini sangat berat untuk diangkat karena beratnya isi kekayaan Qarun. Walaupun diangkat oleh beberapa orang lelaki kuat dan kekar pun, mereka masih kewalahan.
Qarun mempergunakan harta ini dalam kesesatan, kezaliman dan permusuhan serta membuatnya sombong. Hal ini merupakan musibah dan bencana bagi kaum kafir dan lemah di kalangan Bani Israil.Dalam memandang Qarun dan harta kekayaannya, Bani Israil terbagi atas dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok orang yang beriman kepada Allah dan lebih mengutmakan apa yang ada di sisi-Nya. Karena itu mereka tidak terpedaya oleh harta Qarun dan tidak berangan-angan ingin memilikinya. Bahkan mereka memprotes kesombongan, kesesatan dan kerusakannya serta berharap agar ia menafkahkan hartanya di jalan Allah dan memberikan kontribusi kepada hamba-hamba Allah yang lain.Adapun kelompok kedua adalah yang terpukau dan tertipu oleh harta Qarun karena mereka telah kehilangan tolok ukur nilai, landasan dan fondasi yang dapat digunakan untuk menilai Qarun dan hartanya. Mereka menganggap bahwa kekayaan Qarun merupakan bukti keridhaan dan kecintaan Allah kepadanya. Maka mereka berangan-angan ingin bernasib seperti itu.
Qarun mabuk dan terlena oleh melimpahnya darta dan kekayaan. Semua itu membuatnya buta dari kebenaran dan tuli dari nasihat-nasihat orang mukmin. Ketika mereka meminta Qarun untuk bersyukur kepada Allah atas sedala nikmat harta kekayaan dan memintanya untuk memanfaatkan hartanya dalam hal yang bermanfaat,kabaikan dan hal yang halal karena semua itu adalah harta Allah, ia justru menolak seraya mengatakan “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku”
Suatu hari, keluarlah ia kepada kaumnya dengan kemegahan dan rasa bangga, sombong dan congkaknya. Maka hancurlah hati orang fakir dan silaulah penglihatan mereka seraya berkata, “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”Akan tetapi orang-orang mukmin yang dianugerahi ilmu menasihati orang-orang yang tertipu seraya berkata, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh….”
Berlakulah sunnatullah atasnya dan murka Allah menimpanya. Hartanya menyebabkan Allah murka, menyebabkan dia hancur, dan datangnya siksa Allah. Maka Allah membenamkan harta dan rumahnya kedalam bumi, kemudian terbelah dan mengangalah bumi, maka tenggelamlah ia beserta harta yang dimilikinya dengan disaksikan oleh orang-orang Bani Israil. Tidak seorangpun yang dapat menolong dan menahannya dari bencana itu, tidak bermanfaat harta kekayaan dan perbendaharannya.
Tatkala Bani Israil melihat bencana yang menimpa Qarun dan hartanya, bertambahlah keimanan orang-orang yang beriman dan sabar. Adapaun mereka yang telah tertipu dan pernah berangan-angan seperti Qarun, akhirnya mengetahui hakikat yang sebenarnya dan terbukalah tabir, lalu mereka memuji Allah karena tidak mengalami nasib seperti Qarun. Mereka berkata, “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang mengingkari (nikmat Allah).”
KISAH SESENDOK MADU
Ada sebuah kisah simbolik yang cukup menarik untuk kita simak. Kisah iniadalah kisah tentang seorang raja dan sesendok madu. Alkisah, pada suatuketika seorang raja ingin menguji kesadaran warganya. Raja memerintahkanagar setiap orang, pada suatu malam yang telah ditetapkan, membawa sesendokmadu untuk dituangkan dalam sebuah bejana yang telah disediakan di puncakbukit ditengah kota. Seluruh warga kota pun memahami benar perintah tersebutdan menyatakan kesediaan mereka untuk melaksanakannya.
Tetapi dalam pikiran seorang warga kota (katakanlah si A) terlintas suatucara untuk mengelak, “Aku akan membawa sesendok penuh, tetapi bukan madu.Aku akan membawa air. Kegelapan malam akan melindungi dari pandangan mataseseorang. Sesendok airpun tidak akan mempengaruhi bejana yang kelak akandiisi madu oleh seluruh warga kota.”
Tibalah waktu yang telah ditetapkan. Apa kemudian terjadi? Seluruh bejanaternyata penuh dengan air. Rupanya semua warga kota berpikiran sama dengansi A. Mereka mengharapkan warga kota yang lain membawa madu sambilmembebaskan diri dari tanggung jawab.
Kisah simbolik ini dapat terjadi bahkan mungkin telah terjadi, dalamberbagai masyarakat manusia. Dari sini wajar jika agama, khususnya Islam,memberikan petunjuk-petunjuk agar kejadian seperti di atas tidak terjadi:”Katakanlah (hai Muhammad), inilah jalanku. Aku mengajak ke jalan Allahdisertai dengan pembuktian yang nyata. Aku bersama orang-orang yangmengikutiku (QS 12:108)Dalam redaksi ayat di atas tercermin bahwa seseorang harus memulai daridirinya sendiri disertai dengan pembuktian yang nyata, baru kemudian diamelibatkan pengikut-pengikutnya.
“Berperang atau berjuang di jalan Allah tidaklah dibebankan kecuali padadirimu sendiri, dan bangkitkanlah semangat orang-orang mukmin(pengikut-pengikutmu) (QS 4:84)Perhatikan kata-kata “tidaklah dibebankan kecuali pada dirimu sendiri.” NabiMuhammad saw. pernah bersabda: “Mulailah dari dirimu sendiri, kemudiansusulkanlah keluargamu.” Setiap orang menurut beliau adalah pemimpin danbertanggung jawab atas yang dipimpinnya, ini berarti bahwa setiap orangharus tampil terlebih dahulu. Sikap mental demikianlah yang dapat menjadikanbejana sang raja penuh dengan madu bukan air, apalagi racun.
————————
** Dari berbagai sumberSeni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-21908569591925148232012-04-28T19:26:00.001-07:002012-04-28T19:26:22.886-07:00Kisah Pembangkit JiwaKisah Pembangkit Jiwa
Thursday, September 21, 2006
Cerita Anak Sholeh
Keledai Pembawa Garam
Monday, June 19, 2006 - Sumber : e-smartschool.com
Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam dipunggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya. "Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi," kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. "Ah, ada sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar," kata keledai dengan gembira. Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan….
Byuur… Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban dipunggungnya semakin ringan. Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi. "Ya ampun, garamnya habis!" kata tuannya dengan marah. "Oh, maaf… garamnya larut di dalam air ya?" kata keledai.
Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya. "Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana," kata keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur…. Tentu saja garam yang ada dipunggungnya menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. "Asyik! Jadi ringan!" kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah. "Dasar keledai malas!" kata tuannya dengan geram.
Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja. Byuuur…. Namun apa yang terjadi ? Muatannya menjadi berat sekali. Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada dipunggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat dipunggungnya.
Moral : Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan yang salah akan menyebabkan kerugian bagi kita.
Sumber : ElexmediaSeni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-48160345700595619752012-04-28T19:21:00.001-07:002012-04-28T19:21:22.712-07:00Serpihan KertaskuSerpihan Kertasku
KUMPULAN ARTIKEL DARI BERBAGAI SUMBER
About Me
Foto Saya
Komarudin
View my complete profile
Calendar
Buku Tamu
ShoutMix chat widget
Rabu, 18 Maret 2009
Cerita Tiga Anak Sholeh
Pada suatu ketika ada tiga orang pemuda yang bepergian. Ditengah perjalanan mereka terpaksa bermalam didalam sebuah gua. Tiba–tiba dengan tidak terduga sebuah batu besar terjun dari atas bukit hingga menutup pintu gua itu sehingga ketiga pemuda tadi terjebak didalamnya. Didorongnya batu besar itu dengan sekuat tenaga tetapi batu tersebut tidak bergerak sama sekali.
Berkatalah salah seorang pemuda itu kepada temannya, “Sungguh tiada sesuatu yang dapat menyelamatkan kita dari bahaya ini kecuali jika kita tawasul kepada Allah tentang amal sholeh yang pernah kita lakukan. Sehingga mudah–mudahan batu besar ini dapat digeser.”
Berkatalah pemuda yang pertama, “Ya Allah, dahulu saya mempunyai ayah dan ibu yang sudah tua. Saya biasa memberi minum susu pada beliau berdua sebelum aku memberinya pada orang lain. Hingga pada suatu ketika agak kejauhan bagiku menggembala ternak. Aku tidak kembali kepada kedua orang tuaku hingga malam hari dan keduanya kudapati telah tertidur. Maka akupun segera memerah susu untuk keduanya. Saya tunggui tidurnya, tetapi beliau nyenyak istirahatnya, sehingga aku segan membangunkannya. Sementara sayapun tidak memberikan minuman susu itu kepada siapapun sebelum kepada beliau berdua. Padahal semalam itu juga anak–anakku sedang menangis minta susu tadi. Ya Allah, jika baktiku kepada kedua orang tuaku itu mendapatka ridloMu maka lapangkanlah keadaan kami ini.“ Maka didorongnya batu besar itu dan bergerak sedikit , hanya saja mereka belum bisa keluar.
Berkatalah pemuda yang kedua, “Ya Allah dahulu saya punya pacar yang amat cantik. Saya selalu merayu dan ingin berzina kepadanya, tetapi ia selalu menolak dengan keras. Hingga suatu saat keluarganya jatuh pailit. Aku sanggup menolong dari kepailitan itu, asal ia mau menyerahkan dirinya kepadaku pada malam harinya. Maka ketika saya telah berada diantara dua kakinya (siap berzina ), tiba–tiba ia berkata, “Takutlah kamu kepada Allah dan jangan kau pecahkan selaput daraku ini kecuali dengan halal.” Aku terhenyak bangun dari padanya, dan aku tetap rela membantu dari kepailitannya. Ya, Allah jika perbuatanku itu mendapatkan ridloMu maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini.” Maka didorongnya batu besar itu dan bergerak sedikit, tetapi belum cukup untuk keluar dari pintu gua itu.
Maka berkatalah pemuda yang ketiga, “Saya dulu seorang pangusaha yang banyak sekali buruh pegawaiku. Saya selalu tepat membayar upah buruhku. Hingga pada suatu saat ketika saya membayarkan upah buruh, ada seorang buruh yang tidak hadir karena ada kepentingan lain. Ia belum menerima upahnya. Maka upah buruh tadi saya kembangkan hingga bertambah–tambah, berlipat–lipat. Pada suatu ketika datanglah kepadaku si buruh tadi menanyakan akan upahnya yang belum dibayarkan olehku. Aku katakan kepadanya bahwa harta kekayaan yang ada di depannya yang berupa unta, lembu, kambing itu miliknya. Upahmu dulu aku kembangkan hingga menjadi kekayaan itu, maka ambilah semuanya. Ya, Allah jika perbuatanku itu mendapatkan ridloMu maka hindarkanlah kami dari kesempitan ini.” Maka didorongnya batu besar itu dan bergerak, sehingga cukup untuk keluar dari pintu gua itu dan keluarlah ketiganya dengan selamat.
Dari itu dapat diambil hikmah betapa besarnya faidah melakukan amal dengan tulus ikhlas berbakti kepada kedua orang tua, mengalahkan besarnya godaan hawa nafsu dan kerakusan terhadap harta (upah buruh).
Allah berfirman dalam Al Qur’an surat Al Israa', 80 :
“Ya Tuhanku , Masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar. Dan berilah kepadaku dari sisiMu kekuasaan yang menolong“Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-55240650139021254332012-04-28T19:17:00.001-07:002012-04-28T19:17:31.868-07:00Kaya = ilmunya barokah. Benarkah...?Kaya = ilmunya barokah. Benarkah...?
Diposkan oleh santri salafy menggugat NU
Si Edi (nama samaran) adalah seorang santri yang memperoleh predikat Santri Clemer. Dalam catatan pengurus pondok pada masanya, dia selalu istiqomah mengulang pelanggarannya terhadap peraturan2 pesantren. Segala model hukuman telah ditimpakan pada dia namun tidak membuatnya jera. Bahkan ditingkat pengurus pernah pula diadakan rapat koordinasi khusus membahasnya. 10 tahun kemudian si Edi dikaruniai Allah dengan keluasan rejeki, dia kaya raya dan usahanya selalu diberi keberhasilan.
Di sisi lain adalah si Ahsan (juga bukan nama sebenarnya) adalah santri yang mempunyai nilai oke di mata para pengurus pada masanya. Tingkahnya selalu mendapat pujian. Prestasinya mantab. 10 tahun kemudian ternyata dia di kasih kesempitan rejeki oleh Allah, usahanya selalu gagal.
Dengan 2 kisah diatas, biasanya kebanyakan kita sebagai santri akan berkomentar: "liat si Edi, walaupun di pondok MELER tapi ilmunya barokah, (dia kaya)". Sebaliknya "liat si Ahsan dia dulu anak baik-baik tapi ilmunya tidak manfaat, dia dikasih kesempitan hidup"
Masih umum jalan pemikiran santri mengukur barokah ilmu (manfaat ilmu) dengan kondisi hidup seseorang jika sudah boyong dari pesantren. Kalau melihat ada alumni di"kayakan" oleh Allah dianggapnya sebagai keberhasilan menuntut ilmu, jika ada yang mengalami kesulitan hidup dianggapnya sebagai kegagalan menuntut ilmu (madura: kening tola) itu adalah pandangan-pandangan salah kaprah yang sudah berlangsung lama yang perlu di LURUSkan.
Bagaimana meluruskannya? berikut adalah beberapa tips usulan saya:
1. Kita harus memahami arti ilmu manfaat / barokah. Ilmu manfaat adalah ilmu yang bisa mendekatkan si empunya kepada Allah yang mempunyai sifat Ilmu. Jelas sekali kedekatan seseorang kepada Tuhannya tidak diukur dengan materi. Bisa saja si Ahsan dalam kisah diatas adalah orang yang sangat dekat kepada Allah, dan si Edi adalah orang yang jauh. Ada juga yang mengartikan ilmu manfaat itu dengan arti ilmu yang selalu berkembang sebab diamalkan.
2. Urusan kaya / miskin materi itu adalah sama-sama merupakan ujian dari Allah. Si miskin Ahsan paham bahwa dirinya sedang diuji oleh Allah, karena dia tahu waktu dulu belajar di pondok bahwa hidup adalah ujian. Sementara si Edi tidak menyadari bahwa kekayaannya adalah ujian, karena memang tidak pernah menerima pelajaran bahwa hidup adalah ujian. dengan begitu siapa yang manfaat ilmunya...? Edi atau Ahsan?
3. Bacalah kisah-kisah para Nabi, khususnya Nabi-Nabi yang miskin tapi dekat dengan Allah.
Semoga tiga tips di atas bisa mencabut pikiran salah yang tertanam sekian lama. Wallahu a'lam.Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-56521263028081121472012-04-28T19:16:00.001-07:002012-04-28T19:16:17.903-07:00Kaya = ilmunya barokah. Benarkah...?Kaya = ilmunya barokah. Benarkah...?
Diposkan oleh santri salafy menggugat NU
Si Edi (nama samaran) adalah seorang santri yang memperoleh predikat Santri Clemer. Dalam catatan pengurus pondok pada masanya, dia selalu istiqomah mengulang pelanggarannya terhadap peraturan2 pesantren. Segala model hukuman telah ditimpakan pada dia namun tidak membuatnya jera. Bahkan ditingkat pengurus pernah pula diadakan rapat koordinasi khusus membahasnya. 10 tahun kemudian si Edi dikaruniai Allah dengan keluasan rejeki, dia kaya raya dan usahanya selalu diberi keberhasilan.
Di sisi lain adalah si Ahsan (juga bukan nama sebenarnya) adalah santri yang mempunyai nilai oke di mata para pengurus pada masanya. Tingkahnya selalu mendapat pujian. Prestasinya mantab. 10 tahun kemudian ternyata dia di kasih kesempitan rejeki oleh Allah, usahanya selalu gagal.
Dengan 2 kisah diatas, biasanya kebanyakan kita sebagai santri akan berkomentar: "liat si Edi, walaupun di pondok MELER tapi ilmunya barokah, (dia kaya)". Sebaliknya "liat si Ahsan dia dulu anak baik-baik tapi ilmunya tidak manfaat, dia dikasih kesempitan hidup"
Masih umum jalan pemikiran santri mengukur barokah ilmu (manfaat ilmu) dengan kondisi hidup seseorang jika sudah boyong dari pesantren. Kalau melihat ada alumni di"kayakan" oleh Allah dianggapnya sebagai keberhasilan menuntut ilmu, jika ada yang mengalami kesulitan hidup dianggapnya sebagai kegagalan menuntut ilmu (madura: kening tola) itu adalah pandangan-pandangan salah kaprah yang sudah berlangsung lama yang perlu di LURUSkan.
Bagaimana meluruskannya? berikut adalah beberapa tips usulan saya:
1. Kita harus memahami arti ilmu manfaat / barokah. Ilmu manfaat adalah ilmu yang bisa mendekatkan si empunya kepada Allah yang mempunyai sifat Ilmu. Jelas sekali kedekatan seseorang kepada Tuhannya tidak diukur dengan materi. Bisa saja si Ahsan dalam kisah diatas adalah orang yang sangat dekat kepada Allah, dan si Edi adalah orang yang jauh. Ada juga yang mengartikan ilmu manfaat itu dengan arti ilmu yang selalu berkembang sebab diamalkan.
2. Urusan kaya / miskin materi itu adalah sama-sama merupakan ujian dari Allah. Si miskin Ahsan paham bahwa dirinya sedang diuji oleh Allah, karena dia tahu waktu dulu belajar di pondok bahwa hidup adalah ujian. Sementara si Edi tidak menyadari bahwa kekayaannya adalah ujian, karena memang tidak pernah menerima pelajaran bahwa hidup adalah ujian. dengan begitu siapa yang manfaat ilmunya...? Edi atau Ahsan?
3. Bacalah kisah-kisah para Nabi, khususnya Nabi-Nabi yang miskin tapi dekat dengan Allah.
Semoga tiga tips di atas bisa mencabut pikiran salah yang tertanam sekian lama. Wallahu a'lam.Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-87611381566552253452012-04-28T19:12:00.001-07:002012-04-28T19:15:00.549-07:00ini bukti barokah pesantrenOleh : KH. Moh. Hafidhi, S.Sos
Pengasuh Yayasan Bustanul Ulum Jember
Alumni Al-Amien I 1983-1985
Sebuah peristiwa sering menyisakan kejadian atau kisah unik dan bahkan menakjubkan bagi banyak orang. Dalam sebuah pertemuan di gedung DPRD Jember (kini saya sebagai anggota Dewan Komisi B bidang Pendidikan di Jember), saya pernah merenungi saat hidup di Pondok Pesantren Al-Amien I Prenduan, mengabdi kepada kyai dan keluarga beliau. Termasuk pengabdian yang pernah saya lakukan adalah memelihara ayam milik (alm) Kyai Musyhab Fatawi. Termasuk juga saya jadi teringat apa saja yang diperintahkan keluarga dhalem (keluarga kyai) kepada saya.
Hanya dua tahun, 1983-1985, saya hidup di Pondok. Disana saya tidak mengenyam pendidikan formal. Kerja saya hanya diminta memelihara ayam Kyai saja. Suatu hari, Kyai pernah mendatangi saya pada saat saya memberi makan ayam. Beliau tiba-tiba menyampaikan kata-kata filosofis dan sarat makna Sufis, “Di pondok itu jangan hanya mencari ilmu, tapi pandai-pandailah mencari barokah. Karena barokah itu di masyarakat banyak manfaatnya.”
Sekarang, baru sadar tentang barokah pesantren yang di maksud Kyai. Di pesantren, barokah biasa dikaitkan dengan ilmu (baca: ilmu barokah) yang dipahami sebagai ilmu yang bermanfaat dan mempunyai nilai lebih. Artinya, meskipun kuantitasnya sedikit tetapi manfaatnya luas bagi ummat. Saya juga teringat pada mahfudhot yang sering dihafal santri Al-Amien I Prenduan kala itu, “Al-Ilmu bila amalin kasy-syajari bila tsamarin (ilmu tanpa diamalkan seperti pohon yang tidak berbuah)”. Ilmu akan musnah sedikit demi sedikit jika tidak diamalkan. Sedangkan menumpuk ilmu, tanpa mengamalkan, hanya akan menjadi beban. Sebagaimana yang diperumpamakan Allah SWT dalam Al-Qur’an bahwa orang yang mempunyai ilmu tanpa diamalkan seperti keledai yang membawa kitab dipunggungnya, tanpa mendapat manfaat sedikitpun dari kitab tersebut. Dengan kata lain, ilmu bisa dikatakan bermanfaat atau barokah jika berguna bagi diri sendiri dan juga orang lain.
Alhamdulillah, ilmu dan pengalaman hidup yang saya dapatkan di Pondok Pesantren Al-Amien I Prenduan, saya tuangkan dalam bentuk pengabdian sebagai pengasuh di Yayasan Pendidikan Islam Bustanul Ulum Pakusari Jember. Yayasan ini adalah lembaga pendidikan untuk anak yatim piatu dan fakir miskin. Lembaga pendidikan ini gratis. Dan saat ini santrinya berjumlah 1800 orang.
Saya berharap semoga apa yang saya lakukan sesuai dengan makna berokah yang dimaksud (alm) Kiai Musyhab Fatawi. Disamping itu, semoga lembaga pendidikan yatim piatu ini menjadi amal investasi untuk kehidupan akhirat kelak. Karena saya juga terharu pada perhatian Rasulullah terhadap anak yatim piatu. Beliau sungguh memperhatikan, melindungi dan menjamin kebutuhan hidup mereka, beliau berpesan dan menganjurkan kepada ummatnya dalam setiap keadaan. “aku dan pemelihara anak yatim akan berada di surga kelak”, sambil mengisyaratkan dan menyejajarkan kedua jari dan telunjuknya. Demikianlah sabda baginda Rasul SAW. (HR. Bukhori). Dalam hadits yang lain Rasulullah SAW bersabda, “sebaik-baik rumah tangga muslim ialah yang didalamnya ada anak yatim yang dilayani dengan baik”. (HR. Ibnu Majah)
Terakhir, saya berharap semoga Pondok Pesantren Al-Amien I Prenduan terus berkembang di bawah kepemimpinan Kiai Muhajiri Musyhab. Dengan tidak meninggalkan identitas asli kepesantrenan.Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-80677528756455038972012-04-28T19:11:00.001-07:002012-04-28T19:11:08.362-07:00Ilmu dan Barokah KyaiIlmu dan Barokah Kyai
Published on February 17, 2012 by MT
Entah untuk yang ke berapa kalinya aku berpapasan lagi dengan Kyai Bushiri, yang berpenampilan biasa saja, tak selayaknya ustadz-ustadz bersorban dan berbaju koko. Padahal aku sudah melintasinya tetapi obrolan yang menarik dengannya beberapa waktu lalu, membuatku berbalik langkah untuk menemuinya. Sambil ngedeprok di trotoar, kuserap kebijaksaan darinya.
ilustrasi dari Michael Harrison | e-devotion(dot)blogspot(blogspot)com
ilustrasi dari Michael Harrison | e-devotion(dot)blogspot(dot)com
Kami berdua berbincang tentang dunia pesantren pada masa lalu, di mana peran Kyai sangat penting. Pola didikan kyai masa lalu umumnya sama: selain mengajar ilmu dan hikmah dari kitab, juga menyuntikkan hikmah kehidupan melalui kegiatan nyata yang melibatkan santrinya. Misalnya saja, ada kyai yang sering mengajak santrinya memancing, mencari kayu bakar, memperbaiki kolam yang rusak, mengantar kondangan, dan macam lainnya.
Saat Kyai mengajak santrinya untuk urusan yang “sepertinya pribadi dan sepele” itulah, sebenarnya kyai sedang menanamkan kebijaksanaan hidup. Bahkan saat kyai memberikan hukuman, itu merupakan wujud kasih sayangnya terhadap santri yang bersangkutan. Saat dihukum boleh jadi santri tak mendapatkan hikmah. Baru setelah beberapa waktu (tak berbatas) sang santri akan menyadari bahwa hukuman itulah yang membuatnya lebih baik dan terjaga dalam menjalani kehidupan selanjutnya.
Belajar di pesantren bukan hanya menuntut ilmu, tapi juga mengharap barokah (berkah) kyai. Seorang santri akan merasa bahagia, bangga, saat disuruh dan atau diajak jalan bersama Kyainya. Bahkan jeweran kyai diinsyafi sebagai barokah dan wujud kepedulian kyai terhadap perkembangan pribadi santrinya.
Barokah kyai pesantren dipercaya lebih penting daripada ilmu yang diterima santri. santri yang hanya mendapatkan ilmu (tanpa barokah) akan menjadikan ilmu atau agama sebagai jubah/simbol untuk menguntungkan dirinya. Bagi santri yang berpolitik, tanpa barokah kyai kerap menjadi politikus busuk yg mudah memakai jargon agama untuk mengelabui rakyat.
Santri yang hanya mendapatkan ilmu tanpa barokah, saat menjadi pejabat biasanya akan mudah tergoda dan terjebak untuk terlibat dalam Corruption Network yang menjala-jala sejak ia belum memasuki instansi tersebut. Wajar saja jika ada gosip tentang departemen yang mengatur urusan pendidikan maupun keagamaan, tetapi di dalamnya diduga telah dikuasai jaringan koruptor.
Santri yg mendapatkan ilmu dan barokah, dapat melihat melalui mata hatinya, sehingga tak akan mudah mempercayai politikus, pejabat, bahkan presiden yg menjadikan agama sebagai topeng belaka. Tak akan terperdaya oleh mereka yang kerap melakukan agama sebagai taktik dalam negosiasi dan transaksi.
Karena itu penting bagi santri untuk mendapatkan ilmu dan barokah kyai. Dua hal itu merupakan pendidikan gaya kyai yang membentuk integritas kepribadian santri.
Demikian obrolan santaiku saat ngedeprog di pinggir jalan bersama kyai Bushiri asal Madura, yg kukenal dalam persliweran jalanku dan ia tak pernah mau dipotret.
“Banyak kyai, ulama, ustadz, atau pun Da’i yang suka dipotret dan akhirnya hanyut dalam popularitas yang membuatnya pongah. Aku berusaha menjaga diri dari godaan seperti itu.” Tutur Kyai Bushiri.Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-50964364481454366402012-04-28T19:09:00.001-07:002012-04-28T19:09:42.528-07:00Hasan dan Kucing HitamHasan dan Kucing Hitam PDF Print E-mail
User Rating: / 59
PoorBest
Friday, 16 July 2010 08:35
Pada sebuah desa, tinggallah sebuah keluarga, keluarga Pak Rahmat namanya. Pak Rahmat mempunyai tiga orang anak, yaitu Nida, Hasan, dan Husein. Semua putra pak Rahmat sudah bersekolah. Nida kelas 4 SD, Hasan kelas 2 SD, dan Husein kelas 1 SD. Dari ketiga bersaudara tersebut Hasan mempunyai sifat yang cukup berbeda dari dua saudaranya. Ia suka berbuat usil. Ia mempunyai kebiasaan mengganggu hewan peliharaan tetangga. Setiap kali ia lewat atau berjalan-jalan , dan menemui hewan selalu menggertak dan mengusirnya. “Heyya…! Huss…! Pergi kalian! Jagoan mau lewat!” teriakan Hasan membuat hewan-hewan yang didekatnya lari ketakutan. Saat sedang bermain ia juga suka mengganggu hewan-hewan seperti, kucing atau ayam. Semua hewan di sekitar rumahnya takut dengannya. Hasan pernah dijewer mbok Pinah gara-gara ayam mbok Pinah mati karena jatuh kedalam sumur setelah dikejar-kejar Hasan.
Beberapa hari kemudian, pak Rahmat mengawasi anaknya yang bermain. Hasan bermain di halaman rumah pak Sholeh bersama teman-temannya yaitu Budi, Dodi, dan Tono. Mereka sedang bermain sepakbola. Suara mereka bising, sehingga menganggu tetangga di sekitar rumah pak Sholeh. Ketika sedang bermain, seekor kucing hitam datang melintas di dekat mereka. Tanpa pikir panjang, Hasan segera mengincarnya. Ia menendang bola dengan sekuat tenaga diarahkan ke kucing hitam tersebut.
“Buk!” suara bola sangat keras mengenai kucing hitam tersebut.
“Meoong!” kucing hitam menjerit terkena bola tendangan Hasan. Suaranya melengking kesakitan, dan jatuh terpental berguling-guling di tanah.
“Ha..ha..ha..!Horee..! ” Hasan tertawa merasa puas dengan yang dilakukannya.
Dari jauh pak Rahmat menyaksikan kelakuan anaknya, menggeleng-gelengkan kepala. Akibat ulahnya banyak tanaman yang berada di sekitar rumah pak Sholeh rusak. Bahkan suatu ketika tendangan bolanya mengenai gerobak penjual bakso yang berakibat nampan, beberapa mangkuk pecah berantakan jatuh ke tanah. Hasan dan teman-temannya langsung lari sekencang-kencangnya tanpa memperdulikan teriakan penjual bakso.
“Ya Allah, berikan kesabaran padaku, dan berikan hidayah pada anak-anak tersebut. Amin!” gumam penjual bakso dalam hati. Begitulah sifat dan kelakuan Hasan setiap hari. Meskipun kedua orang tuanya selalu menasehati, tidak juga ia jera. Ia selau mengganggu semua hewan yang ia jumpai.
Hari itu, hari Jum’at. Seperti biasanya setelah pulang sekolah Hasan bermain bersama teman-temannya. Kebiasaan Hasan menggaggu hewan masih terus berlanjut setiap hari. Hari itu Hasan bermain cukup lama hampir menjelang maghrib ia baru pulang. Sampai di rumah ia langsung mandi kemudian persiapan shalat maghrib. Tidak seperti biasanya, setelah shalat maghrib biasanya ia berdzikir dan berdo’a tapi kali ini Hasan langsung pergi ke kamar. Menjelang Isya’ Husein mencari kakaknya tersebut untuk diajak shalat. Ia menuju kamar kakaknya tersebut.
“Kak, ayo shalat!” panggil Husein.
“Ya, kakak sudah tidur !” gumam Husein yang kemudian pergi begitu saja meninggalkan kakaknya yang sudah tidur.
“Bu, kak Hasan sudah tidur!” lapor Husein.
“Ya sudah, biar nanti ibu yang membangunkan untuk shalat, mungkin ia kecapean main seharian!” jawab ibu.
Dalam tidurnya, Hasan bermimpi menjadi seorang pemburu. Ia membayangkan dirinya menjadi seorang jagoan yang tidak terkalahkan. Semua hewan penghuni hutan dapat ia taklukkan. Saat ia berburu, tanpa sengaja salah satu anak panahnya mengenai seekor ular naga yang sangat besar dan ganas. Ular naga tersebut sangat marah dan menoleh ke arah Hasan. Ular naga membuka mulutnya lebar-lebardan menyemburkan hawa panas. Tiba-tiba tubuh Hasan terasa ringan dan tersedot masuk kedalam mulut ular naga tersebut. Hasan berusaha keras untuk melepaskan diri namun selalu gagal.
“Tolong …tolong…!” Hasan berteriak ketakutan. Teriakan Hasan sampai terdengar pak Rahmat. Pak Rahmat bergegas ke kamar Hasan dan membangunkannya.
“Hasan…Hasan…bangun!” “Kamu mimpi buruk ya!” Coba sekarang kamu ingat, apa kamu pernah melakukan kesalahan sehingga kamu mimpi buruk.
“Hasan tadi juga belum shalat isya kan!” “Ayo shalat dulu, nanti tidur lagi!” ajak ayahnya. Hasan masih duduk termenung dan masih teringat mimpi yang tadi ia alami.
Siang itu, ketika keluar kamar, Hasan melihat seekor kucing hitam. Tanpa pikir panjang sifat usilnya langsung keluar. Ia mengambil bola dan menendangnya ke arah kucing tersebut. Kucing terpental dan menabrak guci hingga pecah. Bolanya terus melayang dan mengenai jendela sampai pecah. Hasan ketakutan dan lari keluar rumah. Tanpa ia sengaja, Hasan menginjak seekor kucing hitam yang berada di depan pintu. “Meoong…!” Kucing langsung mencakar dan menggigit kaki Hasan. Hasan terjatuh kaget dan tidak dapat menahan kesimbangan.
“Tolong…tolong…!” teriak Hasan. Kaki Hasan luka dan mengucurkan darah. Ibu yang berada di belakang segera mendatanginya. Hasan kemudian dibawa ke rumah sakit.
“Ayah …Ibu…, badan Hasan sakit semua!” rintih Hasan.
“Hasan bersyukurlah, lukamu tidak terlalu parah. Makanya jangan suka usil lagi. Jangan suka mengganggu hewan dan menakalinya!” Pak Rahmat menasehati putranya.
“Ya ayah, maafkan Hasan. Hasan berjanji tidak akan usil lagi dan mengganggu hewan-hewan lagi!”
“Alhamdulillah, semoga Allah selalu menyayangi kita semua. Amin.Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-81135624893083549502012-04-28T19:08:00.001-07:002012-04-28T19:08:28.072-07:00Ilmu Tidak Bermanfaat dan Tidak Barokah, Mengapa ???Pages
* Beranda
Ilmu Tidak Bermanfaat dan Tidak Barokah, Mengapa ???
oleh taqin plw04 On 5 komentar
Dalam ajaran agama, menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Agama sangat menginginkan setiap ummat untuk menjadi umat yang berkualitas, yang nantinya akan berefek pada pengamalan ibadah yang sempurna dan lahirnya makhluk-makhluk yang mulia. Tetapi, ada sebagian dari kita memiliki tingkat pendidikan yang tinggi namun cermim sebagai makhluk mulia dan berkualitas belum bisa terealisasi. Apa mungkin kita terjangkit virus ILMU TIDAK BERMANFAAT DAN TIDAK BAROKAH ?, MENGAPA bisa terjadi ?
Sekarang kita perlu adakan evaluasi, apakah ada hal-hal tertentu yang kita perbuat yang dapat menyebabkan ilmu yang kita cari selama ini tidak memberikan manfaat dan tidak melimpahkan barokah kepada kita. Sekarang saya akan coba angkat beberapa hal yang kecil namun memiliki daya perusak yang luar biasa, yaitu :
1. Kesalahan Niat;
Ini merupakan faktor pertama dan utama yang sangat mempengaruhi setiap amal. Bila sejak awal kita menuntut ilmu dengan niat bukan karena memenuhi ibadah suci untuk memperbaiki kualitas diri, maka yang kita dapatkan hanyalah apa yang kita niatkan itu. Contohnya saja sejak awal kita sekolah biar enak dapat kerja, ya akhirnya hanya itu yang di dapat, iya kalau dapat, kebanyakan orang yang memilih sekolah singkat kerja cepat justru tidak bisa cepat-cepat dapat kerja. Oleh karenanya mari perbaiki niat. Dengan niat ibadah insyaalloh yang lain bakal ngikut.
2. Melakukan Kecurangan;
melakukan kecurangan di sini dalam hal peroses pencarian ilmu tadi. Contoh ketika hendak mendaftar lewat jalan pintas dengan cara menyogok. Atau ketika ujian dilakukan dengan cara mencontek. Ingatlah wahai saudaraku, sesuatu yang berasah dari yang haram tidak akan pernah membawa manfaat bagi hidup.
3. Membenci Guru;
Hal yang satu ini kadang terjadi pada sebagian kita. Apabila dalam hati sudah tertanam dalam perasaan dengaki dan benci terhadap seseorang, maka mustahil aliat tidak mungkin perkataan orang itu akan kita dengar, apalagi kita terima, iya khan ??
4. Kurang Sadar tentang manfaat ilmu untuk diri;
Apabila seseorang kurang menyadari betapa pentingnya sesuatu itu bagi dirinya, maka ia pun tidak akan serius dan sepenuh hati menghadapinya
5. Kurang usaha dan kemauan
Apabila faktor no. 4 sudah terjangkit, maka sudah menjadi suatu yang otomatis no. 5 akan terjadi.Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-11943428486076966312012-04-28T18:53:00.001-07:002012-04-28T18:53:11.789-07:00Api! Api! Api
Hari Jum`at itu, Nashrudin menjadi imam shalat Jum`at. Namun belum lama ia berkhutbah, dilihatnya para jama’ah terkantuk-kantuk, dan bahkan sebagian tertidur dengan lelap. Maka berteriaklah sang mullah, "Api! Api! Api!"
Segera saja, seisi masjid terbangun, terbelalak dengan pandangan kaget, menoleh kiri-kanan. Sebagian ada yang langsung bertanya, "Di mana apinya?"
Nashrudin meneruskan khutbahnya, seolah tak acuh kepada yang bertanya. "Api yang dahsyat di neraka, bagi mereka yang lalai dalam beribadah."
***
Di atas dikisahkan, saat sang khatib, Nashrudin, sedang berkhutbah, banyak jama’ah yang terkantuk-kantuk, bahkan tertidur. Lalu, bagaimana hukumnya? Sahkah shalat Jum`at mereka?
Secara hukum, bila seseorang telah ikut shalat Jum’at bersama imam, meskipun ia masbuq (masbuq artinya orang yang tertinggal dari melakukan takbiratul ihram bersama imam dalam shalat jama’ah), sah baginya shalat Jum`at-nya apabila masih mendapatkan ruku` bersama imam pada rakaat yang kedua pada shalat Jum`at yang sah, yakni shalat Jum`at yang terpenuhi syarat rukunnya.
Adapun dalam hal tidur pada saat khutbah Jum`at, dalam kitab Nihayah az-Zayn fi Irsyad al-Mubtadi’in, karya Imam An-Nawawi Al-Bantani, terbitan Daar al-Kutub al-Islamiyah, 2008, halaman 163, disebutkan, “Dan yang dimaksud dengan memperdengarkan khutbah kepada mereka (empat puluh orang) dengan pasti, yakni dengan mengeraskannya khathib suaranya sekira-kira mendengarnya hadirin bila mereka menyimak. Adapun mendengarkannya oleh mereka (empat puluh orang), maka adalah dengan kira-kira, sekalipun mereka tidak mendengarkannya secara pasti karena adanya suara gaduh, atau tidur yang ringan, dan lain halnya dengan karena adanya ketulian, jarak yang jauh, atau tidur yang berat....”
Dengan penjelasan di atas, orang yang mengantuk atau tertidur, yang tidak membatalkan wudhu, tetap sah shalat Jum`at-nya.
Adapun tidur yang karenanya tidak batal wudhu sehingga tetap sah shalatnya adalah yang memenuhi syarat-syarat berikut, sebagaimana disebutkan, di antaranya, dalam kitab at-Taqrirat as-Sadidah fi al-Masail al-Mufidah, karya Sayyid Hasan bin Ahmad Al-Kaf, terbitan Dar al-`Ulum al-Islamiyah, cetakan keempat, 2006, halaman 101, yaitu sebagai berikut:
“Pertama, menetapkan pantatnya di atas bumi (tempat duduknya) di mana pantat (lubang dubur)-nya itu menempel dengan bumi (tempat duduk) sekira-kira tidak mungkin angin dapat keluar darinya.
Kedua, orang yang tidur itu yang memiliki postur tubuh yang sedang, dalam arti tidak kegemukan dan tidak pula terlalu kurus.
Ketiga, bangun dalam keadaan di tempat ia tertidur (tidak berubah posisinya).
Keempat, tidak ada orang ma`shum, menurut Imam Ar-Ramli, memberitahukan keluarnya angin darinya di saat ia tidur. Namun, menurut Imam Ibnu Hajar, cukup orang adil yang memberitahukannya.” Maksudnya, bila sesorang yang adil memberitahukan bahwa ia keluar angin saat tertidur, wajib diterima pemberitahuannya itu dan batal wudhunya.Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-34351404310735056862012-04-28T18:52:00.003-07:002012-04-28T18:52:34.409-07:00Memilih Kebijaksanaan
Nashruddin berbincang-bincang dengan seorang hakim kota. Si hakim kota sering berpikir hanya dari satu sisi.
“Seandainya saja setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, ...” kata si hakim sedikit ketus.
Nashruddin buru-buru berkata, “Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukumlah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan.”
Hakim mencoba mengelak, “Tapi, coba kita lihat cendekiawan seperti Tuan. Kalau Tuan diberi pilihan, kekayaan atau kebijaksanaan, mana yang akan Tuan pilih?”
Nashruddin menjawab seketika, “Tentu saya memilih kekayaan.”
Hakim membalas sinis, “Memalukan! Tuan adalah cendekiawan yang diakui masyarakat. Dan Tuan memilih kekayaan daripada kebijaksanaan?”
Nashruddin balik bertanya, “Kalau pilihan Tuan sendiri?”
Hakim menjawab tegas, “Tentu saya memilih kebijaksanaan.”
Nashruddin berkata, “Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya.
Ibrah yang bisa kita petik dari kisah humor sufi di atas antara lain adalah adab mengkritik.
Tak ada gading yang tak retak. Sesungguhnya kesalahan dan kekhilafan merupakan sifat yang melekat pada setiap diri anak-cucu Adam. Tidak ada seorang pun yang ma'shum selain para nabi dan rasul. Oleh karena itu, setiap manusia mestinya terbuka terhadap kritik.
Meski demikian, ada etika yang patut diperhatikan oleh setiap pihak yang ingin mengkritik pihak yang dipandang bersalah. Antara lain, pertama, kritikan harus didasarkan pada ilmu. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, "Hendaknya setiap orang yang melakukan amar ma'ruf nahi mungkar adalah seorang yang alim terhadap apa yang ia katakan."
Kedua, kritikan disampaikan dengan lembut dan santun. Kelembutan dan kesantunan dalam setiap perkara akan mendatangkan kemudahan. Bersikap lembut adalah hukum yang paling mendasar dalam mengkritik, apalagi pihak yang dikritik adalah seorang tokoh yang memiliki pengikut. Bahkan kepada Fir’aun pun, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun alaihimassalam untuk menyampaikan kebenaran dengan lemah lembut, “Maka berbicaralah kalian berdua kepadanya (Fir`aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.” – QS Tha-Ha (20): 44.
Dalam mengkritik, bukan hanya substansi yang diutamakan, cara mengkritiknya pun harus dipertimbangkan. Untuk menyampaikan substansi “Tuan belum bijaksana”, Nashrudin tidak mengatakannya demikian, melainkan dengan adab yang halus dan tidak langsung, seperti kalimat di atas, “Terbukti, semua orang memilih untuk memperoleh apa yang belum dimilikinya.”
Ibrah selanjutnya, ucapan Nasruddin, “Bukan manusia yang harus mematuhi hukum, tetapi justru hukumlah yang harus disesuaikan dengan kemanusiaan”, merupakan ungkapan yang mengandung makna mendalam, menghimpun satu intisari penting dalam Islam.
Ungkapan ini bukanlah bermakna bahwa hukum boleh direkayasa untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu, melainkan bahwa hukum tidak lain diperuntukkan bagi kebaikan dan maslahat manusia. Itulah sebabnya, sebelum segala sesuatunya, hendaklah seorang penegak hukum dan semisalnya, terutama para muballigh, asatidz, guru, dan lain-lain, mengetahui hakikat manusia dan kemanusiaan itu sendiri, agar tidak salah, terutama, dalam menyikapi dan memperlakukan munusia.
Mengenai hakikat ini, Habib Ali Al-Jufri, dalam satu makalahnya yang berjudul Al-Huriyyah fi al-Manzhur al-Islamy bayn an-Nisbiyyah wa al-Ithlaq, pada harian Al-Mishr Al-Yaum, edisi Senin, 6 Ramadhan 1428 H/17 September 2007 M, mengutip firman Allah SWT, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’
Mereka berkata, ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’
Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui’.” -- QS Al-Baqarah (2): 30.
Setelah itu beliau menjelaskan, “Perhatikanlah ayat yang menjelaskan ihwal dijadikannya manusia sebagai khalifah di bumi dan ketakutan para malaikat terhadap manusia di atas muka bumi yang akan menyebabkan terjadinya kerusakan dan pertumpahan darah.
Dengan memperhatikan ayat ini, akan dapat diketahui hikmah dari dipilihnya manusia sebagai khalifah dari awal mula Allah berfirman kepada para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kalian ketahui’.”
Makna firman Allah ‘Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kalian ketahui’ tidaklah menafikan terhadap pemahaman para malaikat bahwa manusia akan berbuat kerusakan dan pertumpahan darah di muka bumi ini. Melainkan sebagai penetapan terhadap suatu hakikat yang sangat berharga dan penting, yaitu bahwa keberadaan manusia dan kekhilafahannya di bumi, bukanlah bumi itu sendiri yang menjadi maksud dan tujuannya, akan tetapi yang menjadi tujuannya adalah justru manusia.
Bila yang dituju dan yang dimaksud oleh Allah adalah bumi, pastilah Allah akan memilih hamba-hamba-Nya yang akan memakmurkan bumi dengan sebaik-baiknya dan tidak berbuat kerusakan atau berusaha merusaknya. Memakmurkan bumi bukanlah tujuan hakiki, melainkan sebagai perantara untuk mencapai tujuan, yakni terwujudnya penghambaan dengan sebenar-benarnya dari manusia kepada Allah SWT.
Itulah sebabnya, Allah SWT tidak mencegah adanya berbagai bentuk dan beraneka macam rupa perbuatan dalam mengisi bumi dari orang-orang yang menentang perintah-Nya, bahkan dari orang-orang yang mengingkari sama sekali terhadap adanya Allah SAW. Karena orang-orang yang mengingkari terhadap wujud Allah sekalipun tidak lain adalah pemegang gambaran khilafah dari Allah SWT. Akan tetapi, hakikat khilafah itu sendiri tercegah dari mereka. Dan bentuk tercegahnya hakikat khilafah itu dari mereka yaitu tercegahnya tujuan yang ada di balik gambaran khilafah tersebut, yakni memakmurkan bumi dengan cara yang sesuai dengan tuntutan kehendak Sang Pencipta langit dan bumi, petunjuk-petunjuk-Nya, dan juga segala perintah-Nya.”
Setelah memahami secara singkat perihal hakikat penciptaan manusia sebagai khalifah di atas muka bumi, dapatlah kita menyimpulkan bahwa keberhasilan lahiriah bukanlah tujuan utama bagi manusia dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah di muka bumi. Tujuan utamanya adalah terwujudnya penghambaan yang sebenar-benarnya kepada Allah SWT.
Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad, dalam kitabnya, Risalah al-Mu`awnah wa al-Muzhaharah wa al-Mu’azarah li al-Raghibin min al-Mu’minin fi Suluk Thariq al-Akhirah, Dar al-Kutub al-Islamiyah, cetakan pertama 1431 H/2010 M, halaman 21, menukil sebuah hadits Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Manusia itu ada empat golongan: Seseorang yang dikaruniai Allah ilmu dan harta dan orang itu menggunakan hartanya dengan ilmunya. Kemudian seseorang yang lain berkata, ‘Bila saja Allah mengaruniaku seperti yang dikaruniakan kepada orang itu, niscaya aku akan berbuat seperti apa yang ia perbuat.’ Maka kedua orang tersebut sama dalam hal pahala. Dan seseorang yang dikaruniai harta oleh Allah SWT namun tidak dikaruniai ilmu lalu orang tersebut berbuat keburukan dengan hartanya karena kebodohannya. Kemudian seseorag yang lain berkata, ‘Bila saja Allah mengaruniaku seperti yang dikaruniakan kepada orang itu, niscaya aku akan berbuat seperti apa yang ia perbuat. Maka kedua orang tersebut sama dalam hal dosanya’.”
Hadits ini dengan jelas menegaskan, seseorang dengan niatnya yang tulus karena Allah SWT dalam suatu bentuk ibadah, meskipun ia belum dan bahkan tidak melakukannya, yang pada hakikatnya adalah ridha dengan takdir Allah SWT, niscaya akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang berniat dan juga melakukannya, dan demikian pula sebaliknya. Karena, terlaksananya niat dalam wujud perbuatan, semuanya tidak lain adalah semata-mata karunia dan pemberian Allah, sama sekali bukan wilayah kemampuan manusia. Yang dituntut dari manusia hanyalah mengarahkan kehendaknya kepada apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dalam sebuah proses yang disebut sunatullah. Adapun hasilnya diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.
Setelah memahami hakikat-hakikat di atas, dapatlah dimengerti bahwa pengandaian sang hakim, “Seandainya saja setiap orang mau mematuhi hukum dan etika, ...” bukanlah pemikiran yang bijak. Karena, bahkan, sesungguhnya Allah pun tidak menghendaki semua makhluk-Nya taat dan patuh kepada-Nya. Kebijaksanaan yang sesungguhnya adalah di saat seorang hamba mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi yang taat kepada Tuhannya sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya sebagaimana dibawa dan dicontohkan oleh Baginda Nabi Muhammad SAW, baik dalam muamalahnya terhadap Tuhannya, dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Itulah inti perkataan Nasruddin di atas.
Wallahu a`lam bishshawab.
Tim alKisahSeni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-5616592459578690602012-04-28T18:52:00.001-07:002012-04-28T18:52:04.293-07:00Pindah Rumah
Seorang pencuri memasuki rumah Nashrudin dan membawa hampir semua harta benda sang mullah ke rumahnya.
Nashrudin melihat semua kejadian itu dari ujung jalan.
Beberapa menit setelah itu, ia mengambil selimut, pergi ke rumah si pencuri, mendahuluinya pulang.
Ketika sampai di rumah si pencuri, Nashrudin berbaring, pura-pura tidur di rumah si pencuri itu.
“Siapa kamu, dan apa yang kamu lakukan di sini?” tanya si pencuri terkejut bercampur heran karena ada orang yang tak dikenalnya.
“Lho, bukannya kita sedang pindah rumah?”
Salah satu ibrah yang dapat kita petik dari kisah di atas adalah memberikan pelajaran kepada seseorang dengan membuatnya mengalaminya sendiri. Atau, dengan bahasa gampangnya, membuat orang lain berempati.
Misalnya, kisah pemuda yang kepada Rasulullah SAW menyatakan keinginannya untuk berzina.
Alkisah, ada seorang pemuda datang kepada Rasulullah, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, izinkanlah aku untuk berbuat zina.”
Tiba-tiba, ada beberapa sahabat yang menghampiri dan menegurnya, "Diam!"
Kemudian Rasulullah berkata kepada para sahabat, "Dekatkan ia kepadaku."
Para sahabat menyuruh pemuda itu mendekat kepada Nabi.
Pemuda itu pun mendekat kepada beliau.
Setelah ia duduk, Rasulullah bertanya, "Apakah kamu rela apabila ada orang menzinai ibumu?"
Ia menjawab, "Tidak, demi Allah. Semoga Allah SWT menjadikan aku tebusan bagimu." Kata-kata "tebusan bagimu" dalam tradisi Arab digunakan untuk memperkuat ungkapan sumpah.
Rasulullah berkata, "Orang lain pun tidak rela apabila ada orang menzinai ibunya."
Rasulullah bertanya lagi, "Apakah kamu rela apabila ada orang menzinai putrimu?"
Ia menjawab, "Tidak, demi Allah. Semoga Allah SWT menjadikan aku tebusan bagimu."
Dan Rasulullah berkata lagi, "Orang lain pun tidak rela apabila ada orang menzinai putrinya."
Kembali Rasulullah bertanya, "Apakah kamu rela apabila ada orang menzinai saudarimu?"
Ia menjawab, "Tidak, demi Allah. Semoga Allah SWT menjadikan aku tebusan bagimu."
Rasulullah berkata, "Orang lain pun tidak rela apabila ada orang menzinai saudarinya…."
Lalu Rasulullah meletakkan tangannya kepada pemuda tadi sambil berdoa, "Ya Allah SWT, ampunilah ia atas dosanya, sucikanlah hatinya, dan jagalah kemaluannya."
Setelah peristiwa itu, pemuda tadi tidak berpikir untuk berbuat zina lagi. Ia bertaubat.
Orang yang normal tentu tidak akan rela bila ibunya, putrinya, atau saudari perempuannya, dizinai. Nah, dalam kisah di atas, Rasulullah memancing empati pemuda itu dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengandaikan pemuda tersebut dalam posisi anak ibu yang dizinai, ayah putri yang dizinahi, atau saudara laki-laki saudari perempuan yang dizinahi. Dan ternyata pancingan beliau berhasil, pemuda itu sadar dan kemudian tidak pernah lagi terlintas dalam pikirannya untuk berbuat zina.
Demikian pula yang dilakukan Nashrudin. Ia berusaha membuat si pencuri berempati kepadanya, bagaimana kalau yang dicuri adalah barang-barang si pencuri itu sendiri.
Empati, dalam ajaran Islam, adalah ajaran yang sangat nyata. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang bagaikan satu tubuh. Apabila satu anggota badan merintih kesakitan, sekujur badan akan merasakan panas dan demam.” (HR Muslim).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dalam kitab At-Targhib juz II/217-218, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur nyenyak dan kenyang di malam hari sementara tetangganya kelaparan padahal ia mengetahui hal itu."
Alangkah indahnya kehidupan ini bila umat Islam menerapkan ajaran ini. Islam rahmatan lil ‘alamin, Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Dan rahmat yang hakiki adalah kasih sayang yang terdalam terhadap semua makhluk Allah SWT, yang karena itu Nabi SAW diutus ke muka bumi.
Allah SWT berfirman, "Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Mu'minun: 107).
Selain itu kasih sayang terhadap makhluk merupakan syarat utama untuk mendapatkan kasih sayang Sang Pemilik segala kasih sayang. Nabi SAW bersabda, "Sayangilah makhluk yang di bumi, maka Dzat yang ada di langit akan menyayangimu.” (HR Imam Thabrani).
“Barang siapa tidak menyayangi orang lain, Allah tidak akan menyayanginya.” (HR Imam Thabrani).
"Sifat penyayang tidak akan dicabut kecuali dari orang-orang yang celaka.” (HR Bukhari).
Kasih sayang seseorang merupakan barometer keimanannya kepada Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, "Kalian tidak akan beriman sehingga kalian menyayangi."
Bahkan empati yang diajarkan Islam, cakupannya lebih luas. Tidak hanya kepada sesama muslim.
Para sahabat pun bertanya, "Wahai Rasulullah, secara keseluruhan kami ini penyayang."
Beliau menjawab, “Kasih sayang bukan kepada teman saja, tetapi kepada manusia seluruhnya.” (HR Imam Thabrani).
Dari hadits itu jelas, Islam mengajarkan agar kita berempati kepada orang lain. Dan empati dalam hal ini adalah terhadap sesama manusia. Tidak pandang suku, ras, bangsa, atau bahkan agama.
Semoga Allah menjadikan kita ke dalam golongan umat Nabi SAW yang hatinya dipenuhi dengan kasih sayang. Amin....
Tim alKisahSeni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-42646977834710957192012-04-28T18:51:00.001-07:002012-04-28T18:51:25.791-07:00Malah Mendapat Hadiah
Pada suatu siang Abu Nawas berada di istana ketika Raja Harun Ar-Rasyid sedang sibuk menerima rombongan tamu dari kerajaan sahabat. Saat itu hanya ada dua orang pelayan. Abu Nawas diminta untuk membantu kedua pelayan itu.
Ketika Abu Nawas sedang membawa semangkuk gulai yang masih panas untuk hidangan siang, tiba-tiba kakinya terpeleset. Gulai yang dibawanya pun tumpah dan sebagian mengenai muka sang raja.
Sebenarnya Raja sangat marah atas kejadian tersebut. Tetapi karena banyak tamu, ia tahan kemarahannya.
“Maafkan, Tuan-tuan, atas kelakuan pelayan kami yang kurang ajar tadi,” kata Raja.
Dari balik pintu tiba-tiba Abu Nawas membaca sepotong ayat Al-Qur’an, “.... Orang-orang yang bertaqwa, yaitu mereka yang menafkahkan hartanya, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya....”
“Ya, aku memang sedang menahan amarah,” sahut sang raja.
“Dan memaafkan atas kesalahan orang...,” Abu Nawas meneruskan pembacaan ayat.
“Baik, aku memaafkanmu atas kesalahanmu,” sahut Raja.
“Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan (QS Ali Imran: 133-134),” Abu Nawas mengakhiri pembacaan ayat itu.
“Hai pelayan, kemari! Ini terimalah uang lima ratus dirham sebagai hadiah,” kata Raja. “Lain kali, tolong kamu siram lagi mukaku dengan gulai, biar kamu bisa menerima hadiah lebih besar lagi dariku.”
***
Salah satu ibrah yang bisa kita petik dari kisah di atas adalah kemuliaan menahan amarah.
Mungkin ada sebagian orang yang menganggap, orang yang bisa mengumbar amarah adalah orang yang kuat. Tidak, tidak demikian.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, “Bukanlah kuat itu dengan mengalahkan musuh saat bergulat, akan tetapi kuat itu adalah orang yang bisa menguasai dirinya tatkala marah.” (HR Bukhari Muslim dan Imam Ahmad).
Pada suatu hari, Nabi melewati sekelompok kaum yang saling bergulat, maka beliau bertanya, “Apakah ini?”
Mereka menjawab, “Dia pegulat yang kuat, tidaklah seorang pun yang bergulat dengannya kecuali dia mengalahkannya.”
Kemudian beliau berkata, “Aku tunjukkan kepada kalian orang yang lebih kuat darinya, yaitu seorang yang dizhalimi namun ia menahan kemarahannya. Ia mengalahkan orang yang menzhaliminya dan mengalahkan setan yang ada pada dirinya serta mengalahkan setan yang ada pada saudaranya.” (HR Al-Bazzar).
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman, “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya hal demikian itu termasuk keteguhan yang kuat.” (QS As-Syura’: 43).
Jelas dari kedua hadits dan surah Al-Qur’an di atas, justru orang yang mampu menguasai dirinya saat marah adalah orang yang kuat. Bukan orang yang mengumbar amarah dengan berteriak-teriak, mencaci maki, dan sebagainya, misalnya. Sebagaimana yang sering kita saksikan akhir-akhir ini, yang mungkin saja di antara pelakunya adalah saudara kita juga, umat Islam. Di jalanan, bahkan di televisi, yang ditonton seluruh rakyat negeri ini, juga dunia.
Tentu tidak berarti kita anti demo, karena adanya demonstrasi adalah salah satu ciri negeri yang demokratis. Hanya saja, demo yang Islami adalah demo yang tidak mencaci maki, karena Islam tidak pernah mengajarkan kepada umatnya hal yang demikian. Apalagi demo yang anarkis, karena Islam tidak pernah mengajarkan kepada penganutnya untuk merusak.
Bagi mereka yang mampu menahan amarah, Allah telah menyediakan ganjaran. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa menahan kemarahannya sedangkan ia mampu untuk melakukannya, Allah Azza wa Jalla akan menyeru dia di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat untuk dipilihkan baginya bidadari yang dikehendakinya.” (HR Abu Daud).
Rasulullah juga bersabda, “Janganlah marah, maka bagimu adalah surga.” (Hadits shahih Al-Jami’).
Lebih dari itu semua, menahan amarah adalah perintah Nabi SAW. Dan karena itu perintah Nabi, tentu kita semua, sebagai umatnya, mesti melaksanakan.
Disebutkan dalam hadits, seorang lelaki berkata kepada Nabi SAW, “Berilah aku wasiat.”
Beliau berkata, “Janganlah marah.”
Tahap selanjutnya, setelah mampu menahan amarah, yaitu memaafkan. Allah berfirman, “Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya secara sembunyi dan terang-terangan dan orang yang menahan kemarahan serta memaafkan orang lain, sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” (QS Ali Imran:134). “Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS Al-A’raf: 199).
Sering kita saksikan di televisi beberapa ahli mengatakan bahwa serang-menyerang antar-rezim terjadi karena dendam sejarah.
Seseorang, atau bahkan rezim, kalau bersalah memang boleh diadili, atau mungkin harus diadili. Tapi dasarnya mestinya adalah upaya penegakan hukum dan keadilan, bukan dendam. Jika dendam yang dijadikan dasar, kesalahan yang kecil pun bisa terlihat besar. Seorang bijak mengatakan, dendam itu ibarat batu kerikil yang meluncur di lembah yang bersalju. Makin jauh, akan makin membesar.
Seseorang, atau bahkan rezim, kalau bersalah memang boleh diadili, atau mungkin harus diadili. Tapi, bukankah memaafkan itu lebih mulia?
Dalam konteks negeri ini, bisakah kita menutup semua lembaran sejarah kelabu masa lalu? Bisakah kita cukup menjadikannya sebagai pelajaran?
Demi membangun Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang penuh kedamaian, bisakah kita menjadikan langkah kita sekarang ini sebagai langkah awal yang terbebas dari segala macam konflik, atau setidaknya meminimalisir? Kalau kita ikhlas, mau, dan mampu mengendalikan sifat marah, jawabannya jelas: Bisa!
Mengatasi Kemarahan
Untuk mengatasi kemarahan, Islam memberikan petunjuk.
Pertama, berlindung kepada Allah dari godaan setan. Karena, di samping nafsu yang ada dalam diri kita, peran setan juga sangat dominan dalam membangkitkan amarah. Rasulullah SAW bersabda, “Aku mengetahui satu kalimat yang, seandainya diucapkan, niscaya akan hilanglah gejolak yang ada pada diri:
أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ
“Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.” (HR Bukhari-Muslim).
Kedua, diam, tidak berbicara. “Apabila salah seorang di antara kalian marah, hendaklah diam.” (HR Imam Ahmad).
Ketiga, tinggalkan tempat, berdirilah, lalu pergi.
Keempat, bersikap tenang, duduk apabila sedang berdiri, atau tidur telentang bilamana sedang duduk. Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang di antara kalian marah sedangkan dia berdiri, hendaklah dia duduk, agar kemarahannya hilang. Apabila masih belum mereda, hendaklah berbaring.” (HR Abu Daud).
Kelima, berwudhu. Nabi bersabda, “Marah itu adalah bara api, maka padamkanlah dia dengan berwudhu’.” (HR. Al-Baihaqi).
Keenam, shalat. "Penghapus setiap perselisihan adalah dua raka’at (shalat sunnah).” (HR Silsilah Hadits Shahihah).
Marah yang Terpuji
Pada umumnya marah memang tercela, tapi ada pula yang terpuji. Misalnya marah karena ajaran-ajaran Allah dihinakan.
Kasus Ahmadiyah, misalnya. Dalam aqidah Islam, jelas, tidak ada nabi lagi setelah Nabi Muhammad SAW. Pengakuan Ahmadiyah bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi dapat dikategorikan sebagai penistaan terhadap ajaran Islam.
Tim alKisahSeni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-61906827424682248482012-04-28T08:40:00.001-07:002012-04-28T19:35:18.264-07:00akhlakAdapun skemanya sebagai berikut :
JIWA
FIKIRAN
TINDAKAN
HATI
KEBIASAAN
PERJALANAN HIDUP
AKHLAK
BAB 111 : FAKTOR PENDORONG AKHLAK
1. Akal
Akal secara bahasa dari mashdar Ya’qilu, ‘Aqala, ‘Aqlaa, jika dia menahan dan memegang erat apa yang dia ketahui.[26] Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata :
" Kata akal, menahan, mengekang, menjaga dan semacamnya adalah lawan dari kata melepas, membiarkan, menelantarkan, dan semacamnya. Keduanya nampak pada jisim yang nampak untuk jisim yang nampak, dan terdapat pada hati untuk ilmu batin, maka akal adalah menahan dan memegang erat ilmu, yang mengharuskan untuk mengikutinya. Karena inilah maka lafadz akal dimuthlakkan pada berakal dengan ilmu" .[27]
Akal bisa juga disebut Hijr yang memiliki makna pembatas yang membatasi seseorang terjatuh kejurang kemungkaran. Menurut Ibn Kastir kamar rumah dalam bahasa arab disebut Hijr, karena membatasi aib dari penglihatan. [28] Diantaranya firman Allah :
هَلْ فِي ذَلِكَ قَسَمٌ لِذِي حِجْرٍ
Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal. [29]
Ibn Kastir berkata :
أي: لذي عقل ولب ودين وإنما سمي العقل حجْرًا لأنه يمنع الإنسان من تعاطي ما لا يليق به من الأفعال والأقوال
" Maksud dari kata " Hijr " adalah orang yang memiliki akal, nurani, agama, sesungguhnya akal disebut "hijr" karena akal mencegah manusia dari perbuatan yang tidak layak, baik dari tindakan maupun ucapan " .[30]
Imam Al-Mawardi memberi perhatian khusus tentang pentingnya peran akal ini, sehingga beliau meletakkan bab tentang keutamaan akal pada bab pertama dalam kitabnya Adab Al-Dunya wa Al-Din, beliau menegaskan :
اعْلَمْ أَنَّ لِكُلِّ فَضِيلَةٍ أُسًّا وَلِكُلِّ أَدَبٍ يَنْبُوعًا ، وَأُسُّ الْفَضَائِلِ وَيَنْبُوعُ الْآدَابِ هُوَ الْعَقْلُ
" Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap keutamaan memiliki inti dan setiap adab memiliki sumber, dan inti keutamaan dan sumber adab adalah akal …"[31]
Sementara itu, Hujjatul Islam Imam al Ghazali, mengakui bahwa akal merupakan faktor pendorong akhlak menuju kebaikan , beliau berkata :
وإنما الأخلاق الجميلة يراد بها العلم والعقل والعفة والشجاعة والتقوى والكرم وسائر خلال الخير، وشيء من هذه الصفات لا يدرك بالحواس الخمس بل يدرك بنور البصيرة الباطنة
“Sesungguhnya, yang dimaksudkan dengan akhlak yang indah adalah ilmu, akal, ‘iffah (rasa malu berbuat dosa), keberanian, taqwa, kemuliaan, dan semua perkara yang baik, dan semua sifat-sifat ini tidak hanya ditampilkan oleh panca indera yang lima, tetapi juga oleh cahaya mata hati dan batin.”[32]
2. Hawa nafsu
Hawa nafsu mengandung pengertian kecondongan jiwa yang mendorong manusia untuk berakhlak menyimpang, baik yang berupa syahwat maupun syubhat, sebagaimana yang ditegaskan Imam Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi dalam Syarh Aqidah Thahawiyah.[33]. hal itu sebagaimana firman Allah :
وَلَا تَتَّبِعِ الْهَوَى فَيُضِلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ
''Dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, niscaya ia akan menyesatkan engkau dari jalan Allah.'' [34]
Ayat di atas mengandung perintah kepada kita untuk mengekang hawa nafsu. Karena nafsu adalah pendorong utama menuju kesesatan.
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
Dan adapun orang yang takut akan kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari hawa nafsunya, maka sesungguhnya surga itulah tempat tinggalnya.''[35]
أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
Maka pernahkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuannya dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan penutup atas penglihatannya? Maka siapakah yang mampu memberinya petunjuk setelah Allah (membiarkannya sesat)? Mengapa kamu tidak mengambil pengajaran).[36]
وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا
Bersabarlah kamu bersama orang-orang yang menyeru tuhanNYA pada pagi dan petang dengan mengharap keredhaannya dan jangan kedua matamu berpaling dari mereka kerana mengharapkan perhiasan kehidupan duniawi. Jangan sesekali mentaati orang-orang yang hatinya telah kami lalaikan dari mengingati kami serta menurut hawa nafsunya dan ia keadaannya ia sudah terlalu melampaui batas.[37]
.
عَنْ أَبِي مُحَمَّدٍ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم : لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ [حَديثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ وَرَوَيْنَاهُ فِي كِتَابِ الْحُجَّة بإسنادٍ صحيحٍ ]
Dari Abu Muhammad Abdillah bin Amr bin ‘Ash radhiallahuanhuma dia berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : "Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa “ Hadits hasan shahih dan kami riwayatkan dari kitab Al Hujjah dengan sanad yang shahih.[38]
BAB 1V : AKHLAK ANTARA SIFAT ALAMI DAN USAHA
Akhlaq ada yang merupakan tabiat atau ketetapan asli ( al maurus/al jibiliyyah/thabi'ah ) , ada juga yang bisa diupayakan dengan jalan berusaha ( al muktasabah ). Hal itu sebagaimana Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepada Asyajj 'Abdul Qais:
إن فيك لخلقين يحبهما الله : الحلم والأناة ، يا رسول الله , أهما خلقان تخلقت بهما , أم جبلني الله عليهما ، قال : بل جبلك الله عليهما ، قال : الحمد لله الذي جبلني على خلقين يحبهما ورسوله
"Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allah sukai;sifat santun dan tidak tergesa-gesa"Ia berkata: ”Wahai Rasulullah, Apakah kedua akhlaq tersebut merupakanhasil usahaku, atau Allah-kah yang telah menetapkan keduanyapadaku?”Beliau menjawab: "Allahlah yang telah mengaruniakan keduanya padamu".Kemudian ia berkata:”Segala puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlaq yangdicintai oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya”.[39]
Ibn Qoyyim dalam kitab Madarijussalikin berkata :
فدل على أن من الخلق ما هو طبيعة وجبلَّة وما هو مكتسب
Hadist ini menunjukkan bahwa sesungguhnya diantara akhlak ada yang tabi'at atau sifat alami dan ada pula sifat yang diusahakan.[40]
Senada dengan Ibn Qoyyim, Muhammad bin Sholeh Ustaimin menambahkan bahwa dari hadist ini menunjukan bahwa akhlaq mulia bisa berupa perilaku alami (yakni karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya-pent) dan juga dapat berupa sifat yang dapat diusahakan atau diupayakan. Akan tetapi, tidakdiragukan lagi bahwa sifat yang alami tentu lebih baik dari sifat yang diusahakan. Karena akhlaq yang baik jika bersifat alamiakan menjadi perangai dan kebiasaan bagi seseorang. Ia tidak membutuhkan sikap berlebih - lebihan dalam membiasakannya. Juga tidak membutuhkan tenaga dan kesulitan dalammenghadirkannya. Akan tetapi, ini adalah karunia dari AllahSubhanahu wa Ta’ala yang Ia diberikan kepada seorang hambayang dikehendaki oleh-Nya.[41]
Adapun yang terhalang dari tabiat alami, maka sangat mungkin baginya untuk memperolehnya dengan jalan berusaha dan berupaya untuk membiasakannya, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa diantara salah satu tujuan dari diutusnya beliau adalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: sebagaimana tercantum dalam sabdanya :
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”[42]
Hadist ini menunjukkan usaha Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam untuk merubah akhlak yang buruk menuju akhlak yang mulia, hal itu juga dikuatkan oleh firman Allah :
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata,[43]
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: إِنَّ نَاسًا مِنْ الأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُم، ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ، ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ، حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ: (مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ، وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ،وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ
Dari Abi Sa'id Al-Khudri, berkata : Sesungguhnya sekelompok orang dari sahabat anshar meminta sesuatu dari rasulallah saw, kemudin beliau memberinya, kemudian mereka meminta lagi dan Rasullah saw memberinya lagi, sehingga semua habis . maka Rasulallah bersabda : apa saja yang aku miliki dari kebaikan maka aku tidak pernah menyimpannya dari kalian, barang siapa menjaga sifat iffah maka Allah akan memberikannya, dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allah mencukupinya, barangsiapa mencoba untuk sabar maka Allah akan menyabarkannya, dan tidaklah seseorang diberikan pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.[44]
Ibn Qoyyim mengomentari hadis ini, dan berkata :
فإن قلت: هل يمكن أن يقع الخُلق كسبيا أو هو أمر خارج عن الكسب؟ قلت: يمكن أن يقع كسبيا بالتخلق والتكلُّف حتى يصير له سجيةً وملكة
Jika kamu bertanya , apakah mungkin akhlak bisa diusahakan ataukah dia tidak bisa diusahakan ?, maka aku jawab : ya mungkin , akhlak bisa diusahakan dan dipaksakan, sehingga menjadi sebuah karakter dan malakah.[45]
BAB V : URGENSI AKHLAK DALAM AL-QUR'AN DAN AL-HADIST
Akhlak sebagai misi Nabi Muhammad saw
إنما بعثت لأتمم مكارم الأخلاق
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”[46]
Al-Fairuz Abadi berkata :
واعلم أن الدين كلّه خلق، فمن زاد عليك في الخلق زاد عليك في الدين
Ingatlah sesungguhnya agama adalah akhlak secara keseluruhan, barangsiapa yang menambah tasmu akhlak maka bertambah pula atasmu agama.[47]
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Dan seseungguhnya engkau (Muhammad), benar-benar berbudi pekerti agung.[48]
Berkata Imam Abu Ja’far bin Jarir Ath Thabari Rahimahullah :
وإنك يا محمد لعلى أدب عظيم، وذلك أدب القرآن الذي أدّبه الله به، وهو الإسلام وشرائعه.
“Sesungguhnya engkau, wahai Muhammad, benar-benar di atas adab (etika) yang mulia, itulah adab Al Quran yang dengannya Allah telah mendidiknya, yakni (adab) Islam dan syariat-syariatnya.[49]
Ucapan Imam Ibnu Jarir ini merupakan rangkuman dari berbagai tafsir tentang makna ‘Khuluqun ‘Azhim’, yang dimaknai oleh Ibnu Abbas, Mujahid, Adh Dhahak, dan Ibnu Zaid, di mana mereka mengartikannya dengan makna ‘agama mulia’, yakni Islam. Sedangkan ‘Athiyah memaknainya dengan ‘Adabul Qur’anetika al Quran)’[50]. Ibn Kastir dan Assyaukani menambahkan dengan makna ' tabi'at yang mulia ( al-tab'u al-karim ) serta adab yang agung ( al-adab al-adzim )'[51] . [52] Sementara itu, Aisyah Radhiallahu ‘Anha memaknai ayat ‘sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti agung’ adalah Al Quran. Sebagaimana riwayat berikut :
عن سعد بن هشام بن عامر ، في قول الله عز وجل ( وإنك لعلى خلق عظيم ) قال : سألت عائشة رضي الله عنها : يا أم المؤمنين ، أنبئيني عن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم ، فقالت : « أتقرأ القرآن ؟ » فقلت : نعم ، فقالت : « إن خلق رسول الله صلى الله عليه وسلم القرآن »
Dari Sa’ad bin Hisyam bin ‘Amir, tentang firmanNya ‘Sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti agung’, dia berkata: ‘Aku bertanya kepada ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Wahai Ummul Mu’minin, kabarkan kepada saya tentang akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Beliau menjawab: “Apakah engkau membaca Al Quran?” Aku menjawab: “Tentu.” Dia berkata: “Sesungguhnya Akhlaq Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah Al Quran.”[53]
Akhlak sebagai salah satu rukun dakwah para Rasul
كَذَّبَتْ قَوْمُ نُوحٍ الْمُرْسَلِينَ إِذْ قَالَ لَهُمْ أَخُوهُمْ نُوحٌ أَلاَتَتَّقُونَ إِنِّي لَكُمْ رَسُولٌ أَمِينٌ فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُونِ وَمَآأَسْئَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلاَّ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَاتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُون.
“Kaum Nuh telah mendustakan para rasul.Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka:”Mengapa kamu tidak bertaqwa?Sesungguhnya aku adalah seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu, maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Rabb semesta alam.Maka bertaqwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku".[54]
Akhlak sebagai barometer
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.[55]
إِنَّ اللَّهَ لا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk fisik kalian dan banyaknya harta kalian, akan tetapi Ia melihat pada pada hati dan Amal kalian.[56]
إِنَّ مِنْ خِيَارِكُمْ أَحْسَنَكُمْ أَخْلاقً
Sesungguhnya sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik akhlaknya.[57]
Akhlak sebagai pilar kebaikan
عَنْ النَّوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Dari An Nawas bin Sam’an al Anshari, dia berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang Al Birr (kebaikan) dan Dosa, beliau bersabda: Al Birr adalah akhlak yang baik dan dosa adalah apa-apa yang membuat dadamu tidak nyaman, dan engkau membencinya jika manusia melihatnya.[58]
An Nawawi Rahimahullah mengomentari hadits ini
قَالَ الْعُلَمَاء : الْبِرّ يَكُون بِمَعْنَى الصِّلَة ، وَبِمَعْنَى اللُّطْف وَالْمَبَرَّة وَحُسْن الصُّحْبَة وَالْعِشْرَة، وَبِمَعْنَى الطَّاعَة ، وَهَذِهِ الْأُمُور هِيَ مَجَامِع الْخُلُق
“Berkata para ulama: Al Birr dimaknai dengan Ash Shilah (hubungan), dan bermakna kelembutan, kebaikan, persahabatan yang baik, dan pergaulan yang baik, dan juga bermakna ketaatan. Semuanya ini terhimpun pada kata Akhlak.[59]
As syaukani berkata :
البر اسم جامع للحير
Al-Birr adalah nama yang mencakup seluruh kebaian.[60]
Akhlak penyebab masuk Syurga
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَكْثَرِ مَا يُدْخِلُ النَّاسَ الْجَنَّةَ فَقَالَ تَقْوَى اللَّهِ وَحُسْنُ الْخُلُقِ
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ditanya tentang hal apa yang menyebabkan paling banyak manusia masuk ke surga, maka beliau menjawab: “Taqwa kepada Allah, dan akhlaq yang baik " .[61]
Al Mubarkafuri berkata tentang makna husnul khuluq:
أَيْ مَعَ الْخَلْقِ ، وَأَدْنَاهُ تَرْكُ أَذَاهُمْ وَأَعْلَاهُ الْإِحْسَانُ إِلَى مَنْ أَسَاءَ إِلَيْهِ مِنْهُمْ
“Yaitu akhlak terhadap makhluk, dia mendekatkan diri dan menjauhkan dari sikap menyakiti mereka, dan lebih tinggi kebaikannya kepada siapa-siapa yang telah berbuat buruk kepadanya dari mereka.[62]
Sementara Imam At tirmidzi meriwayatkan dari Imam Abdullah bin Mubarak tentang makna Husnul Khuluq (akhlaq yang baik):
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ أَنَّهُ وَصَفَ حُسْنَ الْخُلُقِ فَقَالَ هُوَ بَسْطُ الْوَجْهِ وَبَذْلُ الْمَعْرُوفِ وَكَفُّ الْأَذَى
Dari Abdullah bin Mubarak, bahwa dia menyifati akhlak yang baik adalah wajah yang ceria, suka memberikan hal-hal yang baik, dan menahan tangannya dari menyakiti manusia .[63]
Akhlak sebagai pemberat timbangan amal
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَا مِنْ شَيْءٍ يُوضَعُ فِي الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُق
Dari Abu Darda, dia berkata: Aku mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak ada sesuatu pun yang diletakkan di atas timbangan lebih berat dibandingkan akhlak yang baik.”[64]
Imam Abu Thayyib Rahimahullah berkata tentang maksud hadits di atas
أَيْ مِنْ ثَوَابه وَصَحِيفَته أَوْ مِنْ عَيْنه الْمُجَسَّد
“Yaitu pahala akhlak yang baik, catatannya dan nilai akhlak baik itu sendiri. [65]
Akhlak sebagai Syafa'at
إِنَّ أَحَبَّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبَكُمْ مِنِّي فِي الآخِرَةِ مَحَاسِنُكُمْ أَخْلاقًا، وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي فِي الآخِرَةِ مَسَاوِيكُمْ أَخْلاقًا
Sesungguhnya diantara kalian yang paling aku cintai dan yang paling dekat denganku besok di akhirat adalah yang terbaik akhlaknya, Sesungguhnya diantara kalian yang paling aku benci dan yang paling jauh denganku besok di akhirat adalah yang terburuk akhlaknya.[66]
BAB VI : RUANG LINGKUP AKHLAK
Sesuai dengan asal kata " Akhlak " yaitu masdar Khuluq, ini bisa dikembangkan menjadi isim fa'il yaitu Kholiq, maupun isim maf'ul yaitu " Makhluq ", berangkat dari sini maka ruang lingkup Akhlak terbagi menjadi dua yaitu Akhlak terhadap Kholiq dan Akhlak terhadap Makhluk. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Ibn Qoyyim[67] dan Ibn Rajab[68], Yang semua itu secara ringkas tercakup dengan utuh dalam kandungan hadist berikut ini :
اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertakwalah kamu kepada Alloh di mana pun kamu berada, iringilah kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya dan pergaulilah semua manusia dengan budi pekerti yang baik.”[69]
Ibn Rajab mensyarah hadist ini seraya berkata :
فهذه الوصية وصية عظيمة جامعة لحقوق الله وحقوق عباد.
" Ini adalah wasiat yang agung yang mencakup akhlak terhadap Allah dan Akhlak terhadap sesame manusia secara keseluruhan ".[70]
Ath Thayyibi berkata :
تَقْوَى اللَّهِ إِشَارَةٌ إِلَى حُسْنِ الْمُعَامَلَةِ مَعَ الْخَالِقِ بِأَنْ يَأْتِيَ جَمِيعَ مَا أَمَرَهُ بِهِ وَيَنْتَهِيَ عَنْ مَا نَهَى عَنْهُ وَحُسْنُ الْخَلْقِ إِشَارَةٌ إِلَى حُسْنِ الْمُعَامَلَةِ مَعَ الْخَلْقِ وَهَاتَانِ الْخَصْلَتَانِ مُوجِبَتَانِ لِدُخُولِ الْجَنَّةِ وَنَقِيضُهُمَا لِدُخُولِ النَّارِ فَأَوْقَعَ الْفَمَ وَالْفَرْجَ مُقَابِلًا لَهُمَا .
" Taqwa kepada Allah’ merupakan isyarat terhadap baiknya pergaulan dengan Sang Pencipta, yakni dengan cara menjalankan semua yang diperintahkanNya dan menjauhi dari dari apa-apa yang dilarangNya. “Akhlak yang baik’ merupakan isyarat terhadap baiknya pergaulan dengan sesama makhluk. Dua perangai ini akan mengantarkan kepada surga, sedangkan yang bertentangan dengan keduanya akan masuk ke neraka. Apa yang biasa dilakukan Mulut dan kemaluan, merupakan lawan dari kedua perangai itu."[71]
Adapun perincian ruang lingkup akhlak sebagai berikut :
Akhlak terhadap kholik ( حق الله/ vertikal )
· MenjadikanNya satu-satunya ma’bud (sembahan) yang haq dan murni. (QS. 1: 5)(QS. 98:5)
· Taat kepadaNya secara mutlak. (QS. 4:65)
· Tidak menyekutukanNya dengan apa pun. (QS. 4: 116)
· MenjadikanNya sebagai tempat minta pertolongan. (QS. 1:5)
· Memberikan hak rububiyah, uluhiyah, asmaul husna dan sifatul ’ulya, hanya kepadaNya. (QS. 1;2), (QS. 114: 3)
· Tidak menyerupakanNya dengan apa pun (QS. 42: 11)
· Menetapkan apa-apa yang ditetapkanNya, mengingkari apa-apa yang diingkariNya, mengharamkan apa-apa yang diharamkanNya, dan menghalalkan apa-apa yang dihalalkanNya. (QS. 5: 48-49)
· MenjadikanNya sebagai satu-satunya pembuat syariat. (QS. 6: 57)
· Berserah diri kepadaNya (QS. 20:72)
Akhlak terhadap makhluk ( haq adami/horisontal )
A. Akhlak kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
· Mengakui dan mengimani bahwa Beliau adalah hamba Allah dan RasulNya. (QS. 18:110)
· Meyakini bahwa Beliau adalah Rasul dan NabiNya yang terakhir, dan risalahnya pun juga risalah terakhir. (QS. 30:40)
· Taat kepadanya secara mutlak. (QS. 4:65)
· Menjadikannya sebagai teladan yang baik dalam kehidupan, beragama, keluarga, sosial, dan lain-lain. (QS. 30:21)
· Meyakini bahwa syafa’at darinya hanya terjadi dengan idzin Allah ta’ala. (QS. 10:3), (QS. 20:109)
· Bershalawat padanya. (QS. 30:56)
· Menerima keputusannya secara lapang. (QS. 4: 59)
· Mencintai keluarganya (ahli baitnya). (HR. At tirmidzi, Juz.12, Hal. 260, No. 3722. Al Maktabah asy Syamilah)
· Mencintai para sahabatnya dan mengakui bahwa mereka adalah umat terbaik dan semuanya adil. (QS. 3: 110)
Mencintai yang dicintainya dan membenci yang dibencinya. (QS. Al-Hasr : 7 )
§ Memanggil Nabi dengan namanya ( QS. 24:63, 49:4, 49:5 )
§ Meninggikan suara melebihi suara Nabi ( QS. 49:1, 49:2, 49:3 )
§ Etika berbicara dengan Nabi ( QS. 2:104, 49:3, 49:4, 49:5 )
§ Memohon diri kepada Nabi saat meninggalkan majlisnya (QS. 24:62 )
§ Pembicaraan khusus dengan Nabi ( QS 58:12, 58:13 )
B. Akhlak Pribadi ( al-Khuluq al-fardi )
· Tidak menjerumuskan diri pada jurang kerusakan ( QS.Al-baqarah : 195 )
· Menjauhi dusta ( QS. Al-Hajj : 30, Al-Nahl: 105 )
· Menjauhi sifat kemunafikan ( QS. Al-Baqarah : 204-206 )
· Menyerasikan antara ucapan dan perbuatan ( QS. Al-Baqarah : 44 , As-Shaff : 2-3 )
· Menjauhi sifat kikir ( QS. Al-Hasr : 9, Al-Baqarah : 268, An-Nisa' : 37 )
· Menjauhi kemubadziran ( QS.AL-Isra' : 26-27 )
· Menjauhi riya' ( QS. An-Nisa : 38, Al-Ma'un : 3-7 )
· Menjauhi Sombong ( QS. Luqman : 18, Al-Isra : 37, An-Nahl : 23 )
C.Akhlak keluarga ( al-akhlak al-usariyah )
· Memuliakan orang tua ( QS. An-Nisa' : 36 , al-Isra' : 23-24, luqman : 14-15 )
· Menyayangi Anak dan mendidiknya ( QS. Al- An'am : 151, Attakwir : 8,9,14, al-tahrim : 6 )
· Hak dan kewajiban suami istri ( QS. An-nisa' : 22, 34, 19, 24 )
· Berbuat baik terhadap kerabat ( QS. Arrum :38, al-baqarah : 180, an-nisa' : 7 ,
D.Akhlak kemasyarakatan ( al-akhlaq al- ijtima'iyyah )
· sifat pemaaf terhadap sesame ( QS. As syura : 37 )
· Berlaku amanah dan menjauhi khianat ( QS.Al-Anfal : 27, annahl : 91 )
· Menjauhi kedzaliman ( QS. Thoha : 111, Assyura : 40, al-furqon : 19 )
· Menjauhi kesaksian palsu ( QS. Al-haj : 30 )
· Tidak menyembunyikan persaksian ( QS. Al-Baqarah : 283 )
· Menjaga lisan ( QS. Annisa' : 148-149 )
· Menyantuni anak yatim ( QS. Addhuha : 9-10 )
· Menjauhi ghosip ( QS. Al –Hujurat : 12 )
· Menepati janji ( QS. al-maidah : 1 , al-isra' : 34 )
· Etika berbicara ( QS. 31:19, 49:314:24, 14:25, 14:26, 24:26, 28:55, 39:18 )
· Menghormati dan meluaskan tempat kepada orang saat berkumpul ( QS . 58:11 : 58:8, 58:9 : 24:62 )
· Memberi salam ( QS. 15:52, 16:32, 19:15, 51:25 : 58:8 , 4:86, 51:25 )
· Menghormati dan melayani tamu ( Qs18:77, 51:26, 51:27 : 11:69, 24:61, 33:53, 51:26, 51:27 )
· Menghormati tetangga ( QS 4:36 , 4:36, 107:7 )
· Akhlak terhadap hamba sahaya ( QS. 4:36 , 4:36 , 4:36, 4:36 )
BAB VII : KESIMPULAN
Akhlak adalah sebuah sifat yang tertanam dalam jiwa ( Al-Shifah Al-Nafsiyyah ) seseorang baik secara fitrah atau usaha ( fitriyah/muktasabah ) yang melahirkan kehendak kebiasaan, baik yang terpuji maupun yang tercela.
Konsep Akhlak dalam Islam berbeda jauh dari konsep barat, Islam melihat akhlak dari dua sisi yang tidak bisa dipisahkan yaitu sisi lahir dan batin, sementara barat hanya melihat dari sisi lahirnya saja ( behavior ), hal itu karena barat melihatnya dari sudut pandang logika semata dan tidak mengenal konsep wahyu.
Akal dan Nafsu merupakan dua pendorong terwujudnya akhlak, jika akal yang dominan maka akan melahirkan akhlak mulia, dan sebaliknya, jika nafsu yang dominant maka akan melahirkan akhlak yang tercela.
Akhlaq ada yang merupakan tabiat atau ketetapan asli ( al maurus/al jibiliyyah/thabi'ah ) , ada juga yang bisa diupayakan dengan jalan berusaha ( al muktasabah ).
Ruang lingkup Akhlak terbagi menjadi dua yaitu Akhlak terhadap Kholiq dan Akhlak terhadap Makhluk.
Akhlak yang mulia memiliki kedudukan yang tinggi dan urgensi sangat penting dalam membangun masyarakat islam
Akhlak yang mulia merupakan tonggak kejayaan satu bangsa atau umat.
Akhlak yang mulia merupakan salah satu rukun dakwah para Rasul
Akhlak yang mulia meliputi akhlak terhadap Allah dan makhluknya.
Daftar Pustaka
Al-Qur'an
Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Cet. Ke-4, hal. 788
Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani, (2004 )
Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma
Miqdad yalijin, jawanib al-tarbiyyah al-Islamiyyah , ( Riyadl : 1986 )
Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT : BPK Gunung Mulia, 1999) Cet : Ke-12
Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin , Maktabah Ays Syamilah
Abu Usman al-Jahidz , Tahdhib Al-Ahlak , Maktabah Ays Syamilah
Ibnu Maskawaih, Tahdhib Al-Ahlak, Maktabah Ays Syamilah
Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, ( kairo : Dar al-kutub al-misriyah, tt )
Ibrahim Anis , Al-Mu'jam Al-Wasith , ( kairo : Dar al-Ma'arif , 1972 )
Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Maktabah Ays Syamilah
Al-Jurjani , Al-Ta'rifat, (bairut : alam al-kitab, 1987 )
Abdurrahman Hasan Al-Medani, Al-Akhlak Al-Islamiyah wa Asasuha, ( Beirut : dar al-qalam : 1992 )
Ibn Mandzur, Lisanul Arab, Al Maktabah Asy Syamilah
Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, Al Maktabah Asy Syamilah
Al-mawardi, Adab Al-Dunya wa Al-Din, Al Maktabah Asy Syamilah
Al- Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an,Al Maktabah Asy Syamilah
Syarh An Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, Al Maktabah Asy Syamilah
Imam Abu Thayyid Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud,. Al Maktabah Asy Syamilah
Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Al Maktabah Asy Syamilah
dll
AKHLAK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN DAN HADIST
Makalah Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Tafsir Hadist Pendidikan
Oleh :
Akhmad Alim
Dosen Pembimbing :
Prof. DR.KH.Didin Hafidhudin, MS
PROGAM DOKTOR PENDIDIKAN
PASCA SARJANA UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
TAHUN 2010
KATA PENGANTAR
إنَّ الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضلَّ له، ومن يضلل فلا هادي له، أشهد أن لا إله إلاَّ الله وحده لا شريك له وأشهد أنَّ محمداً عبده ورسوله. فإن أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم، وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Segala puji hanya milik Allah yang telah memberikan banyak nikmat yang tak terhitung jumlahnya. Diantara nikmat itu dimudahkannya atas terselesaikannya makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan jazakumullah khairan kastira kepada DR.H.Adian Husaini, M.A, yang telah banyak memberikan ilmu dalam perkuliyahan , sekaligus bersedia membimbing dalam penulisan makalah ini.
Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas individu mata kuliah Islamic Worlview , pada semester awal pada progam doktor pemikiran pendidikan Islam Universitas Ibn Khaldun Bogor. Semoga makalah yang sederhana ini bermanfaat, dan besar untuk mendapatkan kritik saran demi kebaikan penulisan berikutnya.
Bogor, 07 Januari 2010
Al-faqir ilallah
Akhmad Alim
[1] - Ali Abdlul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani : 2004, hlm.62
[2] - Thoha Ali Husain, Asalib Tadris Al-Tarbiyyah Al-Islamiyyah, Dar Assuruq, cet. 2003, hlm.151
[3] -Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (4682) di Kitaabus Sunnah. Dan Tirmidzi, No (1162) di
Kitaabur Radhaa', dengan tambahan: " Dan sebaik-baik kalian adalah yang berbuat baik terhadap istrinya ", Imam Tirmidzi berkata: hadits hasan shahih, dan keduanya terdapat dalam kitab Shahiihul Jaami', No (1230 & 1232).
[4] - Ibn Faris, Maqayis al-lughah, jilid 2 , hlm.214 ، مادة (خ ل ق). , Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86
[5] - Qs. Al-Ankabut : 44
[6] - Ibn Faris, Maqayis al-lughah, jilid 2 , hlm.214 ، مادة (خ ل ق). , Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86, Ibn A'syur, al-Tahrir wa At-Tanwir, jld 29,hlm.64
[7] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Hal. 6292. Al Maktabah Ays Syamilah
[8] - lihat. HR. Muslim, Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab Bab Tafsir Al Birr wal Itsm, Juz. 12, Hal. 403, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah
[9] -Ibn Mandzur, Lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86
[9] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurraza
[10] - lihat. Ad-dzari'ah ila makarimi al- akhlaq, hlm. 39, lisan al-arab, jilid 10, hlm. 86
[11] - hadis riwayat Ahmad
[12] -Ali Abdul Halim Mahmud, Akhlak Mulia, Gema Insani, (2004 ), hlm.28
[13] - Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma, Hlm. 3
[14] - Miqdad yalijin, jawanib al-tarbiyyah al-Islamiyyah , ( Riyadl : 1986 ), hlm.285
[15] - Tim Penyusunan Kamus Pusat dan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 1994), h. 192
[16] - Singgih Gunarsa, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : PT : BPK Gunung Mulia, 1999) Cet : Ke-12, h. 38
[17] -Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin , Jilid 3 hlm. 53
[18] - Abu Usman al-Jahidz , Tahdhib Al-Ahlak , Hlm 12
[19] - Ibnu Maskawaih, Tahdhib Al-Ahlak , Hlm 25
[20] - Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, ( kairo : Dar al-kutub al-misriyah, tt ) hlm.15
[21] - Ibrahim Anis , Al-Mu'jam Al-Wasith , ( kairo : Dar al-Ma'arif , 1972 ) hlm. 202
[22] - Muhammad bin Muhammad bin Abdurrazaq al Hasani, Tajjul ‘Arusy, Hal. 6292. Al Maktabah Ays Syamilah
[23] - Al-Jurjani , Al-Ta'rifat, (bairut : alam al-kitab, 1987 ), Hlm.135
[24] - Ibn A'syur, al-Tahrir wa At-Tanwir, jld 29,hlm.64
[25] - Abdurrahman Hasan Al-Medani, Al-Akhlak Al-Islamiyah wa Asasuha, ( Beirut : dar al-qalam : 1992 )jilid 1, hlm.10
[26] -Lihat, Ibn Mandzur, Lisanul Arab, 11/458
[27] -
[28] - lihat Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, hlm.394, Al Maktabah Asy Syamilah
[29] - QS. Al-Fajr : 5
[30] - lihat Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 8, hlm.394, Al Maktabah Asy Syamilah
[31] - Al-mawardi, Adab Al-Dunya wa Al-Din,jilid 1 , halm. 3, Al Maktabah Asy Syamilah
[32] - Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Juz. 3, Hal. 393. Al Maktabah Asy Syamilah
[33] - Lihat , Ibnu Abi ‘Izz Al-Hanafi , Syarh Aqidah Thahawiyah, hal: 339
[34] - QS Shaad : 26
[35] -QS An-Nazi'aat : 40-41
[36] - QS.Al-Jasyiyah : 23
[37] - QS.Al-Kahfi : 28
[38] - Lihat Qowa’id Wa Fawa’id minal Arba’in An-Nawawiyah, karangan Nazim Muhammad Sulthan hal. 355, Misykatul Mashabih takhrij Syaikh Al Albani, hadits no. 167, juz 1, Jami’ Al Ulum wal Hikam oleh Ibn Rajab)
[39] - Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (5225) di Kitaabul Adab, dan Ahmad (4 / 206). ImamMuslim hanya mengeluarkan bagian yang pertama saja, No (25 & 26) di Kitaabul Iimaan,juga oleh Imam Tirmidzi, No (2011) di Kitaabul Bir Wash Shilah
[40] -Ibn Qoyyim, Madarikussalikin, Jilid 3, hlm. 315
[41] - Muhammad bin Sholeh Ustaimin, Budi Pekerti Yang Mulia, Maktabah Abu Salma, Hlm. 7
[42] - Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al- Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab al-Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz Zawaa-id (9 / 15): Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi Shahih. Dan dishahihkan uga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush Shahiihah, No (45).
[43] - QS. Al-Jumuah : 2
[44] - HR. Bukhari, kitab Zakat, bab : الاستعفاف عن المسألة (1469), Muslim, (1053 )
[45] - Ibn Qoyyim, Madarikussalikin, Jilid 3, hlm. 315
[46] - Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al- Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslim serta disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab al-Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz Zawaa-id (9 / 15): Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi Shahih. Dan dishahihkan uga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush Shahiihah, No (45).
[47] - basha'ir dzawi Tamyiiz , jilid2, hlm. 568
[48] - QS. Al Qolam (68): 4
[49] - Al- Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Jilid 23, Hlm. 528. Al Maktabah Asy Syamilah
[50] - Al- Thabari, Jami’ul Bayan fi Ta’wilil Qur’an, Jilid 23, Hlm. 528. Al Maktabah Asy Syamilah
[51] - lihat Ibn Kastir, Tafsir Ibn Kastir, jilid 4, hlm.429, Assyaukani, Tafsir Assyaukani, jilid 5, hlm.364
[52] - Ibid, Juz. 23, Hal.529-530. Al Maktabah Asy Syamilah
[53] - HR. Al Hakim, katanya shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim, Al Mustadrak ‘Alash Shahihain, Juz. 9, Hal. 39, No hadits. 3801. Al Maktabah Asy Syamilah
[54] - QS. Asy Syu’ara: 105-110, Demikian juga Nabi Hud ‘alaihis salam mengajak kaumnya berakhlak mulia , lihat . QS. Asy Syu’ara:123-135, Nabi Shalih ‘alaihissalam pun mengajak kaumnya kepada akhlak yang mulia, lihat. QS. 26:141-147, nabi Luth ‘alaihis salam, lihat. (QS. 26:141-147)., Nabi Syu’aib ‘alaihis salam, lihat. (QS. 26:176-184).
[55] - QS. Al-Hujurat : 13
[56] - HR. Abu Daud, no. (5225) , Bazzar, no. (2746) Tabrani, no. (5313) , Baihaqi, no. (7/102).
[57] - HR. Bukhori, no. (3559), Muslim, no. (2321)
[58] - HR. Muslim, Kitab Al Birr wash Shilah wal Adab Bab Tafsir Al Birr wal Itsm, Juz. 12, Hal. 403, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah
[59] - Syarh An Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, Juz. 8, Hal. 343, no hadits. 4632. Al Maktabah Asy Syamilah
[60] - As syaukani, Fath al-qodir, jilid 1, hlm. 128
[61] - HR. At Tirmidzi, Kitab Al Birr wasAsh Shilah ‘an Rasulillah bab Maa Ja’a fi Husnil Khuluq, Juz. 7, Hal. 286 No hadits. 1927. Katanya: shahih gharib. Syaikh Al Albany mengatakan hasan. Shahih wa Dhaif Sunan At Tirmidzi, Hal. 5, Juz. 4, no. 2004. Al Maktabah Asy Syamilah
[62] - Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Juz. 5, Hal. 252. Al Maktabah Asy Syamilah
[63] - Sunan At Tirmidzi, juz. 7, Hal. 287, no. 1928. Al Maktabah Asy syamilah
[64] - HR. At Tirmidzi, Kitab Al Bir wash Shilah ‘an Rasulillah Maa Ja’a fi Husnil Khuluq, Juz. 7, Hal. 285, no hadits. 1926. Abu Daud, Kitab Al Adab Bab Fi Husnil Khuluq, Juz.12, Hal. 421, No hadits. 4166. Juga diriwayatkan oleh Al Bazzar dengan sanad jayyid,lihat Tuhfah al Ahwadzi, Juz. 5 Hal. 251, Al Mundziri berkata: juga diriwayatkan At Tirmidzi katanya: hasan shahih. Lihat ‘Aunul Ma’bud, Juz. 10, Hal. 321. Al Maktabah Asy Syamilah
[65] - Imam Abu Thayyid Muhammad Syamsuddin Abadi, ‘Aunul Ma’bud, Juz. 10 Hal. 321, No. 4166. Al Maktabah Asy Syamilah
[66] - HR. Ahmad, (4/193 ( Ibn Abi Saibah, (5/210 ) Tabrani, (22/221 ـ 588 ) dari abi sa'labah al-husyani, dihasankan oleh Al-Bani
[67] - lihat Tahdzib al-sunan, jilid 7, hlm. 161-162)
[68] - Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam, Jilid 1, hlm. 398
[69] - HR Tirmidzi dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal rodhiallohu ‘anhu, bab الناس : ما جاء في معاشرة no. 1987, Ia berkata, “Hadits ini hasan. Dalam naskah lainnya dikatakan, hadits ini hasan shohih.
[70] - Ibn Rajab, Jami' Al-Ulum wa Al-Hikam, Jilid 1, hlm. 398
[71] - Syaikh Abdurrahman Al Mubarkafuri, Tuhfah Al Ahwadzi, Juz. 5, Hal. 252. Al Maktabah Asy Syamilah
Diposkan oleh Ahmad Alim,M.A di 19:26
Posting Lebih Baru BerandaSeni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-87520955782565047.post-36191426735363289792012-04-28T08:38:00.001-07:002012-04-28T08:38:40.248-07:00Scribd
Upload a Document
Search Documents
Explore
Documents
* Books - Fiction
* Books - Non-fiction
* Health & Medicine
* Brochures/Catalogs
* Government Docs
* How-To Guides/Manuals
* Magazines/Newspapers
* Recipes/Menus
* School Work
* + all categories
*
* Featured
* Recent
People
* Authors
* Students
* Researchers
* Publishers
* Government & Nonprofits
* Businesses
* Musicians
* Artists & Designers
* Teachers
* + all categories
*
* Most Followed
* Popular
* Sign Up
* |
* Log In
inShare0
*
Embed Doc
*
Copy Link
*
Readcast
*
Collections
*
2
CommentsGo Back
Download
@@
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
1
Oleh :
Faqîhuz ZamânMuhammad bin Shâlih al-‘Utsaimîn
Rahimahullâhu wa Askanahu al-Jannah al-Fasîh
Dialihbahasakan oleh :
Abū Mūsâ al-Atsarî
BUDI PEKERTI YANG MULIA
ﻕﻼﺧﻷﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣﷲﺍ ﻪﲪﺭ ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﺦﻴﺸﻠﻟ
©
Copyleft terjemahan 2008Bagi yang ingin menerbitkan buku ini silakan menghubungipenterjemah via :Mail :sul_an81@yahoo.comatauabu.salma81@gmail.com HP : 08883535658Homepage :http://dear.to/abusalma
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
2
ا ا ا
ﷲ ﺪﻤﳊﺍ,ﻩﺮﻔﻐﺘﺴﻧﻭ ﻪﻨﻴﻌﺘﺴﻧ ﻭ ﻩﺪﻤﳓ,ﻪﻴﻟﺇ ﺏﻮﺘﻧﻭ,ﺭﻭﺮﺷ ﻦﻣ ﷲﺎﺑ ﺫﻮﻌﻧﻭ ﺴﻔﻧﺃﺎﻨﻟﺎﻤﻋﺃ ﺕﺎﺌﻴﺳ ﻦﻣﻭ ﺎﻨ ,ﻪﻟ ﻞﻀﻣ ﻼﻓ ﷲﺍ ﻩﺪﻬﻳ ﻦﻣ,ﻱﺩﺎﻫ ﻼﻓ ﻞﻠﻀﻳ ﻦﻣﻭ ﻪﻟ,ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ ﻩﺪﺒﻋ ﹰﺍﺪﻤﳏ ﻥﺃ ﺪﻬﺷﺃﻭ ﻪﻟ ﻚﻳﺮﺷ ﻻ ﻩﺪﺣﻭ ﷲﺍ ﻻﺇ ﻪﻟﺇ ﻻ ﻥﺃ ﺪﻬﺷﺃﻭ ,ﻖﳊﺍ ﻦﻳﺩﻭ ﻯﺪﳍﺎﺑ ﱃﺎﻌﺗ ﷲﺍ ﻪﺜﻌﺑ,ﻪﻠﻛ ﻦﻳﺪﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻩﺮﻬﻈﻴﻟ,ﲔﺑ ﱃﺎﻌﺗ ﷲﺍ ﻪﺜﻌﺑ ﹰﺍﺮﻳﺬﻧﻭ ﹰﺍﲑﺸﺑ ﺔﻋﺎﺴﻟﺍ ﻱﺪﻳ,ﹰﺎﻴﻋﺍﺩﻭﹰﺍﲑﻨﻣ ﹰﺎﺟﺍﺮﺳﻭ ﻪﻧﺫﺈﺑ ﷲﺍ ﱃﺇ,ﺔﻟﺎﺳﺮﻟﺍ ﻎﻠﺒﻓ, ﺔﻧﺎﻣﻷﺍ ﻯﺩﺃﻭ,ﺔﻣﻷﺍ ﺢﺼﻧﻭ,ﲔﻘﻴﻟﺍ ﻩﺎﺗﺃ ﱴﺣ ﻩﺩﺎﻬﺟ ﻖﺣ ﷲﺍ ﰲ ﺪﻫﺎﺟﻭ,ﻖﻓﻭﻭ ﻪﺗﻮﻋﺪﻟ ﺏﺎﺠﺘﺳﺎﻓ ﻩﺩﺎﺒﻋ ﻦﻣ ﺀﺎﺷ ﻦﻣ ﷲﺍ,ﻪﻳﺪ ﻯﺪﺘﻫﺍﻭ,ﻪﺘﻤﻜﲝ ﷲﺍ ﻝﺬﺧﻭ ﻩﺩﺎﺒﻋ ﻦﻣ ﺀﺎﺷ ﻦﻣ,ﻪﺘﻋﺎﻃ ﻦﻋ ﱪﻜﺘﺳﺎﻓ,ﻩﱪﺧ ﺏﺬﻛﻭ,ﻩﺮﻣﺃ ﺪﻧﺎﻋﻭ,ﺒﻓﺀﺎ ﺪﻴﻌﺒﻟﺍ ﻝﻼﻀﻟﺍﻭ ﻥﺍﺮﺴﳋﺎﺑ
Segala puji bagi Allah, hanya kepada-Nya kami memuji,meminta pertolongan dan memohon ampunan serta bertaubat.Kami memohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan jiwa- jiwa kami serta keburukan amalan-amalan kami. Barang siapayang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada seorang pun yangdapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Ia sesatkan,maka tiada satu pun juga yang dapat memberikan petunjukkepadanya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak untukdisembah kecuali hanya Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya. Danaku bersaksi bahwa Muhammad adalah seorang hamba danutusan-Nya. Allah telah mengutusnya dengan petunjuk danagama yang benar, agar Dia memenangkannya di atas agama-agama seluruhnya. Allah telah mengutusnya sedang kiamattelah dekat masanya, sebagai pemberi kabar gembira danperingatan, dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allahdengan izin-Nya, serta untuk menjadi cahaya yang menerangialam semesta. Lalu, dia pun menyampaikan risalah (ajaran
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
3
agama Islam), melaksanakan amanah, memberi nasehat kepadaumat, dan berjihad di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya hingga datang kematian kepadanya. Kemudian Allahpun memberi taufik (hidayah atau petunjuk) kepada orang yangIa kehendaki di antara hamba-hamba-Nya untuk menyambutdakwah beliau, sehingga hamba tersebut mengambil petunjukhanya dari petunjuk beliau. Dan Allah juga dengankebijaksanaan-Nya membiarkan (tersesat) orang yang Iakehendaki di antara hamba-hamban-Nya, maka ia pun sombongdari ketaatan kepada Nabi-Nya, mendustakan kabar yangdatang darinya, tidak mau mengikuti perintahnya. Maka, hambatersebut kembali dengan kerugian dan kesesatan yang sejauh- jauhnya.Amma ba'du: Pada pembahasan kali ini, akan kami ulas sebuahtema yang berkisar seputar
kemuliaan akhlaq dan budipekerti yang luhur
.Al-Khuluq (bentuk mufrad/tunggal dari kata akhlaq -pent)berarti perangai atau kelakuan, yakni sebagaimana yangdiungkapkan oleh para ulama:" Gambaran batin seseorang ".Karena pada dasarnya manusia itu mempunyai dua gambaran :1.
Gambaran zhahir (luar): Yaitu bentuk penciptaan yang telahAllah jadikan padanya sebuah tubuh. Dan gambaran zhahirtersebut di antaranya ada yang indah dan bagus, ada yang jelek dan buruk, dan ada pula yang berada padapertengahan di antara keduanya atau biasa-biasa saja.2.
Gambaran batin (dalam): Yaitu suatu keadaan yang melekatkokoh dalam jiwa, yang keluar darinya perbuatan-perbuatan, baik yang terpuji maupun yang buruk (yangdapat dilakukan) tanpa berfikir atau kerja otak.Dan gambaran ini juga ada yang baik jika memang keluar dariakhlaq yang baik, dan ada pula yang buruk jika keluar dariakhlaq yang buruk. Inilah yang kemudian disebut dengan nama"khuluq" atau akhlaq. Jadi, khuluq atau akhlaq adalah gambaranbatin yang telah ditetapkan pada seseorang.
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
4
Dan wajib bagi setiap muslim untuk berperilaku dengan akhlaqyang mulia ini. Karena, sesuatu yang berharga dari tiap-tiapbenda merupakan sesuatu yang baik dari benda tersebut, dan diantaranya adalah perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi waSallam kepada Mu'adz bin Jabal:
ﻢﳍﺍﻮﻣﺃ ﻢﺋﺍﺮﻛﻭ ﻙﺎﻳﺇ
”…dan hati-hatilah dari harta-harta mereka yang berharga…”
1
,yakni ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallammemerintahkannya untuk mengambil zakat dari penduduk kotaYaman.Maka, setiap orang harus berusaha agar hati atau gambaranbatinnya menjadi mulia. Sehingga ia mencintai kemuliaan dankeberanian, juga mencintai sifat santun dan kesabaran. Ketikabertemu dengan sesama hendaknya ia menampakkan wajahyang berseri-seri, hati yang lapang, dan jiwa yang tenang. Dansemua sifat-sifat di atas merupakan bagian dari akhlaq yangmulia.Telah bersabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
ﹰﺎﻘﻠﺧ ﻢﻬﻨﺴﺣﺃ ﹰﺎﻧﺎﳝﺇ ﲔﻨﻣﺆﳌﺍ ﻞﻤﻛﺃ
“Mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah yangpaling baik akhlaqnya”
2
.Maka, sudah sewajarnya jika pembicaraan ini selalu berada didepan mata seorang mukmin. Karena, jika seseorangmengetahui bahwa dia tidak akan bisa menjadi figur yang
1
Dikeluarkan oleh Imam Bukhari, No (1496) di Kitaabuz Zakaah, dan Imam Muslim, No(29) di Kitaabul Iimaan.
2
Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (3682) di Kitaabus Sunnah, dan Tirmidzi, No (1162) diKitaabur Radhaa', dan dalam riwayatnya ada tambahan:" Dan sebaik-baik kalian adalahyang berbuat baik terhadap kaum wanita ", dan dikeluarkan juga oleh Iman Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 472), hadits tersebut ada di kitab Shahiihul Jaami', No (1230 , 1232).
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
5
sempurna keimanannya kecuali dengan memperbaiki budipekertinya, maka hal ini akan menjadi sebuah pendorongbaginya untuk berperilaku dengan budi pekerti yang baik dansifat-sifat yang tinggi mulia, serta ia akan meninggalkanperbuatan yang rendah dan hina.
Kesempurnaan Syari'at Islam Ditinjau Dari SisiAkhlaqnya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mengabarkan bahwa diantara salah satu tujuan dari diutusnya beliau adalah untukmenyempurnakan akhlaq yang mulia. Beliau Shallallahu ‘alaihiwa Sallam bersabda:
ﻕﻼﺧﻷﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ ﻢﲤﻷ ﺖﺜﻌﺑ ﺎﳕﺇ
“Sesungguhnya aku diutus tidak lain hanyalah untukmenyempurnakan akhlaq yang mulia.”
3
Dan semua ajaran-ajaran generasi dahulu yang telah AllahSubhanahu wa Ta’ala syari'atkan bagi hamba-hamba-Nya,semuanya juga menganjurkan untuk berperilaku dengan akhlaqyang utama. Oleh karena itu, para ulama mengatakan bahwaakhlaq yang mulia merupakan sebuah tuntunan yang telahdisepakati bersama oleh semua syari'at. Akan tetapi, syari'atyang sudah sempurna ini telah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallambawa lagi dengan berbagai kesempurnaan akhlaq yang muliadan sifat-sifat yang terpuji. Kita akan berikan contohnya:
3
Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di kitab Al-Musnad (2 / 381), dan Hakim di kitab Al-Mustadrok (2 / 613) dan di-shahih-kan olehnya sesuai dengan persyaratan Imam Muslimserta disepakati oleh Imam Dzahabi. Dan dikeluarkan juga oleh Imam Bukhari di kitab al- Adabul Mufrad, No (273), Baihaqi (10 / 192), Ibnu Abi Dunya dalam kitab Makaarimul Akhlaaq, No (13). Berkata Imam Al-Haitsami dalam kitab Majma'uz Zawaa-id (9 / 15):Diriwayatkan oleh Ahmad, dan para perawinya adalah perawi Shahih. Dan dishahihkan juga oleh Syaikh Al-Albani dalam kitab Ash-Silsilatush Shahiihah, No (45).
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
6
Masalah: Qishash.
Para ulama telah menjelaskan tentang masalah qishash ini,yakni seandainya seseorang melakukan tindakan kriminalterhadap orang lain, apakah harus ditegakkan hukum qishashpada si pelaku ataukah tidak?. Mereka menyebutkan bahwahukum qishash dalam syari'at ajaran Yahudi wajib dan harusdilaksanakan, tidak ada pilihan bagi keluarga si korban dalammasalah tersebut. Adapun hukum qishash dalam ajaran Nasranikebalikan dari ajaran Yahudi, yakni kewajiban memaafkan sipelaku. Akan tetapi, syari'at kita telah datang secara sempurnadari kedua sisi tersebut, boleh ditegakkan hukum dengan caradi-qishash, boleh juga dengan cara memaafkan si pelaku.Karena dengan melaksanaan hukum qishash terhadap si pelakuyang disebabkan oleh tindakan kriminalnya akan dapat menahanatau mencegah tindak kejahatan yang lainnya. Sedangkanmemaafkannya merupakan tindakan baik dan bagus, sertamemberikan perbuatan yang ma'ruf terhadap orang yangdimaafkan. Maka, Alhamdulillah telah datang syari'at kita inidalam keadaan yang sempurna, dimana Allah Subhanahu waTa’ala telah memberikan dua pilihan kepada orang yangmempunyai hak, yaitu antara memberi maaf jika kondisinyamemungkinkan demikian atau mengambil haknya jikakondisinya lebih mendukung untuk dilaksanakannya haltersebut. Dan hal ini - tidak diragukan lagi - tentu lebih baik darisyari'at Yahudi yang telah menghilangkan hak keluarga korbanuntuk memberi maaf pada si pelaku, yang mungkin sajaterdapat kemashlahatan di dalamnya. Dan juga, tentu lebih baikdari syari'at Nasrani yang telah menghilangkan hak keluargakorban juga, yang mana wajib atas mereka untuk memberimaaf, padahal mungkin saja ada kemashlahatan dari balasandan pelaksanaan hukuman qishash tersebut.
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
7
Akhlaq Mulia Antara Sifat Alami Dan Usaha
Sebagaimana akhlaq merupakan sebuah tabiat atau ketetapanasli, akhlaq juga bisa diperoleh atau diupayakan dengan jalanberusaha. Maksudnya, bahwa seorang manusia sebagaimanatelah ditetapkan padanya akhlaq yang baik dan bagus,sesungguhnya memungkinkan juga baginya untuk berperilakudengan akhlaq yang baik dengan jalan berusaha dan berupayauntuk membiasakannya.Untuk itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam berkata kepadaAsyajj 'Abdul Qais:
ﷲﺍ ﺎﻤﻬﺒﳛ ﲔﻘﻠﳋ ﻚﻴﻓ ﻥﺇ:ﺓﺎﻧﻷﺍﻭ ﻢﻠﳊﺍ
"Sesungguhnya dalam dirimu ada dua sifat yang Allah sukai;sifat santun dan tidak tergesa-gesa"Ia berkata:
ﷲﺍ ﻝﻮﺳﺭ ﺎﻳ,ﺃﺎﻤ ﺖﻘﻠﲣ ﻥﺎﻘﻠﺧ ﺎﳘ,ﺎﻤﻬﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﲏﻠﺒﺟ ﻡﺃ
”Wahai Rasulullah, Apakah kedua akhlaq tersebut merupakanhasil usahaku, atau Allah-kah yang telah menetapkan keduanyapadaku?” Beliau menjawab:
ﺎﻤﻬﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻚﻠﺒﺟ ﻞﺑ
"Allahlah yang telah mengaruniakan keduanya padamu".Kemudian ia berkata:
ﻪﻟﻮﺳﺭﻭ ﺎﻤﻬﺒﳛ ﲔﻘﻠﺧ ﻰﻠﻋ ﲏﻠﺒﺟ ﻱﺬﻟﺍ ﷲ ﺪﻤﳊﺍ
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
8
”Segala puji bagi Allah yang telah memberiku dua akhlaq yangdicintai oleh-Nya dan oleh Rasul-Nya”.
4
Maka, hal ini menunjukan bahwa akhlaq terpuji dan mulia bisaberupa perilaku alami (yakni karunia dari Allah Subhanahu waTa’ala kepada hamba-Nya-pent) dan juga dapat berupa sifatyang dapat diusahakan atau diupayakan. Akan tetapi, tidakdiragukan lagi bahwa sifat yang alami tentu lebih baik dari sifatyang diusahakan. Karena akhlaq yang baik jika bersifat alamiakan menjadi perangai dan kebiasaan bagi seseorang. Ia tidakmembutuhkan sikap berlebih-lebihan dalam membiasakannya.Juga tidak membutuhkan tenaga dan kesulitan dalammenghadirkannya. Akan tetapi, ini adalah karunia dari AllahSubhanahu wa Ta’ala yang Ia diberikan kepada seorang hambayang dikehendaki oleh-Nya, barang siapa yang terhalang darihal ini – yakni terhalang dari akhlaq tersebut secara tabiat alami–, maka sangat mungkin baginya untuk memperolehnya dengan jalan berusaha dan berupaya untuk membiasakannya. Yaitudengan cara membiasakan dan melakukannya terus-menerus,sebagaimana yang akan kami jelaskan nanti Insya Allah.
Siapakah Yang Lebih Utama?
Dari sini timbul pertanyaan, yaitu: Siapakah yang lebih utama,seseorang yang telah dikaruniakan padanya akhlaq yang terpuji,dan seseorang yang bersungguh-sungguh berusaha danberupaya agar dapat memperoleh akhlaq tersebut. Manakah diantara keduanya yang lebih tinggi kedudukannya?.Maka, kami berkata sebagai jawaban dari pertanyaan ini:Sesungguhnya tidak diragukan lagi, bahwa seseorang yang telahdiberikan padanya akhlaq yang baik tentu lebih sempurna jika
4
Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (5225) di Kitaabul Adab, dan Ahmad (4 / 206). ImamMuslim hanya mengeluarkan bagian yang pertama saja, No (25 & 26) di Kitaabul Iimaan, juga oleh Imam Tirmidzi, No (2011) di Kitaabul Bir Wash Shilah.
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
9
dilihat dari segi perilakunya yang memang sudah seperti itu,ataupun dilihat dari sisi telah tertanamnya akhlaq yang baiktersebut pada dirinya. Karena dia tidak akan merasa kepayahandan kesulitan ketika menghadirkannya, dan juga tidak akanhilang darinya akhlaq tersebut meskipun ia berada dimanapun juga, karena memang akhlaq yang baik telah menjadi perangaidan tabiat aslinya. Kapanpun engkau bertemu dengannya pastiakan mendapatinya baik akhlaqnya, dan dalam keadaanbagaimanapun juga engkau bertatap muka dengannya, pastiakan menemuinya terpuji perilakunya. Maka, dari sisi yang satuini dia tentu lebih sempurna tanpa diragukan lagi.Adapun yang satunya lagi, ia telah bersungguh-sungguhberjuang melawan dan melatih dirinya untuk dapat berperilakubaik. Maka, tidak diragukan lagi bahwa dia mendapat pahaladari sisi perjuangannnya dalam melawan dirinya, dan tentu sajadia lebih utama dari sisi yang ini. Akan tetapi bagaimanapun juga, jika ditinjau dari segi kesempurnaan akhlaq, tentu saja diakurang sempurna dari figur yang pertama.Adapun jika ada seseorang yang mendapatkan karunia tersebutkedua-keduanya, yaitu secara alami dan setelah berusaha danberupaya, tentu saja dia akan lebih sempurna lagi. Jadiringkasnya, seseorang dalam masalah ini terbagi menjadi empatgolongan:1.
Orang yang terhalang untuk mendapatkan akhlaq yangmulia, baik secara alami maupun dengan jalan usaha danupaya.2.
Orang yang terhalang dari hal tersebut secara alami, akantetapi ia dapat berusaha untuk memilikinya.3.
Orang yang dikaruniai keduanya.4.
Orang yang mempunyai akhlaq secara alami, akan tetapiterhalang dari usaha dan upaya untuk memilikinya.
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
10
Dan tentu saja tidak diragukan lagi, bahwa golongan yangketiga adalah yang paling utama, karena ia menyatukan antarakeduanya dalam kemuliaan akhlaqnya
5
.
Obyek-Obyek Akhlaq Mulia
Banyak manusia yang memahami bahwa akhlaq muliamerupakan hak khusus yang hanya diterapkan dalambermuamalah atau berinteraksi dengan sesama mahkluk saja,dan tidak diterapkan ketika bermuamalah dengan Khaliq (Allahyang Maha Pencipta). Tentu saja pemahaman seperti ini kurangsempurna, karena sesungguhnya akhlaq yang muliasebagaimana harus diterapkan pada sesama, tentu saja wajibditerapkan juga pada Allah Sang Pencipta. Jadi, obyekpenerapan akhlaq yang mulia adalah dalam bermuamalahdengan Khaliq dan juga dalam bermuamalah dengan sesamamakhluk. Dan masalah ini harus diwaspadai oleh kita semua.
5
Ibnul Qayyim Rahimahullahu berpendapat bahwa semua akhlak mulia terlahir dari duaperkara:1.
Ke-khusyu'-kan, dan2.
Tingginya kemauan.Beliau bertutur dalam kitabnya al-Fawaa-id, Hal (210 & 211): Adapun akhlak-akhlak yangmulia, seperti sabar, berani, adil, perangai yang baik, menjaga kesucian dari hal-halharam dan memelihara diri darinya, dermawan, santun, suka memberi maaf, sukamemberi ampun, rela menanggung beban, mengutamakan orang lain, mulianya diri darisegala perilaku yang hina-dina, rendah diri, rela menerima apa adanya, jujur, ikhlas,membalas kebaikan dengan semisalnya atau bahkan melebihkannya, menutup mata darikesalahan-kesalahan orang lain, tidak menyibukkan diri dari hal yang tidak adamanfaatnya, dan sikap hati yang selalu mengkritisi akhlak yang tercela dan yangsemacamnya. Maka, semua akhlak yang terpuji tersebut tumbuh dari ke-kusyu'-kan dantingginya kemauan. Dan Allahltelah mengabarkan tentang bumi ini, bahwasanyadahulunya bumi ini khusyu' atau tunduk, kemudian ia diguyur oleh air hujan lalu mulailahia bergerak. Dan bertambahlah keindahan dan keelokannya. Begitulah pula keadaanmanusia jika ia mendapat bagian dari taufiq atau hidayah-Nya.
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
11
1. Berakhlaq mulia dalam bermuamalah denganAllah 'Azza wa Jalla.
Berakhlaq mulia dalam bermuamalah dengan Allah Subhanahuwa Ta’ala mencakup tiga perkara:1.
Mengambil kabar-kabar dari Allah Subhanahu wa Ta’aladengan cara membenarkannya.2.
Mengambil hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’aladengan cara melaksanakan dan menerapkannya.3.
Menerima takdir baik dan buruk-Nyaldengan penuh sabardan ridha.Di atas tiga perkara inilah poros berputarnya sikap akhlaq yangbaik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala .
Pertama: Mengambil kabar-kabar dari Allah denganmembenarkannya
: Dimana tidak terbesit pada diri seseorangkeraguan dan kebimbangan dalam membenarkan kabar dariAllah Subhanahu wa Ta’ala . Karena kabar dari Allah Subhanahuwa Ta’ala datang dengan ilmu, dan Allah Subhanahu wa Ta’alaadalah Dzat yang paling benar perkataan-Nya. Sebagaimanayang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan tentang diri-Nya:
ﺎﹰﺜﻳِﺪﺣ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﻦِﻣ ﻕﺪﺻﹶﺃ ﻦﻣﻭ
"
Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari pada Allah ?
”
(QS. an-Nisaa': 87)
.Dan konsekuensi dari membenarkan kabar dari Allah Subhanahuwa Ta’ala tersebut adalah mempercayai kabar tersebut,membelanya, dan berjuang di jalannya. Yang mana tidak akanmungkin masuk ke dalam kabar-kabar Allah Subhanahu waTa’ala dan kabar-kabar Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa Sallamsuatu keraguan dan kerancuan apapun juga.Seandainya seorang hamba menghiasi dirinya dengan akhlaqini, akan sangat memungkinkan baginya untuk menolak ke-rancuan apapun yang akan disisipkan oleh orang-orang yang
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
12
mempunyai misi tertentu ke dalam kabar-kabar Allah, baik darigolongan kaum muslimin yang telah berbuat bid'ah dalamagama Allah dengan sesuatu yang bukan dari Islam, maupundari golongan orang-orang non muslim yang dengan lancangmelontarkan kerancuan-kerancuan tersebut ke dalam hati kaummuslimin dengan tujuan memfitnah dan menyesatkan mereka.
¤
Akan kami berikan anda contohnya, (
Hadits Lalat
):Telah tsabit (tetap) dalam shahih Bukhari hadits dari AbuHurairah Radhiallahu 'Anhu bahwasannya Nabi Shallallahu ‘alaihiwa Sallam bersabda:
ﺀﺍﺩ ﻪﻴﺣﺎﻨﺟ ﺪﺣﺃ ﰲ ﻥﺈﻓ ﻪﺣﺮﻄﻴﻟ ﰒ ﻪﺴﻤﻐﻴﻠﻓ ﻢﻛﺪﺣﺃ ﺏﺍﺮﺷ ﰲ ﺏﺎﺑﺬﻟﺍ ﻎﻟﻭ ﺍﺫﺇﺀﺍﻭﺪﻟﺍ ﺮﺧﻵﺍ ﰲﻭ
”Jika seekor lalat jatuh ke dalam minuman salah seorang darikalian, maka hendaklah ia mencelupkannya (ke dalam airminumannya) kemudian mengangkatnya, karena pada salahsatu sayapnya terdapat racun dan pada yang lainnya terdapatpenawarnya”.
6
Kabar tersebut telah datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihiwa Sallam, dan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalamperkara-perkara yang ghaib tidak mungkin berbicara denganhawa nafsunya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tidakberbicara melainkan dengan apa-apa yang telah AllahSubhanahu wa Ta’ala wahyukan kepadanya. Karena beliau jugaadalah seorang manusia, sedangkan manusia tentu tidakmengetahui perkara yang ghaib. Bahkan Allah Subhanahu waTa’ala telah berkata padanya:
6
Dikeluakan oleh Bukhari, No (5782) di Kitaabut Thib, dan Abu Daud seperti itu juga, No(3844) di Kitaabul Ath'imah. Dan juga dikeluarkan oleh Ibnu Majah, No (3505) di KitaabuthThib, dan oleh Imam Ahmad di kitabnya Al-Musnad (2 / 246, 263, 340, 355).
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
13
ﻚﹶﻠﻣ ﻲﻧِﺇ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﹸﻝﻮﹸﻗﹶﺃ ﺎﹶﻟﻭ ﺐﻴﻐﹾﻟﺍ ﻢﹶﻠﻋﹶﺃ ﺎﹶﻟﻭ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﻦِﺋﺍﺰﺧ ﻱِﺪﻨِﻋ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﹸﻝﻮﹸﻗﹶﺃ ﺎﹶﻟ ﹾﻞﹸﻗ ﻲﹶﻟِﺇ ﻰﺣﻮﻳ ﺎﻣ ﺎﱠﻟِﺇ ﻊِﺒﺗﹶﺃ ﹾﻥِﺇ
“Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) Akumengetahui yang ghaib dan tidak (pula) Aku mengatakankepadamu bahwa Aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakahsama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakahkamu tidak memikirkan(nya)?"
”
(QS. al-An'aam: 50)
Kabar tersebut wajib kita terima dengan perlakuan yangistimewa. Dan cara berakhlaq mulia terhadap kabar seperti inibisa ditempuh dengan menerima dan tunduk terhadapnya.Maka, kita pastikan dengan tegas, bahwa apa yang telah NabiShallallahu ‘alaihi wa Sallam katakan dalam hadits ini adalah hakdan benar, meskipun ada orang yang menolaknya ataupunmengkritisinya. Juga kita mengetahui dengan yakin, bahwasetiap perkara yang menyelisihi apa-apa yang telah sahdatangnya dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam maka haltersebut adalah batil. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala telahberfirman:
ﹶﻥﻮﹸﻓﺮﺼﺗ ﻰﻧﹶﺄﹶﻓ ﹸﻝﺎﹶﻠﻀﻟﺍ ﺎﱠﻟِﺇ ﻖﺤﹾﻟﺍ ﺪﻌﺑ ﺍﹶﺫﺎﻤﹶﻓ ﻖﺤﹾﻟﺍ ﻢﹸﻜﺑﺭ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﻢﹸﻜِﻟﹶﺬﹶﻓ
"
Maka (Zat yang demikian) Itulah Allah Tuhan kamu yangsebenarnya; Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkankesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?
”
(QS. Yunus: 32)
¤
Contoh lain, (
Kabar Tentang Hari Kiamat
):Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah memberitakan: ”Bahwamatahari akan berada dekat dengan seluruh makhluk pada hari
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
14
kiamat dengan jarak satu mil”.
7
Entah arti dari mil tersebut
َ َا
milul makhalah
(yakni alat celak mata, maksudnyasejarak alat untuk celak mata, wallahu 'alam -pent) atau
ا
milul masaafah
(jarak satu mil), maka sesungguhnya jarak antara matahari dan kepala manusia sangatlah dekat.Meskipun seperti itu, manusia tidak akan terbakar dengan lautanapi matahari tersebut. Adapun di dunia sekarang ini, seandainyasaja matahari dekat dengan bumi sejarak satu ruas jari, pastiakan terbakar bumi ini dan terbakar juga siapa saja yang beradadi atasnya.Terkadang ada orang berkata: Bagaimana bisa matahari dekatdengan kepala semua makhluk dengan jarak seperti ini, lalusekejap kemudian mereka masih tetap ada tanpa terbakar ?!.Maka kita katakan kepadanya: Kamu harus berakhlaq yang baikterhadap hadits tersebut.Berakhlaq baik terhadap hadits shahih seperti ini dapatdilakukan dengan cara menerima dan membenarkannya. Tidakterdapat rasa sesak, sempit dan keragu-raguan pada dada-dadakita. Kemudian hendaknya kita mengetahui bahwa apa yangNabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam kabarkan pada hadits tersebutadalah sebuah kebenaran. Akan tetapi, dalam masalah di atasterdapat suatu perbedaan besar antara keadaan manusia didunia ini dengan keadaan mereka di akhirat nanti. Yang manatidak mungkin bagi kita untuk membanding-bandingkankeadaan dunia dengan keadaan akhirat karena adanyaperbedaan yang sangat jelas tersebut.Kita semua mengetahui, bahwa manusia pada hari kiamat kelakakan berdiri selama lima puluh tahun lamanya!!. Seandainyasaja diukur dengan keadaan dunia, apakah mungkin ada orangyang mampu berdiri selama lima puluh ribu jam? Bahkan,
7
Dikeluarkan Muslim, No (62) di Kitaabul Jannah wa Na'iimiha, dan Tirmidzi, No (2421) diKitaabuz Zuhd.
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
15
apakah mungkin seseorang berdiri selama lima puluh ribumenit?!. Jawabnya: tidaklah mungkin hal tersebut. Jadi,perbedaannya sangatlah jelas. Kalau memang demikiankeadaanya, maka seorang mukmin harus menerima kabarseperti ini dengan lapang dada dan penuh ketenangan, dan diaharus mampu memahaminya, serta terbuka hatinya akan apayang ditunjukan olehnya.
Kedua:
Di antara bermuamalah yang baik dengan AllahSubhanahu wa Ta’ala, hendaknya setiap manusiamengambil hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta’aladengan cara menerima, melaksanakan, dan me-nerapkannya. Dia tidak menolak sedikitpun dari hukum-hukum tersebut.
Jika ia menolaknya, maka perlakuan yangdemikian merupakan adab yang tidak baik terhadap AllahSubhanahu wa Ta’ala. Entah alasan dari penolakannya karenamengingkari hukumnya atau karena memang ia sombong untukmengamalkannya, atau juga karena terlalu meremehkan dalammengamalkannya. Maka, tindakan semua ini me-nafi-kan ataumembatalkan akhlaq yang baik dalam bermuamalah denganAllah Subhanahu wa Ta’ala .
¤
Contohnya, (
Puasa)
:Tidak diragukan lagi, berpuasa sangatlah terasa berat bagi dirikita. Karena ketika berpuasa seseorang meninggalkan hal-halyang telah menjadi kebiasaan bagi dirinya, seperti makan,minum, dan ber-jima' atau bersetubuh. Dan tentu saja hal inimerupakan perkara yang berat baginya. Akan tetapi, seorangmukmin yang baik budi pekertinya terhadap Allah Subhanahuwa Ta’ala, tentu ia akan menerima beban seperti ini. Ataudengan ungkapan lain: ia akan menerima kemuliaan dari AllahSubhanahu wa Ta’ala ini. Karena sesungguhnya hal inimerupakan suatu kenikmatan dari-Nya. Oleh karena itu,seorang mukmin tentu mau menerima kenikmatan yang berupasuatu beban tersebut dengan lapang dada dan penuhketenangan, yang bisa menjadikan lapang juga jiwanya. Maka,kamu akan mendapatinya berpuasa selama berhari-hari di
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
16
musim panas yang menyengat. Dan dengannya ia akan merasaridha dan lapang dada, karena dia berupaya beradab baikterhadap Tuhannya. Akan tetapi sebaliknya, orang yang beradabburuk terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala , ia akan menyambutibadah seperti ini dengan penuh kejemuan dan rasa kebencian.Seandainya saja ia tidak takut dengan suatu perkara yang tidakbaik balasan akhirnya (yakni balasan dan dosa bagi orang yangtidak menunaikan puasa -pent), tentu ia tidak akanmelaksanakan puasa tersebut.
¤
Contoh kedua, (
Shalat)
:Begitu pula dalam masalah shalat, tidak diragukan lagi bahwaperkara shalat pun terasa berat bagi sebagian orang, terutamabagi orang-orang munafik. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:
ﲔﻘﻓﺎﻨﳌﺍ ﻰﻠﻋ ﺓﻼﺼﻟﺍ ﻞﻘﺛﺃ:ﺮﺠﻔﻟﺍ ﺓﻼﺻﻭ ﺀﺎﺸﻌﻟﺍ ﺓﻼﺻ
”Shalat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalahshalat isya' dan shalat subuh”.
8
Akan tetapi perkara shalat bagi seorang mukmin tidaklah berat,Allah berfirman:
ﺼﻟﺍﻭ ِﺮﺒﺼﻟﺎِﺑ ﺍﻮﻨﻴِﻌﺘﺳﺍﻭﲔِﻌِﺷﺎﺨﹾﻟﺍ ﻰﹶﻠﻋ ﺎﱠﻟِﺇ ﹲﺓﲑِﺒﹶﻜﹶﻟ ﺎﻬﻧِﺇﻭ ِﺓﺎﹶﻠ
“
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dansesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini,bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa merekaakan kembali kepada-Nya.
”
(QS. al-Baqarah: 45 & 46)
.
8
Dikeluarkan oleha Bukhari, No (633) di Kitaabul Adzaan, Muslim, No (251, 252, 253) diKitaabul Masaajid, Tirmidzi, No (217) di Abwabush Shalaah, Abu Daud, No (548) diKitaabush Shalaah, Nasa'I, No (848) di Kitaabul Qiblah, dan Ibnu Majah, No (791) diKitaabul Masaajid.
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
17
Maka, shalat bagi mereka bukanlah perkara yang berat, akantetapi sangat mudah dan ringan. Untuk itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
ﺓﻼﺼﻟﺍ ﰲ ﲏﻴﻋ ﺓﺮﹸﻗ ﺖﻠﻌﺟ ﻭ
”Telah dijadikan sebagai penyejuk mataku ketika shalat”.
9
Shalat merupakan penyejuk mata bagi orang mukmin, danbekal kesehariannya yang ia siapkan untuk berjumpa denganAllah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk itulah ia mengagungkankedudukan shalat dan memperhatikannya dengan sungguh-sungguh. Karena shalat adalah tiang agama, dan jugamerupakan amalan pertama seorang hamba yang akan dihisabatau dihitung kelak pada hari kiamat.Maka itu, beradab baik terhadap Allah Subhanahu wa Ta’aladalam perkara shalat ialah dengan cara melaksanakannyasedang hati anda dalam keadaan penuh kelapangan danketenangan, mata anda terasa sejuk, merasa senang ketikasedang menunaikannya, dan selalu menunggunya jika telah tibawaktunya. Jika anda telah selesai dari shalat dzuhur, maka andaselalu rindu dengan shalat ashar. Dan jika anda sudahmenunaikan shalat ashar, anda pun akan rindu dengan shalatmaghrib. Begitu pula jika anda telah selesai dari shalat maghrib,maka anda akan merasa rindu dengan shalat isya'. Dan setelahmenunaikan shalat isya', anda akan merindukan shalat subuh.Karena itulah, dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallampernah berkata kepada Bilal: "Wahai Bilal, hiburlah kita denganshalat
10
". beliau berkata: "hiburlah kita dengannya", karena
9
Dikeluarkan oleh Nasa-i, No (3949 & 3950) di Kitaabu 'Isyratin Nisaa', Ahmad di kitab Al-Musnad (3 / 128, 199, 280), dan hadits tersebut ada di kitab Shahiihul Jaami', No (3134).
10
Dikeluarkan oleh Abu Daud, No (4985) di Kitaabul Adab, Ahmad di kitab Al-Musnad (5 /364) dari jalan Mas'ar bin Kidam, dari 'Amr bin Murroh, dari Salim bin Al-Ja'd, dariseseorang dari Bani Aslam, dari Nabi n. Dan isnad hadits tersebut shahih, adapun tidak
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
18
ketika sedang shalat ada rasa nyaman, ketenangan jiwa dankelapangan. Tidak seperti yang dikatakan oleh sebagian orang:Hiburlah kita dengan selain shalat!, karena shalat terasa beratbagi mereka dan menyusahkan diri-diri mereka.Dan demikianlah seterusnya, engkau jadikan hatimu selalubergantung dengan shalat-shalat tersebut. Maka, tidak ragu lagihal ini termasuk adab yang baik terhadap Allah Subhanahu waTa’ala .
¤
Contoh ketiga, (
Pengharaman Riba)
:Contoh ini merupakan masalah muamalah. Sungguh, AllahSubhanahu wa Ta’ala telah mengharamkan riba bagi kita denganpengharaman yang sangat keras. Dan Ia ltelah halalkan bagikita jual beli. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentangmasalah ini:
ﺲﻤﹾﻟﺍ ﻦِﻣ ﹸﻥﺎﹶﻄﻴﺸﻟﺍ ﻪﹸﻄﺒﺨﺘ ﻳ ﻱِﺬﱠﻟﺍ ﻡﻮﹸﻘ ﻳ ﺎﻤﹶﻛ ﺎﱠﻟِﺇ ﹶﻥﻮﻣﻮﹸﻘ ﻳ ﺎﹶﻟ ﺎﺑﺮﻟﺍ ﹶﻥﻮﹸﻠﹸﻛﹾﺄ ﻳ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﻩَﺀﺎﺟ ﻦﻤﹶﻓ ﺎﺑﺮﻟﺍ ﻡﺮﺣﻭ ﻊﻴﺒﹾﻟﺍ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﱠﻞﺣﹶﺃﻭ ﺎﺑﺮﻟﺍ ﹸﻞﹾﺜِﻣ ﻊﻴﺒﹾﻟﺍ ﺎﻤﻧِﺇ ﺍﻮﹸﻟﺎﹶﻗ ﻢﻬﻧﹶﺄِﺑ ﻚِﻟﹶﺫ ﻦِﻣ ﹲﺔﹶﻈِﻋﻮﻣﻬﺘﻧﺎﹶﻓ ِﻪﺑﺭَـ ﻠﹶﻓ ﻰ َـ ﻟﺍ ﻰﹶﻟِﺇ ﻩﺮﻣﹶﺃﻭ ﻒﹶﻠﺳ ﺎﻣ ﻪ ـ ﻣﻭ ِﻪﱠﻠ َـ ﹶﻟﻭﹸﺄﹶﻓ ﺩﺎﻋ ﻦ ـ ﻚِﺌ ﺻﹶﺃـ ﻴِﻓ ﻢﻫ ِﺭﺎﻨﻟﺍ ﺏﺎﺤ ـ ِﻟﺎﺧ ﺎﻬ ـ ﹶﻥﻭﺪ
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdirimelainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitanlantaran (tekanan) penyakit gila. keadaan mereka yangdemikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata (berpendapat),Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal AllahTelah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya,lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa
diketahuinya seorang sahabat tersebut tidak berpengaruh buruk. Hadits ini juga terdapatdalam kitab Shahiihul Jaami' karya Imam Al-Albani, No (7892).
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
19
yang Telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); danurusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali(mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghunineraka; mereka kekal di dalamnya.
(QS. al-Baqarah: 275)
.Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengancam orang yangkembali lagi mengulangi perbuatan riba setelah sampaikepadanya penjelasan tentangnya sedang ia telah mengetahuihukumnya dengan kekekalan di dalam api neraka - kitamemohon perlindungan kepada Allah darinya -. Bahkan AllahSubhanahu wa Ta’ala mengancamnya di dunia ini denganketegasan akan memeranginya. Allah berfirman:
ﻢﺘﻨﹸﻛ ﹾﻥِﺇ ﺎﺑﺮﻟﺍ ﻦِﻣ ﻲِﻘﺑ ﺎﻣ ﺍﻭﺭﹶﺫﻭ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﺍﻮﹸﻘﺗﺍ ﺍﻮﻨﻣﺁ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ ﺎﻬ ﻳﹶﺃ ﺎ ﻳﲔﻨﻣﺆﻣ*ﻢﹶﻟ ﹾﻥِﺈﹶﻓ ِﻪِﻟﻮﺳﺭﻭ ِﻪﱠﻠﻟﺍ ﻦِﻣ ٍﺏﺮﺤِﺑ ﺍﻮﻧﹶﺫﹾﺄﹶﻓ ﺍﻮﹸﻠﻌﹾﻔﺗ
"
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dantinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan(meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah danrasul-Nya akan memerangimu.
”
(QS. al-Baqarah: 278 & 279).
Hal ini menunjukan akan besarnya tindakan dosa ini, danbahwasanya hal tersebut termasuk dosa besar dan perbuatanyang dapat membinasakan.Maka, seorang mukmin harus menerima hukum ini dengan rasapenuh kelapangan, keridhaan, dan kepatuhan. Adapun nonmukmin, maka ia tidak akan menerimanya dan dadanya punakan terasa sempit. Barang kali juga dia terus melakukannya,tetapi ia tutup-tutupi dengan beraneka ragam tipu muslihat.Meskipun kita mengetahui – secara sekilas - bahwa perbuatanriba merupakan usaha yang sangat meyakinkan dan tidakterdapat di dalamnya bahaya apapun juga. Akan tetapi, padahakekatnya riba merupakan suatu usaha bagi seseorang dansekaligus merupakan kedzaliman bagi yang lainnya. Karenaitulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
20
ﹶﻥﻮﻤﹶﻠﹾﻈﺗ ﺎﹶﻟﻭ ﹶﻥﻮﻤِﻠﹾﻈﺗ ﺎﹶﻟ ﻢﹸﻜِﻟﺍﻮﻣﹶﺃ ﺱﻭُﺀﺭ ﻢﹸﻜﹶﻠﹶﻓ ﻢﺘﺒﺗ ﹾﻥِﺇﻭ
“Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), makabagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
”
(QS. al-Baqarah: 279)Ketiga: Di antara adab yang baik dalam bermuamalahdengan Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah menerimatakdir baik dan buruk-Nya dengan penuh keridhaan dankesabaran.
Kita semua mengetahui bahwa takdir Allah Subhanahu wa Ta’alayang telah Ia tetapkan bagi makhluk-Nya tidak semuanya sesuaidengan keinginan hamba-Nya. Maksudnya, bahwa di antaratakdir tersebut ada yang sejalan dengan kemauan manusia,akan tetapi juga ada di antaranya yang tidak sejalan dengankemauannya.
Penyakit
contohnya; Ini tentu tidak sesuai dengan sifatmanusia, karena semua orang pasti ingin menjadi orang yangsehat dan selamat.Begitu pula
kekurangan harta
; ini pun tidak sesuai dengansifatnya. Karena setiap manusia pasti ingin menjadi orang yangkaya.
Kebodohan
juga tidak sesuai dengan sifat manusia,karena ia pasti ingin jadi orang yang pandai. Akan tetapi takdirAllah Subhanahu wa Ta’ala sangat beranekaragam karenahikmah yang hanya diketahui oleh-Nya saja. Di antaranya adayang sesuai dengan sifat manusia, maka dia pun merasa legakarena sesuai dengan tuntutan tabiatnya. Akan tetapi, diantaranya juga ada yang tidak sesuai dengan kemauannya.Maka itu, apakah yang dimaksud dengan beradab sopanterhadap Allah akan takdir-takdir-Nya?Berakhlaq baik terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala akan takdir-Nya maksudnya: hendaknya anda rela terhadap apa yang telahAllah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan bagi diri anda, danhendaknya anda juga merasa tenang dengannya. Anda punharus mengetahui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
21
menetapkan takdir tersebut melainkan di baliknya terdapathikmah yang agung dan tujuan yang terpuji, yang mana denganhikmah tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala berhakmemperoleh pujian dan ucapan rasa syukur.Atas dasar semua ini, sesungguhnya berperilaku sopan terhadapAllah Subhanahu wa Ta’ala akan takdir-Nya: hendaknyaseseorang rela, tunduk dan merasa tenang. Untuk itu AllahSubhanahu wa Ta’ala memuji orang-orang yang sabar. Allahberfirman:
...ﻦﻳِﺮِﺑﺎﺼﻟﺍ ِﺮﺸﺑﻭ*ﹶﻥﻮﻌِﺟﺍﺭ ِﻪﻴﹶﻟِﺇ ﺎﻧِﺇﻭ ِﻪﱠﻠِﻟ ﺎﻧِﺇ ﺍﻮﹸﻟﺎﹶﻗ ﹲﺔﺒﻴِﺼﻣ ﻢﻬﺘﺑﺎﺻﹶﺃ ﺍﹶﺫِﺇ ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ
“
Dan berilah berita gembira bagi orang-orang yang sabar.(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, merekamengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun"
”
(QS. al-Baqarah: 156)
2. Bersopan santun dalam bermualamah dengansesama makhluk.
Adapun berperilaku sopan dengan sesama makhluk, maka telahdiartikan oleh sebagian ulama dengan definisi:
ﺔﻗﻼﻃﻭ ،ﻯﺪﻨﻟﺍ ﹸﻝﺬﺑﻭ ، ﻯﺫﻷﺍ ﻒﻛﻪﺟﻮﻟﺍ
Menahan gangguan, mengerahkan bantuan danmenampakkan keceriaan
. Ada yang menyandarkan bahwa iniadalah perkataan al-Hasan al-Bashri
11
.
11
Lihat kitab al-Adabusy Syar'iyyah (2 / 216). Selain dari itu ada juga beberapa pengertiandari Akhlak yang baik, di antaranya: menurut al-Wasithi: yaitu hendaknya ia tidak maubermusuhan dan tidak pula mau dimusuhi oleh karena pengetahuannya yang dalamtentang Allahl. Makna yang lain: menjauhkan diri dari perbuatan hina dan menghiasinyadengan sifat-sifat utama. Arti yang lainnya: mengerahkan hal yang bagus dan menahanhal yang jelek. Sahl ditanya tentang hal itu kemudian ia menjawab: hal yang paling ringandarinya adalah kuat menanggung beban diri, tidak mau menerima upah, merasa belas
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
22
1.
Makna menahan gangguan.
Artinya adalah hendaknya seseorang menahan dirinya darimenyakiti yang lainnya, baik itu dengan harta atau dengansesuatu yang berkaitan dengan jiwa, atau mungkin juga yangberhubungan dengan kehormatan dirinya. Untuk itu, orang yangbelum mampu menahan dirinya dari menyakiti sesama, makadia belumlah berperilaku baik, akan tetapi sebaliknya dia adalahorang yang berperilaku buruk.Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah memberitakantentang haramnya menyakiti seorang muslim dengan segalamacam caranya. Pemberitahuan tersebut telah terjadi di suatutempat yang paling agung, ketika umatnya berkumpul di sana,beliau bersabda:
ﰲ ،ﺍﺬـﻫ ﻢﻜﻣﻮـﻳ ﺔﻣﺮﺤﻛ ،ﻡﺍﺮﺣ ﻢﻜﻴﻠﻋ ﻢﻜﺿﺍﺮﻋﺃﻭ ،ﻢﻜﻟﺍﻮﻣﺃﻭ ،ﻢﻛﺀﺎﻣﺩ ﻥﺇﺍﺬﻫ ﻢﻛﺪﻠﺑ ﰲ ، ﺍﺬﻫ ﻢﻛﺮﻬﺷ
"Sesungguhnya darah-darah, harta-harta, dan kehormatan-kehormantan kalian adalah haram bagi sesama kalian, sepertiharamnya hari kalian ini, di bulan kalian ini, dan di negeri kalianini
12
".Jika ada orang berbuat aniaya terhadap orang lain denganmengambil hartanya, atau dengan menipunya, ataumenghianatinya, atau memukulnya dan melakukan tindakankriminal terhadapnya, mencelanya, menggunjingnya, ataumengadu domba dengan yang lainnya, tentu saja dia belum
kasihan terhadap orang yang didzalimi, memohonkan ampunan baginya, dan maumenolongnya dengan memberikan syafa'at padanya. Rujuklah kitab: Madaarijus Saalikiinkarya Ibnul Qayyim (2 / 294), kitab Al-Ihyaa' (3 / 53), dan kitab Al-Adabusy Syar'iyyah (2 /216).
12
Dikeluarkan oleh Bukhari, No (67) di Kitaabul 'Ilmi dan No (1741) di Kitaabul Hajj jugaNo (4406) di Kitaabul Maghaazii. Dan dikeluarkan juga oleh Muslim, No (29 & 30) diKitaabul Qiyaamah.
ﲔﻤﻴﺜﻌﻟﺍ ﱀﺎﺻ ﻦﺑ ﺪﻤﳏ ﻡﺎﻣﻺﻟ ﻕﻼﺧﻻﺍ ﻡﺭﺎﻜﻣ
23
berakhlaq baik dengan sesama. Karena dia belum mampumenahan dirinya dari menyakiti yang lainnya. Dan akan semakinbesar dosa perbuatan itu jika perlakuan tidak baik tersebuttertuju kepada orang yang memiliki hak yang lebih besarterhadap anda.Seperti perlakuan yang tidak baik terhadap kedua orang tuacontohnya, tentu ini lebih besar dosanya dari pada perlakuanyang tidak baik terhadap selain keduanya. Dan berbuat tidakbaik terhadap kerabat dekat tentu lebih besar dosanya dari padaberbuat tidak baik dengan selainnya. Dan berbuat tidak baikdengan para tetangga tentu lebih besar dosanya dari padaberbuat tidak baik dengan selain mereka. Untuk itu NabiShallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
ﻦﻣﺆﻳ ﻻ ﷲﺍﻭ ،ﻦﻣﺆﻳ ﻻ ﷲﺍﻭ ،ﻦﻣﺆﻳ ﻻ ﷲﺍﻭ
"Demi Allah dia belum beriman, demi Allah dia belum beriman,demi Allah dia belum beriman",Para sahabat bertanya: Siapakah yang belum beriman wahaiRasulullah?, beliau menjawab:
ﻪﻘﺋﺍﻮﺑ ﻩﺭﺎﺟ ﻦﻣﺄﻳ ﻻ ﻦﻣ
"Yang tidak merasa aman tetangganya dari gangguannya
13
".
2.
Makna mengerahkan bantuan.
Yang dimaksud dengan bantuan di sini adalah kedermawanandan kemurahan hati, artinya hendaklah engkau selalu menge-
13
Dikeluarkan oleh Bukhari, No (67) di Kitaabul Adab dan ini merupakan lafadz Beliau.Dan dikeluarkan oleh Imam Muslim seperti rawayat tersebut, No (73) di Kitaabul Iimaandengab lafadz:" Tidak akan masuk surga seseorang yang tetangganya tidak merasa amandari gangguannya ". Imam Nawawi berkata: Al-Bawaa-iq bentuk jamak dari Baaiqohartinya hal yang berlebihan, bencana, atau serangan. Lihat kitab Shahih Muslim syaraholeh Imam Nawawi (2 / 207).
of 78
Leave a Comment
Comment must not be empty.
You must be logged in to leave a comment.
Submit
Characters: 400
Dolly SenoryTa
perfec
reply01 / 09 / 2012
Rijalulghod Imam
sukron...
reply08 / 19 / 2010
Comment must not be empty.
You must be logged in to leave a comment.
Submit
Characters: ...
Akhlak Mulia
Akhlak Mulia
Download or Print
16,125 Reads
Info and Rating
Category: Uncategorized.
Rating:
(5 Ratings)
Upload Date: 10/18/2008
Copyright: Attribution Non-commercial
Tags:
akhlak mulia
Religion-Islam
akhlak mulia
Religion-Islam
(fewer)
Flag document for inapproriate content
This is a private document.
Uploaded by
manip
Follow
Download
*
Embed Doc
*
Copy Link
*
Add To Collection
*
Comments
*
Readcast
*
Share
×
Share on Scribd:
Readcast
Search
TIP Press Ctrl-F⌘F to quickly search anywhere in the document.
Search
Search History:
Searching...
Result 00 of 00
00 results for result for
#
p.
More from This User
Related Documents
More From This User
264 p.
smp9bhsind BerbahasaDanBersastraIndo AsepYudha
268 p.
smp9bhsind BahasaKebanggaanku
204 p.
smp9bhsind BahasaIndonesia AtikahAnindyarini
Next
238 p.
smp9bhsind PelajaranBhsInd
197 p.
smp8bhsind ContextualTeachingBhsInd Kisyani
162 p.
smp8bhsind BhsInd YuliantiSetyorini
Prev · Next
129 p.
smp8bhsind BhsDanSastraInd
136 p.
Smp8bhsind Bhs&SasInd DwiHariningsih
219 p.
smp8bhsind BerbahasaDanBersastraIndo AsepYudha
Prev · Next
286 p.
smp8bhsind BahasaKebanggaanku
212 p.
smp8bhsind TerampilBerbahasaInd
186 p.
smp8bhsing EnglishInFocus Artono
Prev · Next
178 p.
smp8bhsing ContextualTeachingAndLearning Utami
140 p.
smp7pkn ContextualTeachingPKn Sugeng
310 p.
smp7mat MatematikaKonsepDanAplikasinya
Prev · Next
337 p.
smp7mat ContextualTeachingAndLearning AtikWintarti
261 p.
smp7mat PeganganBelajarMat Wagiyo
211 p.
smp7ips PengetahuanSosial Didang
Prev · Next
344 p.
smp7ips MariBelajarIPS Nurdin
250 p.
Smp7ips IPS Waluyo
354 p.
smp7ips ContextualTeachingIPS WayanLegawa
Prev · Next
326 p.
smp7ips WawasanSosial IwanSetiawan
357 p.
smp7ipa IPATerpadu AnniWinarsih
274 p.
Smp7ipa IPA Wasis
Prev · Next
281 p.
Smp7ipa IPA Teguh
Prev
Related Docuements
78 p.
AkhlakMulia
From bay_dudul
67 p.
3173557 Syarah Hadits Arbain AnNawawi Ibnu Daqiqil Ied
From alfanfirdaus
67 p.
[ibnu daqiqil 'ied] syarah hadits arba'in an-nawawi
Ebook Islam gratis bisa didownload langsung di http://ebook.kuyokuyo.no-ip.info
From Kuyokuyo Ebook
Next
135 p.
Kitab Raf
From ninetriple1
25 p.
menyikapi teroris
mnyibak kesesatan aksi terorisme atas nama islam
From ginuxme
62 p.
NASIHAT
NASIHAT
From abu abdirrahman
Prev · Next
483 p.
Najisnya Dosa-dosa dan Maksiat
From moneyking
483 p.
Bahaya Meninggalkan Muhasabah
From moneyking
483 p.
Melumpuhkan Senjata Syaitan
From moneyking
Prev · Next
22 p.
Assunnah
From Denny Rivani
23 p.
Kiat Mendidik Anak Sholeh
From Arsitek Profesional
4 p.
Muslim Multazim
From Zamzam
Prev · Next
103 p.
CATATAN HITAM TIJANI
From -Mardi Sadi
152 p.
Hadiah Atas Penulis Buku Bunga Rampai
Tafadhdhol Didownload Buku yang berisi bantahan atas penulis bunga rampai yai...
From herryseptiadi
66 p.
JOHAN WAHYUDI
From MOVIC_GOKIL
Prev · Next
22 p.
Bai'at Antara Sunnah Dan Bid'Ah
Bai'at Antara Sunnah Dan Bid'Ah
From abu abdirrahman
8 p.
Nasihat Untuk Pemuja Demokrasi Dan Pemilu (1) - Syaikh Abu Nashr Mu...
From ninetriple1
506 p.
[hasan al-banna] himpunan risalah
Ebook Islam gratis bisa didownload langsung di http://ebook.kuyokuyo.no-ip.info
From Kuyokuyo Ebook
Prev · Next
144 p.
[aidh al-qarni] la tahzan
Ebook Islam gratis bisa didownload langsung di http://ebook.kuyokuyo.no-ip.info
From Kuyokuyo Ebook
144 p.
La Tahzan
Buku-buku Islam gratis bisa didownload di: http://ebook.kuyokuyo.no-ip.info/...
From kuyokuyo
506 p.
DAKWAH KAMI DI ZAMAN BARU
From m.abdul chorim
Prev · Next
506 p.
AGENDA PERSOALAN KITA DALAM KACAMATA SISTEM ISLAM
From m.abdul chorim
506 p.
Rislah Tu2nan Dari Hasan Al-Banna
From m.abdul chorim
12 p.
IAEAReport
From Plejade
Prev · Next
4 p.
CUSCO TRAVEL
Cusco travel:Day 6: Q'oma Qocha to Pacchanta Another fairly easy day today,...
From cuscotravel05
1 p.
Plasma ResearchDPS
From arvin87enator
30 p.
ch06
From shaq123
Prev · Next
7 p.
Communicative competence and communicative language teaching
An article by Atsuko Ohno on communicative competence and communicative langu...
From X-fans Glazov
6 p.
Direct+%26+Indirect+Tax
From dpak1985
50 p.
CHAPTER VI
From windy803
Prev · Next
50 p.
CHAPTER VII
From windy803
50 p.
ITact 2000 (mod)
From windy803
2 p.
Character Protects Life
From seabiscuit
Prev · Next
111 p.
ENGINEERING MATHEMATICS - III
From arun
111 p.
08.605 ANTENNA & WAVE PROPAGATION (T)
From arun
111 p.
Syllabus.electronics.08
From arun
Prev · Next
60 p.
SECTION – 2
From anannyamukherjee
60 p.
SECTION – 3
From anannyamukherjee
60 p.
26302661 Final Project of the Tata Ion
From anannyamukherjee
Prev · Next
11 p.
10 MORE Quick Composition Tips
From fuaad ramli
4 p.
7.Rosmin & Padmanabhan
From babyjee
1 p.
SBI
From Aatishranjan Sahu
Prev · Next
4 p.
Hotel
From joeffrey191377
197 p.
Attitude towards blessings
From thalha
197 p.
Going to bed at night
From thalha
Prev · Next
197 p.
24 Hours in the Life of a Muslim
From thalha
51 p.
Control Searches
From sylodhi
201 p.
Directions
From harshsrivastavaalld
Prev · Next
6 p.
16744079 Hegel Glossary
From atilab
1 p.
Canning
From Hariz Nasir
15 p.
Golf Tips
From peteryeo
Prev · Next
1 p.
Readme
From Crayon Shin Chan
17 p.
2010 Orlando Dodge Chrysler Jeep Journey Orlando FL
2010 Dodge Journey brochure provided by Orlando Dodge Chrysler Jeep located i...
From Orlando Dodge Chrysler Jeep
62 p.
Disposition
From Bunny Long Ears
Prev · Next
62 p.
Angina Pectoris
From Bunny Long Ears
62 p.
Acs2
From Bunny Long Ears
2 p.
Maid of Honor Sample Wedding Speech
An example of a maid of honor wedding speech
From Vlad Suski
Prev · Next
3 p.
CV Daniel Barden
From Charles Barden
148 p.
Figure D-3. Composite Box Cross Section, Girder 2
From John Wong
148 p.
Figure D-6. Bolt Pattern for Web
From John Wong
Prev · Next
148 p.
Box Girder
From John Wong
65 p.
AGENCY REVIEW DEPARTMENT OF COMMERCE DIVISION OF TOURISM
The Legislative Auditor says the Division of Tourism's Tourism Development Fu...
From The West Virginia Examiner/WV Watchdog
61 p.
Review of Carbohydrates
From abctutor
Prev
Use your Facebook login and see what your friends are reading and sharing.
Other login options
Login with FacebookSpinner_mac_white
Signup
I don't have a Facebook account
email address (required)
create username (required)
password (required)
Send me the Scribd Newsletter, and occasional account related communications.
Sign Up Privacy policy Spinner_mac_white
You will receive email notifications regarding your account activity. You can manage these notifications in your account settings. We promise to respect your privacy.
Why Sign up?
1. 1. Discover and Connect
With people of similar interests
2. 2. Publish Your Documents
Quickly and easily
3. 3. Share Your Reading Interest
On Scribd and social sites like Facebook and Twitter
Already have a Scribd account?
email address or username
password
Log In Spinner_trans_gray Trouble logging in?
Login Successful
Now bringing you back...
Spinner_large_mac_white
Reset Your Password
« Back to Login
Please enter your email address below to reset your password. We will send you an email with instructions on how to continue.
Email Address:
You need to provide a login for this account as well.
Login
Submit Spinner_mac_white
Upload a Document
Search Documents
* Follow Us!
* scribd.com/scribd
* twitter.com/scribd
* facebook.com/scribd
* About
* Press
* Blog
* Partners
* Scribd 101
* Web Stuff
* Support
* FAQ
* Developers / API
* Jobs
* Terms
* Copyright
* Privacy
Copyright © 2012 Scribd Inc.
Language:
English
Choose the language in which you want to experience Scribd:
* English
* Español
* Português
scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd. scribd.Seni Kaligrafihttp://www.blogger.com/profile/11877510778352014082noreply@blogger.com0